Chapter: Bab 97~Bara yang Tak Kunjung Usai~Hujan telah lama reda, namun jalanan masih basah dan memantulkan cahaya lampu-lampu kota yang temaram. Mobil yang dikendarai Ziandra terhenti di depan sebuah deretan apartemen tua, cat temboknya mengelupas di sana-sini. Aroma lembap dan anyir samar menyeruak dari lorong sempit yang mengarah ke pintu-pintu kusam berderet rapi.Belvina mengepalkan kedua tangannya erat-erat di pangkuan. Napasnya memburu pelan. “Ini tempatku tinggal selama di sini,” lirihnya.Ziandra dan Jenna saling pandang. Ada rasa sesak menggayuti dada mereka melihat keadaan yang jauh dari layak.“Bagaimana bisa Devan dan Liona memperlakukanmu seperti ini,” gumam Jenna tak percaya.Ziandra mengetatkan rahangnya. “Ayo,” ujarnya tegas.Mereka bertiga melangkah cepat menapaki tangga sempit yang berderit di setiap injakan. Suasana di dalam gedung tua itu begitu sunyi, hanya terdengar tetesan air dari sudut langit-langit yang bocor. Di depan salah sat
Last Updated: 2025-06-19
Chapter: Bab 96~Menjadi Sekutu~Di tengah ruangan sempit yang hanya diterangi lampu meja kecil, Liona duduk berselonjor di sofa reyot sambil memainkan ponselnya. Jarinya lincah menelusuri linimasa media sosial, sesekali terkekeh pelan melihat video-video pendek yang lewat begitu saja. Di sudut ruangan, Liam tidur pulas di atas kasur tipis, berselimutkan kain hangat. Hujan deras yang mengguyur di luar menambah suasana malam yang dingin dan lembap.Sebuah suara pintu terbanting membuat Liona tersentak.Devan muncul dengan langkah terburu-buru, mantel panjangnya basah kuyup, rambutnya meneteskan air. Wajahnya masam, kedua alis berkerut tajam. Ia menggerundel kesal.“Sial! Aku lupa bawa payung!” gerutunya sambil menepuk-nepuk mantel yang basah.Matanya segera menyapu ke dalam ruangan. Pandangannya terarah pada kasur tempat Liam terlelap, namun sosok Belvina tak tampak di mana pun. Ia melangkah cepat mendekati Liona yang masih asyik menatap ponsel.“Di mana Belvina?&
Last Updated: 2025-06-18
Chapter: Bab 95~Pion Dalam Permainan~Belvina menarik napas panjang, lalu meletakkan kedua tangannya di pangkuan. Jemarinya saling menggenggam erat, seolah tengah menahan sesuatu yang selama ini disimpannya rapat-rapat.“Aku dan Angga memang pernah bersama. Dia adalah laki-laki pertama yang membuatku merasa dihargai saat aku tak lebih terlihat sebagai wanita penghibur. Tapi saat itu, aku sadar kami berbeda. Aku tidak punya apa-apa. Sementara Angga, dia begitu tinggi hingga tak bisa kugapai,” katanya akhirnya, suaranya pelan dan jelas.Ziandra hanya diam, bola matanya tajam menatap wanita di hadapannya.Belvina menghela napas, lalu melanjutkan. “Dan akhirnya ... aku terpaksa meninggalkannya. Saat itu kami memang saling mencintai, tapi keadaan begitu sulit untukku. Aku terus mendapat tekanan dari Pak Yuda untuk meninggalkan putranya. Jika Angga jadi menikahiku, maka Pak Yuda akan pastikan karier putranya akan hancur. Ia bahkan takkan segan merusak karier Angga jika aku masih kukuh be
Last Updated: 2025-06-17
Chapter: Bab 94~Penyimpangan~Setelah mengirimkan lokasi pertemuan pada Belvina, Ziandra menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa gugup yang belum juga surut. Ia menatap bayangannya sendiri di cermin lift yang memantulkan wajah letih dan mata sembap.“Ini keputusan yang tepat,” gumamnya lirih, lalu melangkah cepat menuruni tangga rumah sakit.Namun di anak tangga ketiga, langkahnya terhenti saat mendapati seseorang berdiri di ujung lorong—Jenna.“Ziandra?” panggil Jenna pelan, wajahnya menunjukkan raut prihatin sekaligus lega. “Aku memang ingin mencarimu. Syukurlah, kita bertemu di sini.”Ziandra terdiam sejenak, lalu turun beberapa anak tangga hingga akhirnya berdiri sejajar dengan sahabatnya itu. “Untuk apa?”“Aku sempat mengobrol dengan Angga. Aku melihatnya duduk sendirian di luar ruang ICU dengan wajah muram, dan karena tidak tega kutemani dia dengan hanya duduk diam di sebelahnya. Namun Angga dengan miris mal
Last Updated: 2025-06-16
Chapter: Bab 93~Melawan Kekalutan~Dengan napas yang belum stabil, Ziandra membuka kontak dan mengetik nomor yang baru saja diberikan Liona. Jari-jarinya gemetar saat menekan tombol telepon. Nama Belvina terpampang jelas di layar, seolah menatapnya balik dengan semua misteri yang belum terpecahkan. Detak jantungnya berpacu cepat, dan telapak tangannya mulai berkeringat dingin.Ia menelan ludah. Sekali lagi. Lalu memberanikan diri untuk menekan ikon panggil.Nada sambung terdengar sebentar, sebelum akhirnya diangkat.[“Halo?”]Sahutan itu muncul dengan suara lembut dan tenang. Bahkan terdengar ramah.Ziandra terdiam beberapa detik. Ia tidak tahu apa yang ia harapkan—mungkin suara berat yang sinis atau kalimat sarkas pertama yang menyambutnya. Tapi yang terdengar justru sebaliknya. Suara wanita yang terdengar ... baik. Bahkan terlalu sopan untuk seseorang yang dituduh menjadi duri dalam rumah tangganya.[“Halo? Ini siapa, ya?”] ul
Last Updated: 2025-06-15
Chapter: Bab 92~Tidak Puas~Angga masih terpaku di tempat, tubuhnya seperti kehilangan tenaga setelah mendengar permintaan itu keluar dari mulut sang istri. Tapi detik berikutnya, saat Ziandra benar-benar mulai melangkah pergi, ia langsung tersadar dan menyusul cepat, menarik lengan perempuan itu.“Ziandra, jangan! Kumohon, dengarkan aku dulu!”Ziandra menoleh pelan, matanya basah, tapi tatapannya tetap kuat. “Untuk apa? Agar kau membenarkan semuanya dengan kata-kata manis?”“Bukan begitu! Aku tidak akan menceraikanmu!” ucap Angga cepat, penuh tekanan, suaranya terdengar serak oleh emosi yang mendesak.Ziandra terdiam. Tangannya masih dalam genggaman Angga, tapi tidak mencoba melepaskan. Ia hanya menatap pria itu, menunggu, menuntut penjelasan yang layak.Angga menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya, lalu mulai bicara. Suaranya rendah, namun jelas.“Ya, aku mengenal Belvina. Kami pernah sangat dekat. Sangat. Dia ... c
Last Updated: 2025-06-14
Chapter: BAB 168“Sean, ayo cepat keluar! Nanti terlambat ke sekolah, loh,” panggil Feyana yang sudah rapi berdiri di samping mobilnya. Ia beberapa kali melihat jam tangannya sambil berdecak resah karena rapat di kantornya akan dimulai sebentar lagi.Sean tampak keluar dari rumah dengan tas ransel yang hanya disampirkan di satu lengannya seraya berlari tergesa-gesa mendekati ibunya yang tampak kesal.Feyana melipat kedua tangan di dada sambil memicingkan mata ketika putranya itu berdiri di hadapannya. Bukannya merasa bersalah, Sean malah meringis menunjukkan deretan gigi rapinya itu, bermaksud membuat ibunya terbuai. Namun Feyana hanya diam melihatinya yang kemudian tampak salah tingkah.“Iya, maafkan aku, Mah. Tadi Sean bangunnya telat jadi terlambat begini. Sekarang, ayo berangkat keburu mamah ikutan telat ke kantornya!” elak Sean terdengar jujur.Feyana menjitak pelan kepala Sean sambil mendengus, “Makanya jangan begadang cuman untuk main game terus! Kamu pikir mamah gak tau kalau tiap malam kamu it
Last Updated: 2024-11-24
Chapter: BAB 167“Maaf, tapi kami sepakat untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut. Bisakah, Anda menghargai privasi keluarga kami?!” sahut David menatap lurus dengan rahang yang mengeras pada wartawan itu.Wartawan yang mengajukan pertanyaan tampak gugup. Ia menatap ke arah teman-temannya yang sesama wartawan untuk minta bantuan, tapi tak ada satupun yang menghiraukannya. Mereka semua tentu tak mau berurusan dengan keluarga David yang akan merusak karier mereka dalam bidang ini. Tamat sudah riwayat wartawan wanita ini.David menyuruh seorang sekuriti yang berdiri tak jauh darinya. Hanya dengan jari telunjuknya, sekuriti itu mendekatinya dan mendengar bisikan David dengan baik. Sesuai perintah yang baru saja ia dapat dari atasannya, sekuriti itu berjalan mengendap lewat pintu belakang untuk membawa wartawan wanita tadi pergi meninggalkan ruangan.David kemudian memandang Feyana lalu memberinya anggukan meyakinkan bahwa semuanya akan aman.“Aku harap ini jadi pembelajaran bagi kalian semua untuk berhat
Last Updated: 2024-11-21
Chapter: BAB 166Feyana memandang nanar pada timbunan tanah yang ber-nisankan nama Sabrina. Air matanya terus bergulir meski sudah berulang kali diusap oleh suaminya yang berada di sampingnya. Kedua tangan Feyana sibuk menggendong Sean yang sedari tadi menangis. Sepertinya, bocah kecil ini menyadari bahwa ibunya sudah takkan lagi ada di dunia ini untuk menemaninya.Sayangnya Norma dan Imelda tidak bisa ikut ke pemakaman karena situasi mereka yang masih menjadi tahanan. Tentu saja ketika mendengar kabar kematian Sabrina dan kenyataan soal penyakitnya itu dari Feyana, mereka berdua sangat terpukul. Keduanya tak menyangka Sabrina tega menutupi kebenaran yang amat menyakitkan itu hanya agar tak membuat mereka khawatir.“Fey, ayo pulang. Kasihan Sean jika terus di sini, apalagi langit mulai mendung.” David mengajak Feyana pulang karena mereka sudah sangat lama di sana. Dirinya kasihan melihat wajah sembab istrinya dan tangisan pilu Sean yang tak kunjung reda.Feyana inginnya masih tetap di sana, namun meli
Last Updated: 2024-11-20
Chapter: BAB 165“Aku tak tahu pada siapa harus menitipkan Sean. Aku hanya percaya padamu, Fey.”Ucapan Sabrina itu terus-menerus terlintas di kepala Feyana. Ia pun berjalan tanpa minat ketika keluar dari rumah sakit, bahkan dia tak mengacuhkan David yang sedari tadi menatapnya penasaran. David ingin bertanya apa yang Feyana bicarakan dengan Sabrina sampai membuatnya tak fokus seperti sekarang, tapi melihat ratapan suram di mata Feyana membuatnya mengurungkan niat bertanya.“Fey, biar aku antar ke kantor aja, gak usah bawa mobil. Biar nanti si Joshua aku suruh ambil mobilmu di sini,” sergah David tidak yakin dengan Feyana yang kurang fokus ketika nanti menyetir di jalan.Feyana menggeleng dan ingin tetap menyetir sendiri, namun David mencegahnya dengan mengambil kunci mobilnya lalu menggandengnya agar masuk ke mobil David.“Aku tidak mau ambil risiko kamu kenapa-napa kalau tetap memaksa menyetir sendiri. Kita langsung menuju kantormu saja, aku antar,” tegas David tanpa boleh dibantah.Ketika sudah dud
Last Updated: 2024-11-17
Chapter: BAB 164Sabrina menatap nanar pada Feyana yang diam kaku tak berkutik setelah mendengar permintaannya yang terdengar gila. Sabrina akui dia tak memiliki siapapun yang bisa dipercayainya, bahkan keluarga saja sudah tak punya. Dirinya hanya memiliki Sean yang terpaksa dititipkannya di panti asuhan selama ia menjalani proses hukuman penjara.“Hanya kamu yang terlintas di pikiranku, Fey. Aku tentu takkan rela berikan hak asuh Sean pada ayahnya, si Leon. Bahkan pria itu saja tak tahu bahwa dia memiliki putra.”“Apa kamu sudah memikirkan keputusanmu itu matang-matang? Aku bukan beralasan mau menolak, tapi tanggung-jawab ini terlalu besar. Apa kamu seyakin ini padaku? Dan mau sampai kapan kamu menutupi kebenaran bahwa Sean adalah darah dagingnya Leon? Tidak ada yang bisa menutupi rahasia selamanya, Na.”Feyana mengusap air mata yang merembes di pipi Sabrina dengan sebelah tangan yang tidak digenggam oleh Sabrina. Baru kali ini ia melihat kesedihan teramat dalam di wajah Sabrina yang tergambar jelas.
Last Updated: 2024-11-14
Chapter: BAB 163Feyana pagi-pagi sudah gaduh tak karuan, membuat suaminya yang masih nyenyak bergelung di selimut merasa terusik. Sambil memperhatikan Feyana bolak-balik di kamar, David menegurnya perlahan.“Ada apa panik banget, sih? Gak biasanya kamu begini.’”Feyana hanya menoleh sekilas pada suaminya yang masih bersantai di kasur. Ia menjelaskan dengan sekedarnya kalau mendapat kabar jika Sabrina, salah satu temannya yang ada di sel penjara waktu itu sekarang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, bahkan sampai harus opname.“Kalau sampai opname begitu, berarti sakitnya serius. Aku mau ke sana untuk melihat kondisinya. Semoga saja Sabrina tidak apa-apa,” lontar Feyana lalu menyabet tasnya yang ada gantungan.“Aku berangkat dulu, ya. Bye!” ujarnya sambil menyempatkan diri memberikan ciuman selamat pagi untuk David.David menghela napas salut pada Feyana yang tampak sangat peduli pada temannya yang satu sel dengannya itu. Bahkan sejak keluar dari penjara dirinya membuat jadwal rutin untuk menje
Last Updated: 2024-11-12