Share

Chapter 3

Bab 3~Berbohong

Yuze melihat ekspresi kesal dari gadis di hadapannya. Dia sedang marah namun menahan emosinya hanya karena perkataan Yuze barusan. Apa dirinya sudah keterlaluan, pikirnya. "Tunggu!"

Xia Lien berhenti melangkah karena seruan Zhang Yuze, namun ia tidak berbalik atau pun menoleh. "Apa lagi?" ketusnya sebal.

Zhang Yuze lekas berdiri dan menghampiri Xia Lien. Sebagai pria baik, dia harus bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. "Ikut aku ke suatu tempat!" ujarnya kemudian.

Xia Lien refleks berbalik sembari menyilangkan kedua tangan di dada. "Jangan macam-macam!" peringat nya.

Melihat Xia Lien bertingkah aneh, sepertinya gadis itu salah paham. Zhang Yuze pun menggelengkan kepala lalu menarik tangan Xia Lien untuk ikut bersamanya menuju mobil. Awalnya Xia Lien terus meronta karena takut, namun melihat tatapan mengintimidasi Zhang Yuze membuatnya diam menurut.

Sepanjang jalan, tidak ada obrolan apapun yang keluar dari mulut keduanya. Suasana saat ini benar-benar sunyi walaupun perjalanan menghabiskan waktu cukup lama.

Sesampainya di tempat tujuan, Yuze segera turun dan membukakan pintu untuk Xia Lien. Gadis itu celingukan tidak mengerti namun tidak mau bertanya. Ia terlalu malas berkata saat ini.

Langkah kaki Zhang Yuze mengayun memasuki salah satu Mall besar yang ada di Ibukota diikuti Xia Lien yang setia mengekor di belakang dengan mata yang terlihat antusias. Bahkan senyuman manis tak pernah luntur dari bibir kecilnya saat melihat barang-barang yang terpajang di sana.

Saking sibuknya mengagumi baju-baju dan tas cantik, Xia Lien tidak tahu jika Zhang Yuze berhenti membuatnya menabrak punggung pria sombong itu. "Aduh!" keluhnya sembari mengusap kening yang terbentur.

Ingin marah, namun Yuze memilih membuang napas. "Pilihlah mana yang kamu suka," ujarnya singkat.

"Hah?" sejujurnya Xia Lien memang tidak mengerti maksud pria sombong itu. Yuze menunjuk ponsel yang berjejer di etalase toko. "Oh, kamu mau mengganti ponselku yang rusak tadi?" Pria itu hanya mengangguk. "Umm, ganti yang kek gini lagi deh. Aku suka modelnya," Xia Lien menyerahkan ponsel miliknya ke tangan Zhang Yuze.

"Bukannya model ini jelek?" ejek Yuze membuat Xia Lien cemberut.

"Ya sudah, pilih saja yang menurutmu bagus. Aku tidak mau tahu harganya berapa, yang penting ponselku kembali." ketus Xia Lien jengkel. Gadis itu harus selalu menarik urat saat berbicara dengan Yuze.

Tanpa berkata lagi, Zhang Yuze segera memilih ponsel yang sesuai menurutnya. Ia pun langsung membayar dengan kartu hitam miliknya dan mengajak Xia Lien pulang setelahnya.

Sesampainya di mobil, Yuze menyerahkan paper bag itu ke tangan Xia Lien sambil meminta maaf. Selama ini ia tidak pernah meminta maaf kepada siapapun walaupun dirinya salah. Namun hari ini ada yang berbeda, dia meminta maaf kepada gadis yang baru ditemuinya itu.

Awalnya Xia Lien ragu, namun Yuze memaksanya sebagai permohonan maaf dan terpaksa ia pun menerima. "Baiklah, terima kasih!"

"Oh iya, tolong beritahu alamat kediaman Gu. Aku akan mengantarmu sampai__"

Mata Xia Lien membulat sempurna. "Jangan!" pekiknya kemudian hingga membuat Yuze spontan menghentikan laju kendaraan. "Aku ada janji sama teman, jadi turunkan aku di sini saja. Hehe, maaf ya!" ujarnya beralasan.

Ada yang aneh dari gerak-gerik gadis itu hingga Yuze merasa curiga. Tapi, pria itu bersikap cuek seolah tak peduli sama sekali. "Baiklah, sesuai permintaanmu!" Xia Lien mengangguk sembari tersenyum. Namun sebelum gadis itu turun dari mobil, Yuze menghentikannya. "Tolong bicarakan masalah kita kepada ayahmu, dan jangan menyulitkan posisiku di mata Kakekku. Terima kasih!" pintanya tanpa menatap.

Xia Lien mengangguk lalu keluar dari mobil Yuze. Ia sungguh tak peduli dengan masalah perjodohan itu sebab bukan dirinya yang akan menikahi pria sombong tadi walaupun seandainya ayahnya Gu Xi memaksa.

"Hah, akhirnya bebas juga dari pria menyebalkan itu. Ayo kita pulang, Xia Lien!" desisnya kepada diri sendiri sebelum menghentikan taksi yang lewat.

Biasanya dia pulang menaiki bis agar hemat ongkos. Tapi malam sudah mulai larut dan Xia Lien sadar jika tidak baik untuknya bepergian terlalu malam, takut terjadi sesuatu. Walaupun ia gadis galak dan pemberani, tetap saja takut jika ada pria-pria nakal yang menghadang dan menculiknya.

Di kota besar seperti ini sering terjadi kejahatan yang melibatkan penculikan terhadap gadis oleh para bandit mesum. Jadi, Xia Lien pun takut menjadi korban penculikan dan pelecehan, walaupun penampilannya saat ini terlihat urakan tetap saja akan menarik perhatian para lelaki mata keranjang juga perampok.

"Kalau pulang seperti ini, Kak Along pasti ngamuk." gumamnya dalam hati sambil memperhatikan penampilannya. Saat ini, baju yang dikenakan Xia Lien seperti anak berandalan yang suka nongkrong pinggir jalan.

Barang-barang ini didapatkannya dari Gu Xi agar bisa membuat Presdir Jersey itu membencinya dan membatalkan perjodohan. Ternyata, tak disangka pria itu juga menolak perjodohan tersebut dan Xia Lien tidak perlu melakukan apapun lagi untuk menggantikan Gu Xi datang ke kencan buta berikutnya.

Sesampainya di rumah, lampu sudah dipadamkan. Mungkin kakaknya sudah tidur, pikir Xia Lien lega. Ia pun mengendap-endap seperti maling takut ketahuan, memasuki rumah dengan berjinjit pelan agar tidak menimbulkan suara. Tapi dia tidak tahu jika seseorang sedang memperhatikannya di kegelapan.

Klik

Lampu di ruang tamu tiba-tiba menyala, menampakkan sosok pria tampan dengan postur tubuh yang tinggi dan tegap. Wajahnya terlihat garang dengan tatapan tajam mengintimidasi. "Dari mana kamu jam segini baru pulang?"

"Argh, setan!" pekiknya melemparkan sepatu bot ke sembarang arah.

Xia Long melangkah dan berdiri di hadapan adik satu-satunya itu. "Apa ada setan setampan Kakakmu ini?" kelakarnya. Nada bicaranya yang dingin menambah suasana semakin horor walaupun sebetulnya dia sedang berusaha melucu.

Ckk, Kakakku itu adalah pria dingin dan kaku, batin Xia Lien. "Ah, hehehe. Kak Along ternyata, ku kira hantu." Xia Lien tertawa hambar karena melihat ekspresi datar kakaknya.

"Dari mana kamu jam segini baru pulang?" Xia Long mengulangi pertanyaannya.

Xia Lien gelagapan. "A-aku habis jalan-jalan sama teman-teman. Me-mereka mengadakan pesta kecil di cafe, jadi kami berse__"

"Lain kali jangan pulang larut malam. Nggak baik buat gadis sepertimu keluyuran di jalan. Kalau ada acara seperti ini lagi, telpon Kakak agar bisa menjemputmu!" pungkas Xia Long lalu pergi begitu saja. "Matiin lampu dan segera naik ke kamarmu lalu tidur," lanjutnya kemudian.

Xia Lien tertegun mendengar perkataan kakaknya. Dia mengkhawatirkan aku, batinnya sedih. Xia Lien berbohong namun kakaknya langsung percaya tanpa menginterogasinya. Biasanya Xia Long selalu bertanya sampai Xia Lien mengakui kesalahannya. Tapi hari ini ...

"Kakak!" Xia Long berbalik dan terkejut karena adiknya itu berlari ke arahnya kemudian langsung memeluknya dengan erat. "Maafin aku! Aku bohong tentang pesta itu. Sebenarnya__" Xia Lien berusaha menjelaskan tapi kakaknya langsung menyela.

"Jangan bikin Kakak khawatir!" pungkasnya cepat.

Xia Lien pun mengangguk. "Aku janji Kak, lain kali bakal minta izin dulu sama Kakak. Aku sayang Kakak!" Ia kembali memeluk kakaknya dan menenggelamkan wajah di dada bidang Xia Long.

"Adikku yang nakal," desisnya sembari mencium pucuk kepala Xia Lien.

Bersambung ...

Jika sekali berbohong akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan yang lain.

~Lien Machan~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status