Share

Happiness Marrie
Happiness Marrie
Penulis: Lien Machan

Chapter 1

Bab 1~Presdir Baru

Sebuah ballroom hotel berbintang didekorasi sedemikian rupa dengan gaya klasik-modern, juga lampu sorot yang mengarah ke tengah panggung agar bisa fokus pada satu titik di mana seseorang akan berdiri di sana. Kursi tamu yang sudah berbaris rapih serta bunga-bunga yang tertata di pojok ruangan hingga depan pintu menambah pemandangan indah di ruangan tersebut.

Setelah pintu terbuka, para tamu pun berdatangan memasuki ruangan dan duduk di tempat yang sudah disediakan. Mereka terdiri dari orang-orang penting yang mempunyai jabatan tertinggi sampai karyawan dari semua divisi. Tak lupa, tamu undangan lainnya yaitu rekan bisnis dari 'Tuan Rumah' yang sedang mengadakan acara di tempat tersebut.

Hari ini adalah hari penyambutan Presdir baru Jersey Grup, yaitu cucu dari Tuan Zhang Bei. Katanya, dia adalah seorang pria muda yang tampan dengan sejuta talenta, lulusan Universitas ternama di Inggris.

Tak berlama-lama, seorang pembawa acara segera naik ke atas panggung untuk membuka acara tersebut sebab tamu yang hadir sudah tidak sabar ingin mengetahui Presdir baru Jersey Grup. "Mari kita sambut Presdir baru kita, Tuan Zhang Yuze!"

Prok ... Prok ... Prok

Riuh gemuruh tepuk tangan tamu yang hadir di ruangan tersebut menggema. Senyum penuh kebanggaan terlihat menyungging di bibir Tuan Zhang Bei ketika cucunya itu menaiki panggung untuk memberikan sepatah-dua patah kata sebagai sambutan.

"Mohon bantuannya!" ucap Zhang Yuze diakhir kalimat sembari menunduk hormat ke arah seluruh tamu yang hadir.

Kembali tepuk tangan semua tamu menggema di ruangan diiringi senyum kebanggaan. Ternyata, bukan hanya berkarisma tetapi pria itu juga sangat sopan dan santun dalam bertingkah. Benar-benar sempurna sebagai pria dan menantu idaman.

Menantu?

Ckk, ayolah! Jangankan calon istri, pacar pun dia tidak punya. Padahal, wajah tampan dan kekayaan Yuze tidak bisa dibandingkan dengan pria lain. Tapi, pria itu seolah menutup diri dari yang namanya perempuan.

Apa dia penyuka sesama jenis?

Astaga! Pikiran konyol itu sempat melintas di benak sang kakek hingga pria tua itu mengatur perjodohan dan kencan buta untuk cucunya. Bahkan, kakeknya itu berusaha menjauhkan Yuze dari sekretaris pribadinya hanya karena mereka sering bepergian bersama.

Di ruangan bertuliskan Presdir Jersey Grup, tiga orang beda usia tengah duduk sambil mengobrol santai.

"Yuze, mulai sekarang kamu harus memikul beban ini. Sudah waktunya untuk Kakek beristirahat sembari bercanda ria dengan seorang cicit," seloroh Tuan Zhang Bei .

Mendengar kata 'cicit', bola mata Yuze memutar jengah. Sudah kesekian kalinya sang kakek meminta hal yang sama namun dirinya selalu mengabaikan dengan alasan belum siap. Sesungguhnya Yuze memang benar-benar belum siap untuk berumah tangga, apalagi memiliki seorang anak. Ia ingin mengembangkan perusahaannya menjadi perusahaan nomor satu di dunia.

"Aku sudah bosan mendengar permintaan Kakek," sahutnya malas.

Tuan Zhang Bei melirik sinis. "Sampai kapan kamu akan menolak? Usia Kakek sudah terlalu tua, takutnya tidak bisa bertemu hingga batas waktunya."

"Kakek!" seru Yuze dan Qian bersamaan.

Tuan Zhang Bei kini melirik kedua pria muda di hadapannya itu secara bergantian. Ia pun memicingkan bibirnya dengan tersenyum hambar. "Baru sekarang aku mendengar lagi kamu memanggilku Kakek!" selorohnya mengejek Chu Qian.

Chu Qian pun kembali menunduk tak berani menatap pria tua sang penyelamat hidupnya. Ia memang bukan cucu kandung Tuan Zhang Bei, namun rasa sayang dan hormat Chu Qian terhadap Tuan Zhang Bei sama besar layaknya seorang cucu kandung.

Dua puluh tahun lalu saat kedua orang tua Yuze mengalami kecelakaan, Tuan Zhang Bei menyelamatkan seorang anak dari mobil lain. Kondisinya sangat parah, bahkan nyawanya nyaris melayang. Namun dengan segala cara, ia berusaha menyelamatkan anak malang itu hingga membawanya berobat ke luar negri.

Nasib kedua orang tua Chu Qian sama dengan kedua orang tua Yuze, meninggal dalam kecelakaan. Bocah malang itu menjadi yatim piatu di usia yang masih sangat kecil, dan belum mengerti kerasnya kehidupan. Beruntung ia ditemukan oleh orang baik seperti Tuan Zhang Bei yang merawatnya hingga dewasa layaknya cucu sendiri.

Suasana saat ini hening seketika. Tak ada obrolan apapun yang keluar dari mulut ketiga pria beda usia di ruangan tersebut. Mereka hanya fokus ke dalam lamunan masing-masing hingga dering ponsel membuyarkan lamunan ketiganya.

Tuan Zhang Bei segera menjawab panggilan yang masuk di gawai pintarnya. "Halo!"

Seseorang di seberang sana langsung menyambutnya dengan ramah dan penuh kesopanan. Mereka terlibat obrolan serius hingga kakek berusia tujuh puluh lima tahun itu menyunggingkan senyumnya sembari mengangguk. "Baiklah! Tunggu kabar baik dariku selanjutnya," ujarnya penuh semangat sebelum mengakhiri panggilan.

Yuze dan Qian keheranan melihat senyum kebahagiaan di wajah sang kakek. Keduanya saling menatap lalu mengedikan bahu secara bersamaan.

Tuan Zhang Bei segera menatap cucunya setelah menyimpan kembali ponsel di saku jasnya. "Yuze!" si pemilik nama mendongak. "Luangkan waktumu jam tujuh malam ini untuk menemui putri dari keluarga Gu," sebelum cucunya membuka suara, kakek tua itu langsung berkata. "Tidak boleh menolak!" tegasnya.

Yuze melenguh pelan. Dia tahu bahwa kakeknya pasti akan melakukan ini. "Baiklah, sesuai perintah Kakek!" ucapnya pasrah.

Melihat sang cucu tidak bersemangat, Tuan Zhang Bei berkata lagi. "Dia gadis yang sangat cantik, baik, berbudi pekerti luhur, lulusan Universitas ternama di Jerman. Dia juga memiliki perusahaan sendiri di bidang seni. Kakek rasa kalian pasti akan cocok," tuturnya menjelaskan_berharap Yuze berantusias.

Yuze hanya mengangguk pasrah sembari beranjak dari duduknya membuat kakek Zhang Bei bertanya tak sabar. "Mau ke mana?"

"Aku mau pulang untuk membereskan pakaianku dulu, Kek. Setelah turun dari pesawat langsung ke mari, rasanya sungguh lelah." ujarnya beralasan.

"Tapi, hari ini kamu sudah sah menjadi Presdir Jersey Grup. Bagaimana bisa kamu meninggalkan kantor di jam segini?"

Yuze tersenyum simpul. "Masih ada Kakek di sini. Lagi pula, aku mau istirahat seharian untuk memulihkan tenagaku agar bisa mengemban tugas yang Kakek berikan itu."

"Tapi__!"

Sebelum kakek berkata lagi, Yuze segera menyela dengan mengajak sekretarisnya pergi. "Ayo, Qian!"

Chu Qian segera beranjak mengikuti langkah Yuze setelah membungkuk hormat di hadapan Tuan Zhang Bei. "Permisi, Pak Komisaris!"

Mendengar panggilan seperti biasa dari Chu Qian membuat kakek tua itu berdecak kesal. "Ckk, dasar bocah. Hei, kenapa kalian harus selalu pergi bersama? Bisa tidak, salah satunya membantuku di sini?!" teriaknya sebelum kedua pria muda tersebut menghilang di balik pintu.

Keduanya hanya melambaikan tangan sembari berkata serempak sebelum menutup pintu, "Maaf!"

"Haish, dasar bocah nakal! Kenapa mereka lengket banget seperti permen karet, tidak mau dipisah. Aku khawatir mereka berdua .... Ah, tidak ... tidak! Kenapa aku berpikiran seperti itu?!" tampik Tuan Zhang Bei sambil menggelengkan kepala.

Bersambung ...

Kebahagiaan orang tua adalah melihat anak-anaknya bahagia.

~Lien Machan~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status