Share

Chapter 4

Author: Lien Machan
last update Huling Na-update: 2024-03-08 18:00:36

Bab 4~Ponsel Mahal

Di perusahaan Jersey Grup, hari ini para karyawan digegerkan dengan kedatangan Presdir baru yang tampan namun dingin. Walaupun ia terlihat sopan tapi wajahnya datar tanpa ekspresi, berkarisma dan juga berwibawa. Memang seperti itu sikap Zhang Yuze terhadap orang lain, tidak seperti pada saat di rumah.

Para karyawan berbisik mengagumi ketampanan Presdir baru mereka dengan histeris. Wajah mereka terlihat sumringah disertai mata berbinar sembari melompat girang saat Yuze melewati mereka.

"Pak presdir kita sangat tampan ya," puji salah satu dan dibenarkan semua orang.

"Bukan cuma dia, sekretaris pribadinya juga tampan." yang lain ikut berkomentar.

"Ah, mulai hari ini aku akan betah kerja di sini." timpal yang lain.

"Tapi, katanya dia itu orang yang sangat tegas. Maka dari itu, kita tidak boleh berbuat kesalahan." Semuanya setuju dan segera kembali ke pekerjaan masing-masing.

Sementara Zhang Yuze melangkah ke ruang kerjanya diikuti Chu Qian di belakang. Mulai hari ini ia disibukan oleh pekerjaan yang sudah diserahkan kakeknya, mengurus semua perusahaan milik keluarga Zhang, Jersey Grup.

"Hari ini ada rapat bersama Dewan Direksi!" lapor Chu Qian yang hanya dilirik sekilas oleh Yuze. "Jam dua siang ada rapat dengan Presdir dari DG Grup, kemudian jam empat sore ada pertemuan dengan Presdir Gu mengenai kerja sama kita yang tertunda dua hari lalu," lanjutnya kemudian.

Zhang Yuze menarik napas panjang kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi sembari menatap Chu Qian. "Percepat rapat bersama Dewan Direksi, setelah itu kita temui Presdir DG Grup lalu Presdir Gu. Ada hal pribadi yang ingin aku bicarakan dengannya,"

"Baik!" Chu Qian lekas keluar untuk mengatur kembali jadwal Zhang Yuze sesuai perintahnya.

Sementara di ruangan, Yuze termenung mengingat pertemuannya dengan Nona Gu yang padahal bukan aslinya. Gadis yang dikira Gu Xi itu meminta dirinya untuk membatalkan perjodohan sebab dia pun tak ingin dijodohkan dengan alasan sudah memiliki kekasih. Semalam, walaupun tidak banyak mengobrol dengan gadis itu, tapi Yuze bisa melihat bahwa Gu Xi adalah gadis yang memiliki pendirian teguh.

Zhang Yuze mengagumi kepribadiannya.

Pria itu berniat membicarakan hal itu bersama kakeknya agar sang kakek tidak salah paham dan terus memaksanya untuk menerima Gu Xi karena gadis itu sudah memiliki kekasih hati. Harga dirinya merasa terinjak jika harus mengemis cinta pada gadis galak seperti Gu Xi yang padahal adalah Xia Lien, temannya.

"Mimpi!" tepisnya jauh.

• • • •

Di lain tempat, Xia Lien tengah sibuk di galeri lukisnya. Banyak pengunjung yang datang untuk membeli namun tak sedikit juga dari mereka datang hanya untuk sekedar melihat-lihat hasil karyanya. Namun, walaupun begitu, Xia Lien tetap melayaninya dengan ramah.

Pembeli adalah Raja, begitulah pepatah yang sering digunakan untuk para pedagang dan pembeli. Terkadang, para pembeli bersikap seenaknya saja bahkan menawar barang yang dijual dengan harga yang sangat murah. Tapi, Xia Lien mempunyai prinsip. Dia tidak pernah menurunkan harga sesuai dengan kualitas barang yang dijualnya.

Tidak peduli jika lukisannya tidak laku dan hanya menjadi pajangan di galerinya, yang terpenting adalah nilai seninya tidak turun.

Hari ini Xia Lien lebih sibuk dari biasanya karena murid-murid yang ingin belajar melukis semakin banyak berdatangan. Sudah setahun dia membuka kelas melukis untuk anak-anak yang memiliki 'kekurangan fisik'. Bukan dari kalangan atas saja melainkan kalangan bawah pun berdatangan untuk belajar bersamanya.

Xia Lien tidak meminta bayaran, tapi tak sedikit dari orang tua anak-anak tersebut memberikan 'upah' untuk ilmu yang diajarkannya kepada anak-anak disabilitas itu.

"Kakak, lihat hasil kerja kerasku! Cantik, 'kan!" seorang anak perempuan memperlihatkan lukisannya pada Xia Lien.

Xia Lien lekas menghampiri sambil tersenyum, namun senyum itu memudar kala melihat lukisan anak perempuan tersebut. "Kamu melukis apa, Anran?" Ia terheran.

Wajah Anran memberengut karena Xia Lien malah bertanya, bukan memuji. "Ini keluargaku, Kak Lien."

"Keluargamu?!" Anran mengangguk pelan.

Lukisan tersebut memperlihatkan gambar sepasang orang tua yang tersenyum bahagia bersama kedua anak perempuannya, namun mereka hanya memeluk anak perempuan yang berdiri di tengah dan mengabaikan anak perempuan yang duduk bersimpuh di tanah.

Xia Lien termenung sedih. Kenapa anak sekecil Anran bisa melukis pemandangan menyedihkan seperti ini? Bukankah keluarganya terlihat baik-baik saja dan harmonis? Terlebih, mereka berasal dari keluarga yang cukup kaya.

"Anran sayang. Kenapa kamu melukis gambar seperti ini? Apa Ayah dan Ibumu ..." belum sempat Xia Lien melanjutkan pertanyaan, Anran sudah menyela.

"Mereka bukan orang tua kandungku, Kak. Mereka mengambilku saat aku ditinggalkan di Panti Asuhan," aku Anran sembari terisak. Gadis kecil itu menceritakan tentang kehidupannya yang ditinggal kedua orang tua di sebuah panti karena kekurangan fisik. Bahkan, kedua orang tua Anran dengan terang-terangan mengatakan jika mereka tak membutuhkan anak cacat sepertinya. Beruntung ia diadopsi oleh sepasang pasutri baik yang kini menjadi orang tua angkatnya, yang menyayangi layak anak kandung.

Hati Xia Lien merasa teriris saat mendengar cerita anak malang tersebut. Ia sungguh geram kepada orang tua yang tega membuang anak kandungnya hanya karena kekurangan fisik. Kekurangan fisik bukan keinginannya, melainkan pemberian Tuhan yang wajib disyukuri. Xia Lien berjanji dalam hati akan membuat Anran menjadi seorang yang berguna di masa depan dan membuat orang tua kandungnya menyesal.

"Hai, melamun apaan?" Gu Xi datang mengejutkan Xia Lien yang termenung memikirkan nasib Anran.

"Eh, Xixi. Kapan kamu datang?" Xia Lien balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Gu Xi.

Gu Xi mendecih tak menghiraukan. Ia duduk di depan Xia Lien sembari menopang dagu. "Papa keukeuh ingin aku berkencan lagi dengan Zhang Yuze," Xia Lien mengerutkan kening mendengar perkataan sahabatnya. "Sepertinya usahamu kemarin kurang keras," lanjutnya kemudian.

"Aku harus gimana lagi? Kemarin sudah sangat jelas aku menolaknya. Kenapa masih harus menemuinya? Apa Zhang Yuze tidak mengatakan apapun kepada Ayahmu?" Xia Lien tak habis pikir.

Gu Xi menghela napas sebelum kepalanya mendarat di meja. "Hah, aku sangat kesal. Xia Lien, bantu aku sekali lagi!" pintanya mengiba.

"Tidak bisa!" tolak Xia Lien cepat.

"Kenapa?" tanya Gu Xi penasaran.

"Dia itu pria yang menyebalkan. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi," sahut Xia Lien menolak keras.

Helaan napas kembali terdengar dari mulut Gu Xi. Sepertinya dia harus berkata jujur kepada ayahnya dan tidak memaksa Xia Lien untuk menemui Zhang Yuze lagi. Tapi ....

"Eh, ponsel baru kah?" Gu Xi segera mengamati ponsel milik temannya yang terlihat asing. "Wah, kamu banyak duit juga ternyata!"

"Bukan aku yang beli, tapi Zhang Yuze! Dia mengganti ponselku yang dirusak olehnya," jawabnya datar.

"Ponselmu yang murah diganti ponsel semahal ini? Wah, Tuan Zhang benar-benar royal!" puji Gu Xi sembari menggelengkan kepala tak percaya.

Xia Lien mengerutkan kening. "Ponsel mahal? Memangnya berapa harganya?"

"Lima belas juta,"

"Apa?"

Bersambung ...

Hargai apapun yang diberikan kepada kita, baik atau buruk yang penting ikhlas.

~Lien Machan~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Happiness Marrie   Chapter 55

    Bab 55~Malam PanjangYuwen menatap lekat wajah tampan pria di samping Xia Lien. Ada rasa iri ketika pria itu menggenggam tangan Xia Lien dengan erat. "Apa kamu pacar Xia Lien?" Yuwen bertanya tak sabar. Belum sempat Zhang Yuze menjawab, tiba-tiba sebuah pukulan keras mendarat di wajahnya hingga pria itu terhuyung membentur meja. Bugh"Argh!" Jerit histeris Xia Lien juga para pengunjung kedai mie yang sedang makan di sana. Bukan hanya sekali, bahkan dua pukulan kembali dilayangkan lagi hingga wajah tampan itu mendapat luka memar dan sedikit robek di bagian ujung bibir. Kerah kemeja Zhang Yuze dicengkeram kuat disertai peringatan keras. "Sudah ku bilang jauhi dia! Mengapa kamu selalu membuatku marah, Yuze!" bentaknya dengan rahang mengetat. Xia Lien menepis tangan kekar yang mencengkram kerah kemeja Zhang Yuze sembari berteriak. "Apa yang kamu lakukan, Kak? Kenapa begitu kasar sama dia?!" Xia Long

  • Happiness Marrie   Chapter 54

    Bab 54~PenguntitHari sudah semakin sore tapi tak ada satupun yang pulang ke rumah, baik Xia Lien maupun kakak dan sahabatnya. Yuwen termenung bosan di sudut ruangan, memangku dagu dengan sebelah tangan sambil bermain ponsel. "Pada ke mana sih mereka? Kenapa belum pada pulang jam segini? Apa semuanya kerja lembur?" tebak Yuwen namun tak lama kemudian ia terkesiap. "Atau jangan-jangan mereka bertiga makan di luar tanpa aku! Haish, tidak bisa, aku juga harus ikut mereka!" tekadnya sembari menyambar tas lalu ke luar dan mengunci pintu. Tangannya melambai menghentikan taksi yang lewat tapi selalu penuh, tak ada yang kosong. "Kenapa sih semua taksi pada penuh? Apa mereka juga ikut menghalangiku?!" gerutunya kesal. Matanya terus melirik ponsel, berharap ada panggilan atau notifikasi pesan masuk, tapi ternyata tidak ada. Tak ada pilihan selain menghubungi lebih dulu. Yuwen segera mengetik nama Xia Long dan melakukan pangg

  • Happiness Marrie   Chapter 53

    Bab 53~Siapa Dia?KringDering ponsel mengalihkan atensi netra berbulu lentik untuk menoleh. Sebuah tangan terulur lalu meraih ponsel yang berbunyi nyaring tersebut, kemudian diletakkan di telinga. "Halo!" Si penelpon lantas segera berkata. "Halo, Xia Lien. Bisa kita bertemu malam ini?" Suara barito Zhang Yuze terdengar lembut di telinga. Bibir Xia Lien tersungging tipis. "Humh, gimana ya? Pekerjaanku masih banyak, Kak. Jadi, maaf banget!" ujarnya beralasan. Padahal dalam hatinya Xia Lien sangat senang. Entah kenapa akhir-akhir ini ia menjadi sangat ingin lebih dekat dengan Zhang Yuze, apalagi pria itu selalu berusaha terus mendekatinya. "Kamu masih di galery?" "Iya, Kak. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," sahut Xia Lien. "Yah, padahal aku ingin makan malam berdua sama kamu!" keluh Zhang Yuze kecewa. Xia Lien tertawa kecil. "Hehe, maaf ya, Kak. Serius deh, aku sedang sangat sibuk! Pekerjaa

  • Happiness Marrie   Chapter 52

    Bab 52~Dia Milikku! BrakZhang Yuze memukul meja dengan keras. "Apa? Lu Xialan membuat keributan di kantor pusat?" Netra elang itu menyalang nampak memerah seiring rahang yang mengetat dengan luapan emosi. Chu Qian mengangguk. "Benar, Presdir. Bahkan dia bersikap tidak sopan di depan Pak Komisaris," tuturnya menjelaskan."Brengsek. Wanita tak tahu malu, kurang ajar!" Emosi Zhang Yuze semakin meluap. "Lalu, apa yang harus aku lakukan, Pak?!" Zhang Yuze terdiam sejenak, memikirkan cara untuk membuat wanita bernama Lu Xialan itu kapok dan tidak berani melewati batasan. "Hubungi pihak Managementnya untuk memutus kontrak dengan wanita itu. Jangan biarkan dia muncul di iklan atau majalah manapun!" putusnya kemudian. Terdengar sangat kejam, tapi bagi pria itu keputusannya sudah cukup pantas. Zhang Yuze tidak bisa mentolelir sikap kasar siapapun pada orang tua terutama kakeknya. Ia bisa saja membuat Lu Xialan perg

  • Happiness Marrie   Chapter 51

    Bab 51~PertemuanYuwen menatap sekeliling sembari menyunggingkan senyum kebahagiaan. Dirinya percaya jika dialah wanita yang bertahta di hati Xia Long dari dulu hingga sekarang. Buktinya, pria itu setuju membawanya ke kota. Atas perdebatan kecil kemarin, Xia Long mengalah karena tidak ingin menyakiti hati paman Bing Yu untuk hal apapun. Namun itu justru dimanfaatkan Yuwen untuk mengikuti kehendaknya, membawanya ke kota untuk diperkenalkan kepada adik Xia Long. "Sini aku bantu!" tawar Yuwen sambil mengulurkan tangan. "Tidak perlu! Kamu tunggu aja di sana, aku akan ambil semua barang-barangnya dulu!" tolak Xia Long datar. Yuwen tertegun sebelum berkata, "Baiklah!" Ia berdiri menjauh dari bagasi mobil dan hanya melihat Xia Long mengeluarkan barang-barangnya. "Seharusnya aku tidak membawa banyak barang," cetus Yuwen tak enak. "Tidak apa-apa! Ini semua 'kan barang keperluan mu," ujar Xia Long sembari melangkah. "Yuk mas

  • Happiness Marrie   Chapter 50

    Bab 50~Cerita YuwenGu Xi dan Chu Qian berdiri di ambang pintu, menatap sinis dua orang yang terlihat sedang bermesraan. Xia Lien gelagapan dan salah tingkah karena merasa kepergok berbuat salah, sementara Zhang Yuze bersikap biasa saja seolah tak terjadi apapun tadi. "Lien'er, pindah!" Xia Lien menuruti perintah Gu Xi untuk beranjak dan pindah tempat, namun lututnya merasa kesakitan hingga ia pun jatuh kembali. Beruntung Zhang Yuze memperhatikan sehingga bisa menangkap tubuh itu secepatnya. "Eh?" Gu Xi panik ingin membantu, tapi tak jadi. "Pelan-pelan aja kalau mau berdiri. Lukamu baru saja diobati," ujar Zhang Yuze lembut. "Ah, iya, makasih!" Xia Lien tak berani menatap wajah pria yang tadi menciumnya. Gu Xi segera mendekat. "Apa yang tadi kamu lakukan sama Lien'er-ku, Tuan Zhang? Sepertinya Anda melewati batas!" ketusnya sambil bertolak pinggang."Tadi__!" Takut Gu Xi marah dan melaporkannya pada sang k

  • Happiness Marrie   Chapter 49

    Bab 49~Awas Jatuh Cinta! Zhang Yuze hanya mendesis ketika merasakan gigitan di tangannya yang dilakukan oleh Xia Lien ketika obat tetes itu menetes di lukanya. "Tahan sebentar lagi!" ujar Zhang Yuze menenangkan seraya meniup luka tersebut dengan lembut.Ada rasa hangat menjalar ketika mendapat perlakuan manis Zhang Yuze. Xia Lien bahkan tak sadar membalikkan telapak tangan pria itu hingga menopang pipinya dan bibirnya seolah mencium tangan besar tersebut.Merasakan tangannya seperti mendapatkan kecupan lembut Xia Lien, pria itu menjadi salah tingkah. Zhang Yuze berdehem menghilangkan rasa canggungnya sebelum berkata, "Ekhem, bisa pinjam tanganku sebentar?" Zhang Yuze bertanya lembut. Xia Lien tersentak. "Ah, oh, ya. Umm, maaf!" Ia menjadi tak enak hati karena melakukan yang tidak seharusnya pada tangan pria itu. Zhang Yuze tersenyum simpul. "Enggak apa-apa! Cuma aku membutuhkan kedua tanganku untuk membalut lukamu. Setelah it

  • Happiness Marrie   Chapter 48

    Bab 48~Terluka "Xixi, ayo kita keliling komplek mumpung hari libur!" Xia Lien berteriak dari ruang tamu. Sepatunya baru saja diikat bergantian. Gadis itu siap untuk lari pagi ini. Gu Xi tak merespon, masih asyik bergumul dalam selimut yang tebal dan hangat. Ia bahkan tersenyum dengan mata tertutup rapat_mungkin sedang bermimpi indah. Tak mendapat sahutan dari dalam kamar, Xia Lien pun melanting menghampiri. Mulutnya berdecak ketika melihat sahabatnya itu masih asyik bermimpi sambil tersenyum konyol. "Xixi ... Xixi ... XIXIIIIIIIII!" teriaknya kencang tapi hanya disambut tutup telinga oleh si penghuni tempat tidur menggunakan bantal. "Berisik, Lien'er. Aku masih ingin tidur," "Bangunlah, Xixi. Ini udah jam enam," Xia Lien berusaha membangunkan tapi ternyata sangat sulit. Tak ada pilihan lain selain memaksanya bangun. Seringai di wajah Xia Lien mulai nampak. Tangan nakalnya m

  • Happiness Marrie   Chapter 47

    Bab 47~Mulai BertemanHari sudah mulai senja, nampak dari langit yang berubah warna menjadi jingga. Xia Lien terus menatap jalanan dari balkon kamarnya, menantikan kedatangan kakak ataupun temannya namun tak kunjung pulang juga. Dering ponsel menyita perhatiannya. Dengan mata berbinar, ia segera menjawab panggilan di gawai pintarnya. "Iya, Kak. Kenapa Kakak belum pulang? Dari tadi aku nungguin, lho!" cerocosnya langsung bertanya. "Maafin Kakak, Dek! Sepertinya malam ini nggak akan pulang ke rumah. Kakak ada urusan di luar kota, mungkin beberapa hari baru bisa pulang." kata Xia Long."Tugas ke luar kota? Kenapa mendadak? Tadi pagi Kakak nggak ngomong apa-apa?!" tanya Xia Lien kecewa."Iya, mendadak. Makanya Kakak hubungi kamu secepatnya ketika baru sampai sini," sahutnya sedikit berbohong. "Maaf, ya!" Xia Lien terdiam sejenak sebelum mengangguk pasrah. Lenguhan terdengar jelas. "Ya udah kalau begitu, tapi Kakak harus jaga diri

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status