Home / Romansa / Happiness is Unwanted / Chapter 2 Past and Future 1

Share

Chapter 2 Past and Future 1

Author: Pooja
last update Last Updated: 2021-03-14 00:14:43

Mobil sedan berwana hitam bermerk BMW itu terpakir rapi di depan rumah Audy. Seorang pria turun dari mobil itu dengan pakaian smart cassual. Dia terlihat sangat keren dengan menggunakan kaus polos berwana putih berpadu dengan celana dan jaket berwana navy.

Hendra yang dari tadi sudah tak sabar menunggu, kini mengembangkan senyumnya menyambut kedatangan Gerald. Hendra merasa bangga pada putrinya, saat Audy memberitahu padanya, jika pacarnya itu Gerald Purnama. Anak satu-satunya keluarga Purnama, pembisnis yang sudah melalang buana di bidang property. 

Dilain sisi, Audy sedang sibuk dipermak oleh sang bunda. Ia bahkan sampai melupakan kegugupan yang tadi melandanya. Karena sang ayah tanpa berpikir panjang ingin menyambut langsung kedatangan Gerald.

"Oke honey, sudah selesai." Ucap Della yang terlihat puas dengan hasil karyanya. 

"Apa ini tidak terlalu menor?" tanya Audy tak percaya diri.

"Tidak ... ini sangat cantik dan perfect."

Audy mengamati pantulan wajahnya sekali lagi di depan cermin yang tampak lain dari biasanya. Gurat kecantikan natural yang dimilikinya semakin menawan dengan polesan make up yang menyatu dengan sempurna di kulit putihnya.

"Biar dia sadar jika wanita yang mencintainya sangat cantik dan berfikir ratusan kali jika ingin menyelingkuhinya." Goda Della seraya mengedipkan sebelah matanya.

Audy mengangguk sekilas. Semoga saja sifat dingin Gerald bisa meleleh oleh kencantikan yang disuguhkannya malam ini.

Saat tadi membantu Della mempersiapkan hidangan untuk makan malam, Audy sudah mengatakan semua tentang hubungannya dengan Gerald. Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar kamar Audy. 

"Non dan nyonya, tuan memanggil kalian." Seru suara cempreng mbok Ani, pembantu di rumah keluarga Gunawan.

"Baik mbok," jawab Della.

Audy menarik nafas lalu membuang dengan kasar. Baru pertama kalinya Ia mengenalkan pacarnya pada orang tuanya. Grogi, deg degan itu yang dirasakannya. 

"hai, hallo!" Della mengibas-ngibaskan tangannya di depan muka Audy yang tampak melamun.

"Jangan grogi begitu. Ini baru mengenalkan pacar, bagaimana kalau nanti kamu dilamar?" 

"Aku pasti sudah pingsan duluan." Canda Audy untuk mengurangi rasa groginya. 

Audy dan Della turun dari lantai dua untuk menyambut Gerald. Gerald yang sedari tadi ayik mengobrol dengan Hendra kini mengalihkan matanya pada dua sosok wanita yang berjalan beriringan menuruni anak tangga menuju ke arahnya.

Bibirnya tanpa sadar membuka dua senti saat netranya menangkap sosok wanita yang sangat dia rindukan. Begitupun dengan wanita itu, dia terdiam dan memaku saat bertatap mata dengan Gerald.

"Banyak nama Gerald Purnama, kenapa harus dia?" batin Della yang masih belum percaya dengan sosok yang dilihatnya.

"Gerald!" Panggil Audy memutus lamunan Gerald.

Gerald tersenyum kaku mendengar panggilan dari kekasihnya. 

"Iya." Ucap Gerald menyahuti Audy. Berbeda  dengan manik matanya malah tertuju kearah Della yang masih mematung.

 "Ow ya Ger, kenalkan ini Bundaku." Ucap Audy yang dengan bangga menyebut Della sebagai bundanya. 

Bagaikan tersambar petir disiang bolong. Kekasih yang selama ini menghilang begitu saja dan baru beberapa detik lalu ditemukan, sekarang sudah  berstatus menjadi istri orang?. Bagaimana bisa? Gerald mengepalkan tangannya kuat-kuat menahan amarah yang membuncah di dadanya.

"Nak Gerald?!!" panggil Hendra lembut.

"Eh iya, Maaf om. Saya terlalu terpesona dengan pemandangan yang ku lihat malam ini." Ucap Gerald tersenyum kecut. 

Audy yang mendengar kalimat yang di lontarkan Gerald merasa senang. Untuk pertama kalinya Gerald memuji Audy. Dan untuk pertama kalinya kalimat yang diucapkan Gerald itu sangat panjang.

Audy melirik Della penuh rasa terimakasih. Memang benar yang di ucapkan Bundanya, Gerald bahkan tak berkedip menatapnya!.

"Sangat luar biasa." Ucap Gerald dengan mengangguk-anggukan kepalanya. Ia benar-benar tak menyangka, takdir bisa sekejam ini mempermainkannya dan ucapan itu tentu saja bukan untuk memuji kecantikan Audy.

"Dia anakku satu-satunya, jaga dia baik-baik jangan pernah menyakitinya. Dia memang manja belum bisa mandiri," tutur Hendra.

"Iya om." 

"Ayah, aku sudah besar dan sangat mandiri, kenapa ayah menjatuhkan harga diriku." Kesal Audy pada ayahnya. 

"Tapi, kamu memang anak ayah yang manja dan tidak bisa mandiri. Buktinya kamu gak bisa keluar rumah sendiri." 

"Ayah ... " 

"Mari Nak, kita makan malam bersama." Ajak Hendra tanpa memedulikan Audy yang merajuk. 

Audy masih bergelayut manja dengan ayahnya sampai mereka berada di meja makan. Sedangkan Gerald dan Della kini saling beradu pandang. Tersirat jelas dari tatapan Gerald ada beribu pertanyaan yang siap dilontarkan pada Della.

Makan malam berjalan dengan lancar kini Gerald pulang dengan perasaan yang tak menentu setelah melihat keakraban yang terjalin antara Audy dan Della. Terlebih lagi Hendra yang seakan menjadi penengah serta mengayomi mereka berdua.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Pagi menjelang, hari ini Audy tersenyum dengan sangat lebar. Dia bahagia karena orang tuanya dapat menerima kekasihnya, Gerald. Kalau dipikir-pikir, tak mungkin juga orang tuannya menolak Gerald. 

Dia bahkan sudah bisa ditebak dari keluarga kaya raya dengan bisnis di bidang properti dimana-mana, yang tiap tahun kekayaannya semakin bertambah.

Kini Audy berada di kantin kampus untuk menikmati secangkir teh hangat kesukaannya sambil membuka laptop untuk mengerjakan revisi tesisnya. 

"Audy!!" teriak seseorang dari kejauhan yang suaranya sangat familiar namun jarang dia dengar. 

Audy menoleh ke sumber suara, jantungnya berdebar keras saat melihat siluet seseorang yang barusan memanggilnya.  Selama enam bulan pacaran, baru kali ini seorang Gerald, memanggilnya dari kejauhan dan terlebih dahulu menghampirinya. 

Biasanya Audy, yang selalu berinsiatif untuk menghampirinya dan mengajak kemana-mana. Ibarat kata, Audy yang selalu meminta sedangkan Gerald yang selalu memberikan. Seperti cinta secara sepihak.

Gerald kini duduk di depan Audy, muka yang biasanya datar tanpa expresi itu kini tersenyum padanya.

"Gerald? kamu nggak salah minum obat?" tangan Audy kini mulai memeriksa kening Gerald.

"Kenapa?"

"Aneh saja."

"Ada yang ingin aku tanyakan padamu!" ucap Gerald tanpa basa basi.

"Tanyalah, aku siap dua puluh empat jam untuk menjawab." Jawab Audy terkekeh kecil.

"Aku, ingin bertanya tentang Del ... " ucapan Gerald terputus saat mendengar bunyi telepon Audy berbunyi.

"Maaf... Ini dari bunda, aku angkat sebentar ya." Audy meminta ijin pada Gerald.

15 menit Audy berbicara dengan Della di telepon, setelah selesai dia kembali pada Gerald untuk melanjutkan pembicaraan.

"Tadi mau tanya apa?"

"Tidak papa, itu bunda kamu kenapa?"

"Astaga, Ger, boleh aku meminta tolong?" tanya balik Audy tanpa menjawab pertanyaan Gerald.

"Iya." Kesal Gerald yang ingin tahu apa yang terjadi pada Della, namun tak dijawab Audy.

"Begini, bunda sekarang sedang berbelanja di supermarket Grand Lucky dan dia lupa membawa dompetnya, kalau boleh aku ... "

"Oke aku akan kesana." Potong Gerald tanpa menunggu Audy selesai berbicara. Ia sudah hafal di luar kepala kelakuan Della yang sedikit pelupa.

Tanpa pamit pada Audy kini gerald sudah pergi meninggalkannya. Ada rasa penasaran pada diri Audy dengan sifat Gerald sekarang. Seketika rasa itu ditepisnya.

"Mungkin dia begitu karena ingin dekat sama Bunda, sebagai calon mertua," gumam Audy. Lalu meninggalkan kantin untuk bertemu dosen bimbingannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Happiness is Unwanted   Rembering The Past

    Sinar mentari yang menerobos masuk lewat kisi-kisi jendela membangunkan Della dari mimpi indahnya. Ia menggeliat sejenak, lantas mengelus perutnya yang mulai membuncit.Hawa dingin yang menyergapnya membuat dirinya enggan beranjak. Dia segera menarik kembali selimut yang ia kenakan hingga menutupi seluruh tubuhnya."Sayang, kau sudah bangun?" ujar Hendra yang baru saja selesai membersihkan diri."Hmmm." Della bergumam pendek. Malas menanggapi pertanyaan retoris Hendra. Entah mengapa sejak kemarin moodnya belum juga membaik.Belum lagi benaknya yang mendadak memikirkan Gerald, cinta pertamanya yang semakin membuatnya lesu."Kau kenapa? Apa kau merasa tidak enak badan?" Hendra yang cepat menyelesaikan ikatan dasi di lehernya, beranjak mendekati Della."Aku tidak papa," elak Della saat tangan kekar itu ingin meraih dahinya."Tapi Bunda terlihat lesu. Apa Bunda menginginkan sesuatu?" tawar Hendra."Tidak, Yah. Bunda han

  • Happiness is Unwanted   Gerald romance

    Gerald memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di halaman rumahnya. Lantas melepas seatbelt yang Audy kenakan. "Ckkk. Seperti anak kecil saja," Ujar Audy. Namun, ia membiarkan Gerald melakukan hal itu untuknya. "Tapi kau suka kan?" Goda Gerald. Kemudian membuka seatbelt yang dikenakannya sendiri. "Dasar bucin," Cibir Audy bersiap turun sebelum Gerald melempar gombalan lebay nya. "Biar aku saja," Cegah Gerald menahan lengan Audy. "Aku bisa sendiri, Ger. Tak perlu berlebihan," Sahut Audy lalu membuka pintu mobil. "Dasar tak bisa diajak romantis," Desis Gerald. Perlahan ia melangkahkan kakinya ikut turun. Audy mengabaikan kekesalan Gerald. Ia dengan santai melangkah masuk ke dalam rumah mereka. Melangkah terus hingga ke kamar. Lalu membaringkan diri di atas ranjang sebelum Gerald menyuruhnya.

  • Happiness is Unwanted   pomegranate

    Selesai sarapan, Gerald masih terus memberika perhatian pada Audy. Ia pun mengambilkan segelas air putih untuknya."Terima kasih. " Lidah Audy terasa kelu. Tidak terbiasa dengan sikap Gerald. Perhatian kecil dari laki-laki itu sukses membuatnya salah tingkah.Gerald tersenyum manis. Menatap Audy yang semakin terlihat cantik dengan sedikit rona merah di pipinya."Biar aku saja," tawar Gerald saat Audy hendak meletakan gelas itu kembali."Apa kau tidak pergi bekerja Ger?" Ujar Audy. Bila ditaksir mungkin sekarang sudah pukul tujuh lebih."Tidak. Aku akan menemanimu di sini.""Aku baik-baik saja," ucap Audy. Walau dalam hatinya ia berharap agar Gerald terus di sisinya.'Bodoh kau Audy. Apa sekarang kau mulai berharap padanya? Ap kau lupa bagaimana mudahnya dia mencampakkanmu?' Batin Audy mendadak dilema.

  • Happiness is Unwanted   Gerald's attention

    Perlahan Gerald membantu membaringkan Audy di atas ranjang. Dengan tangan kanan menahan punggung Audy agar tidak langsung Gerak pun sedikit membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan Audy.Sekilas tatapan mereka bertemu, Audy cukup lama menatap Gerald. Ia masih tak menyangka bila suaminya kini telah berubah menjadi malaikat yang super lembut.Begitu pula dengan Gerald, Laki-laki itu balas menatap wajah cantik Audy. Dalam hatinya ia berjanji, tak akan menyia-nyiakan istrinya lagi."Permisi. " Suara seorang pramusaji membuat Gerald dan Audy sontak mengalihkan tatapannya. Gerald lekas menarik tangannya yang tertindih punggung Audy. Lantas, membaringkan Audy dengan hati-hati.Wajah Audy sedikit memerah saat melihat pramusaji itu tersenyum canggung."Masuk saja, Sus," Ucap Audy sadar bila bila sosok yang berdiri di depan pintu tampak ragu. Mungkin saja

  • Happiness is Unwanted   Chapter 65 Gerald'a Confession

    Gerald mendudukan pantatnya di sofa sembari menunggu Audy keluar. Sesekali ia melirik pintu kamar mandi, agar bisa bergerak sigap jika gadis itu akan keluar. 'Maafkan aku, karena keegoisanku kamu menjadi terluka. Tapi aku berjanji, aku akan melupakan masa laluku dan memulai hidup bersamamu.'Gerald larut dalam pikirannya. Perasaan bersalah kembali menggeleyutinya. Ia beruntung semesta menyadarkan dirinya dengan cepat sehingga gadis itu belum terlepas darinya.Suara deringan ponsel terdengar nyaring, membuat lamunan Gerald buyar. Diliriknya ponsel Audy yang berada di atas nakas.Gerald menatap ke arah pintu toilet, sepertinya Audy belum selesai dengan urusannya."Apa aku saja yang mengangkatnya ya?" Gumam Gerald menimbang sebentar.Deringan itu masih terus berbunyi, Gerald menunggu sebentar lagi berharap Audy cepat keluar."Baiklah, biar aku saja yang mengangkatnya. Siapa tahu saja itu telepin penting," pungkas Gerald segera mende

  • Happiness is Unwanted   Chapter 64

    Sinar mentari menembus kaca jendela ruangan, di mana Audy sedang dirawat. Sinarnya sedikit menyilaukan, membuat Audy terbangun dari tidur panjangnya. Perlahan-lahan mata Audy mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia menatap sekelilingnya, infus yang terpasang di tangannya membuat ia susah bergerak."Auhh ...." Audy mengaduh kesakitan. Satu hal yang sangat ia benci, saat ia ingin tumbuh menjadi mandiri saat itu juga ia membenci saat dia sakit dan terbaring lemah tak berdaya.Gerald yang masih terlelap kini bangun saat mendengar suara Audy. Ia pun beranjak dari sofa menuju ke ranjang Audy."Apa kau baik-baik saja?" tanyanya sembari mengucek matanya agar terbuka dengan sempurna"Iya, aku baik-baik saja." Audy berusaha bangkit dari ranjang saat merasa ingin buang air kecil. Ia meringis kecil, kepala yerasa pening saat ia menggerakan tubuhnya."Apa yang ingin kau lakukan?" Heran Gerald dengab sigap memegangi tubuh Audy."Aku ingin ke ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status