Beranda / Rumah Tangga / Harap Restu Seorang Menantu / Bab 12~Ketakutan untuk Berterus-terang~

Share

Bab 12~Ketakutan untuk Berterus-terang~

Penulis: Giana
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-03 13:53:01
Rumah itu sunyi, hanya suara cicak di dinding dan detik jam tua yang terdengar jelas. Nadira menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Baru saja ia selesai memandikan tubuh dari peluh setelah seharian membereskan rumah. Rasanya capek, tapi ada sedikit lega. Setidaknya, rumah yang sudah beberapa hari ditinggalkan kini kembali rapi.

Tadi siang ia sempat bersenandung kecil sambil menyapu, seperti ingin menutupi perasaan kalutnya sendiri. Debu yang menumpuk di sudut-sudut rumah berhasil ia bersihkan, piring kotor yang sempat berjejer di dapur juga sudah ia cuci. Semua tampak lebih nyaman. Seandainya waktu bisa berhenti di momen itu, Nadira mungkin memilih berlama-lama di rumah sendiri daripada kembali ke rumah mertua.

Namun malam sudah datang. Dengan langkah sedikit enggan, ia pun berjalan pulang. Di hatinya ada harapan sederhana—semoga Aryan dan Mala sudah berangkat ke pasar malam, sehingga ia bisa masuk tanpa harus merasa tercekam.

Sayangnya, harapan itu langsung runtuh begi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 29~Luka yang Tak Terbela~

    Nadira melangkah cepat meninggalkan kantin, seolah ingin menjauh dari tatapan orang-orang yang mungkin sudah mulai berbisik-bisik. Udara di koridor terasa menyesakkan, meski pendingin ruangan bekerja seperti biasa. Ia menelan ludah, tangannya masih menggenggam ponsel erat-erat. Sambungan dengan Aryan belum terputus.Begitu menemukan sudut tangga darurat yang sepi, ia menempelkan punggungnya ke dinding. Napasnya memburu, matanya memandang sekitar memastikan tidak ada orang yang mendengar. Baru setelah itu ia kembali menempelkan ponsel ke telinga.“Maaf, Mas ... tadi aku sedang ada urusan. Ada apa menelepon?” Suaranya bergetar ringan, mencoba terdengar tenang meski jantungnya berdegup tak karuan.Dari seberang, tidak ada jawaban langsung. Hanya ada jeda panjang yang membuat telinganya semakin panas. Nadira menggigit bibir, menahan cemas. “Kalau sekiranya Mas Aryan masih nggak bisa bicara, aku matikan teleponnya. Aku sedang sibuk di hari pertama kerjaku,” ujarnya lagi, kali ini sedikit l

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 28~Berbeda~

    Nadira terdiam, matanya melebar tanpa sadar. Dadanya kembali berdesir aneh, kali ini lebih karena rasa kaget bercampur kagum. CEO? Jadi orang yang tanpa sengaja menyerempet ibu mertuaku, ternyata adalah CEO perusahaan tempatku bekerja?Ia menunduk, bibirnya hampir bergetar. Dalam hati, ia merutuki kebodohannya sendiri. Mengapa ia tidak berusaha mencari tahu susunan pimpinan dan orang-orang penting di tempat barunya ini? Seandainya ia lebih peka, ia tentu sudah siap menghadapi momen tadi tanpa terlihat begitu kikuk.“Tenang saja. Kalau kamu bekerja dengan baik, beliau akan lebih melihat hasil kerja daripada wajah gugupmu tadi. Jadi jangan terlalu dipikirkan.” Raka menutup map di depannya, lalu berdiri.Nadira mengangguk pelan. “Baik, Pak. Terima kasih atas nasihatnya.”Raka hanya mengangkat tangan sebentar, lalu melangkah keluar ruangan. Nadira menyandarkan tubuh ke kursi, menarik napas panjang.Nadira akhirnya memberanikan diri melangkah keluar ruangan setelah beberapa menit menenangk

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 27~Orang Penting~

    Langkah Nadira dan Paula memasuki lobi kantor terasa begitu berbeda dari yang mereka bayangkan. Suasana di dalam gedung megah itu penuh dengan aktivitas. Beberapa orang berlalu-lalang dengan kertas di tangan, ada yang sibuk berbicara lewat ponsel, ada pula yang membawa laptop sambil berjalan cepat. Deru suara sepatu hak dan ketukan sepatu kulit memenuhi ruangan, menciptakan irama khas dunia kerja yang begitu dinamis.Alih-alih membuat gentar, kesibukan itu justru memacu adrenalin Nadira dan Paula. Mereka saling berpandangan, tersenyum tipis meski wajah keduanya masih menyimpan gugup. Namun jelas, ada semangat baru yang mendorong langkah mereka semakin tegap.Seorang perempuan paruh baya dengan seragam rapi menghampiri, senyumnya ramah meski tatapannya tegas. “Kalian peserta program magang, ya? Mari, saya antar ke ruangan pelatihan,” ujarnya sambil memberi isyarat tangan.Nadira dan Paula segera mengangguk sopan. Mereka mengikuti langkah perempuan itu, melewati lorong berlapis kaca den

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 26~Duri Dalam Rumah Tangga~

    Suara di seberang begitu menusuk telinga Nadira, kasar dan penuh amarah. [“Jangan sampai kudengar kamu merengek pada anakku untuk pergi dari rumah! Kalau kamu memang mau pergi, ya sudah pergi saja sendiri! Jangan ajak-ajak Aryan untuk ikut!”]Nadira tertegun. Bukan suara Erlina yang ia dengar, melainkan ibu mertuanya. Air matanya seketika jatuh, tubuhnya bergetar menahan perih. Ia menggenggam ponsel lebih erat, berusaha menahan suaranya agar tidak pecah. “Ibu, aku hanya ingin hidup damai dengan suamiku di rumah kami. Hanya berdua, tanpa ada campur tangan pihak ketiga. Aku tidak bermaksud menyinggung siapa pun, apalagi Ibu.”Jawaban itu justru menyulut bara. Suara Mala terdengar semakin tinggi dan tajam. [“Jadi maksudmu, aku ini duri dalam rumah tangga kalian?! Kamu ingin bilang aku mertua jahat? Menyusahkan kalian?! Sejak awal aku tahu, kamu memang hanya bisa menghasut anakku agar menjauh dariku!”]Nadira terisak, pundaknya bergetar hebat. “Aku tidak pernah berkata begitu, Bu. Tolong

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 25~Memilih Pulang~

    Nadira menghela napas panjang, lalu menegaskan dengan suara bergetar namun mantap, “Aku serius, Mas. Aku ingin kita tinggal berdua saja. Aku sudah mencoba bersabar, tapi setiap hari rasanya semakin sulit menghadapi sikap ibumu. Kalau Mas tetap tidak mau, maka biarkan aku tinggal bersama Paula saja.”Suara Aryan di seberang terdengar tercekat, seakan tidak menyangka istrinya bisa sekeras itu. [“N—Nad, jangan bilang gitu. Jangan pernah berpikir untuk tinggal jauh dariku.”] Nada suaranya jelas tergagap panik, berbeda jauh dari tadi yang penuh amarah.Nadir terdiam, menanti jawaban yang lebih tegas. Hatinya berdegup kencang, takut sekaligus berharap.Lalu terdengar suara Aryan lagi, kali ini lebih bulat, [“Okey, Mas akan jemput kamu. Kita pulang malam ini juga dan tinggal di rumahmu. Kalau gitu, segera kirim alamat rumah temanmu si Paula itu. Mas akan izin dulu pada Ibu untuk pulang ke rumah kita, sekalian Mas minta Erlina menjaga Ibu selama aku tidak ada. Mas akan tinggal bersamamu, Nad.

  • Harap Restu Seorang Menantu   Bab 24~Tidak Melihat Dari 2 Sisi~

    [“Apa maksudmu, Nad?! Sudah malam begini kamu masih berkeliaran entah di mana! Setelah keributan tadi sore, bukannya kamu introspeksi di rumah, malah pergi tanpa kabar! Apa kamu nggak mikir sama sekali, hah?”] suara Aryan meninggi, terdengar jelas amarah yang tak terbendung dari seberang.Nadira memejamkan mata, menahan diri agar tidak ikut tersulut. Namun, semakin lama ia mendengar bentakan itu, semakin sesak dadanya. Jemarinya mencengkeram ponsel erat, hingga akhirnya ia tak kuasa lagi menahan diri.“Cukup, Mas! Kamu itu sama sekali nggak tahu apa yang terjadi padaku setelah kamu pergi gitu aja seusai memarahiku tadi sore!” seru Nadira, suaranya pecah, nyaris bergetar.[“Halah, kamu palingan hanya nggak mau baikan sama ibuku, kan? Makanya kamu pergi gitu aja.”]Nadira menggeleng keras meski Aryan takkan mungkin melihatnya. “Kamu pikir aku sepicik itu, Mas? Tidak! Erlina tadi menyuruhku untuk menjauh dari jangkauan ibumu ... dan kuanggap itu pengusiran secara tak langsung. Bayangkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status