Share

Bab 2

Author: Flo
Saat Jesika sampai, aku sedang duduk di bangku taman.

"Nggak apa-apa, 'kan?"

Aku menggelengkan kepala, tetapi mataku yang masih merah dan bengkak telah menjelaskan semuanya.

Aku mendongak ke arah Jesika dan pria di sampingnya.

"Kenapa kamu bisa datang?"

Niel menatapku dengan khawatir. Saat mendengar pertanyaanku, ekspresinya menjadi tidak wajar dan dia pun bertanya balik.

"Kenapa? Aku bahkan nggak boleh datang?"

Jesika mencoba menenangkan suasana sambil berkata, "Niel baru saja kembali ke tanah air. Saat tahu Luis sakit, dia langsung minta aku tanya padamu, apa ada yang bisa dia bantu."

"Bicara sampai di sini, apa maksudmu Luis nggak sakit?"

Aku mengatakan kebenaran yang kutahu pada mereka dengan nada datar.

Jesika langsung marah-marah. "Ayah dan anak ini bukanlah orang baik."

Saat mendengar sahabatku mau perhitungan dengan mereka, aku buru-buru menghentikannya.

"Sudahlah, Jesika."

Mata Jesika telah memerah. "Apa kamu mau membiarkan mereka begitu saja?"

Aku menggelengkan kepalaku. "Karena mereka begitu ingin jadi sekeluarga, aku akan mengabulkan mereka."

Setelah dihibur sejenak, aku minta mereka untuk mengantarku pulang.

Bukan karena aku masih merindukan rumah ini, tetapi aku hanya tidak ingin meninggalkan barang-barangku di tempat seperti ini.

Selesai mengemasi barang-barang, Julio meneleponku.

Begitu kuangkat, Julio langsung berkata, "Tempat pernikahannya sudah didekorasi dengan baik. Kamu juga harus datang dan melihatnya."

"Aku nggak mau ke sana."

Setelah mendengar penolakanku, suaranya tiba-tiba berhenti. "Kalau kamu nggak datang, Luis pasti akan khawatir lagi. Kondisinya baru saja agak mendingan. Jarang-jarang lihat dia segembira ini."

Aku tidak membantah dan hanya berkata, "Aku sudah janji pada Luis. Sekarang Eva baru ibunya Luis."

"Aku kurang pantas muncul di acara seperti itu."

Julio bertanya dengan ragu, "Kamu nggak marah?"

Aku tersenyum dan berkata, "Mana mungkin? Aku bersedia melakukan apa saja demi putraku."

"Bilang sama Luis, jangan terlalu dipikirkan. Lakukan saja apa yang dia inginkan."

Julio yang berada di ujung telepon sangat tersentuh. "Gloria, aku sangat beruntung punya istri bijaksana sepertimu."

Setelah bergumam singkat, aku menutup telepon dan memanggil kurir.

Untuk sementara, aku mengirimkan sebagian barang-barangku ke rumah Jesika. Sebagian lagi langsung kubuang ke tempat sampah.

Selesai memilah semuanya, aku melihat album foto keluarga yang ditaruh di tempat yang menonjol.

Tanpa ragu-ragu, aku mencari ruang terbuka dan menyaksikan foto-foto itu sedikit demi sedikit dilalap api.

Setelah membakar foto, aku langsung berbaring di tempat tidur. Aku merasa seolah-olah seluruh tenagaku telah terkuras habis.

Banyak adegan melintas di benakku. Di satu sisi, Julio sedang menyatakan cintanya padaku. Di sisi lain, Luis meminta aku bercerai.

Terakhir, semua itu berubah menjadi pusaran dan menjadi adegan mereka bertiga bersenda gurau di bangsal rumah sakit.

Aku tertidur lelap dengan pikiran yang kacau.

Sampai gerakan Julio menyadarkanku.

"Kenapa bisa begitu ceroboh sampai tertidur tanpa pakai selimut?"

"Bagaimana kalau masuk angin nanti?"

Aku mendongak. Tampak Julio sedang bergumam pada dirinya sendiri sambil menyelipkan selimut untukku.

Aku menatapnya dengan saksama, mencoba melihat isi hatinya di balik penampilannya yang lembut dan penuh kasih sayang.

Begitu menyadari tatapanku, dia bertanya, "Kamu nggak enak badan?"

Aku menggelengkan kepala. "Bagaimana dengan tempat pernikahan?"

"Sudah hampir selesai. Asalkan ada uang, semuanya bisa diatur, tanpa peduli seberapa ketat waktunya."

Setelah itu, dia terdiam sejenak, lalu menyisipkan poniku ke belakang telingaku sambil berkata dengan lembut, "Selama beberapa waktu ini, kamu sudah menderita."

"Setelah semuanya berakhir, aku pasti akan menebusmu."

Mungkin karena suaranya terlalu lembut, mataku jadi memerah.

Julio menepuk tanganku dan berkata, "Sudah, jangan menangis."

Aku mengangguk. Dia menghiburku sejenak, lalu bersiap pergi.

"Masih ada beberapa bagian yang perlu aku latih untuk acara pernikahan…"

"Julio."

Dia berbalik dan bertanya padaku, "Masih ada hal lain?"

Aku mencengkeram sprei erat-erat dan bertanya dengan suara gemetar, "Apa kamu dan Luis menyembunyikan sesuatu dariku?"

Ada kilatan rasa bersalah yang melintas di mata Julio. Dia berbicara dengan hati-hati.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 12

    Gloria bilang aku terlalu curiga. Dia juga bilang hubungannya dengan bosnya hanya sebatas atasan dan bawahan.Aku juga seorang pria. Mana mungkin aku tidak tahu apa yang dipikirkan bosnya?Gloria tidak setuju.Saat itu, Gloria lebih mementingkan kariernya dibandingkan aku.Agar dia berubah pikiran, aku perang dingin dengannya selama lebih dari setengah bulan.Aku juga sengaja mengirim beberapa pesan ambigu kepada Eva.Hatiku masih menyukai Eva, jadi mengirim pesan seperti ini padanya juga tidak termasuk bajingan, 'kan?Eva minum terlalu banyak malam itu dan ingin mengajakku mengobrol.Pesan itu kebetulan dilihat oleh Gloria.Dia menangis sambil menanyakan hubunganku dengan Eva.Aku masih marah pada Gloria karena dia tidak mau berhenti dari pekerjaannya.Aku terus mengabaikannya sampai dia tidak berdaya.Dia menangis dan mengatakan kepadaku bahwa dia dan bosnya tidak bersalah. Aku tentu saja tahu dia tidak bersalah.Aku hanya tidak suka laki-laki yang punya ancaman terhadapku berada di

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 11

    Cerita tambahan Julio.Kisahku dengan Gloria cukup panjang.Aku pertama kali bertemu dengannya di sebuah pertunjukan budaya di universitas. Dia mengambil jurusan desain busana. Aku dengar para model di atas panggung mengenakan baju rancangannya.Dia adalah wanita yang sangat berbakat. Dia juga sangat terkenal di kampus dan punya banyak pemuja.Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku sudah jatuh cinta padanya.Ketertarikanku padanya lebih merupakan suatu kekaguman.Saat itu, aku masih belum bisa melepaskan satu orang di hatiku, yaitu Eva, teman masa kecilku.Eva dan aku tumbuh bersama. Dia manis dan cantik. Dia juga sangat bergantung padaku.Namun, kami tidak berani mengungkapkan perasaan kami.Aku kira Eva tidak mencintaiku...Saat tahun kedua kuliah, aku melihat foto berpegangan tangan di unggahan Instagram Eva.Di saat itu, hatiku baru menyerah sepenuhnya.Di tahun itu juga, aku mulai mengejar Gloria dengan penuh semangat.Gloria sebenarnya tidak sedingin penampilannya. Awalnya, di

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 10

    Aku tidak percaya ibuku akan meninggalkanku.Itu sebabnya, saat ibuku mengatakan dia tidak akan menikah lagi dengan ayahku di acara pernikahan Tante Eva, aku tidak terlalu takut.Setelah mereka pergi, ayahku dan aku sibuk mengurus tamu-tamu yang datang.Aku menerima banyak tatapan aneh dari mereka.Aku tidak kuasa menahan perasaan sedih. Aku memikirkan cara mengeluhkan hal itu pada ibuku sewaktu pulang ke rumah."Ini semua salahmu. Kamu membuatku kehilangan muka di depan orang luar."Aku membayangkan bagaimana wajah bersalah ibuku setelah aku memarahinya. Mungkin ibuku akan membuat sup ayam andalannya untukku.Namun, semua angan-angan itu sirna setelah kami kembali ke rumah.Ibuku menghilang dari rumah beserta barang-barang miliknya.Aku menatap dinding kosong tempat foto keluarga dulu digantung dan menyadari tekad ibuku kali ini.Aku menatap ayahku dan melihat wajah panikku yang terpantul di matanya.Entah ke mana ibuku pergi.Ayahku dan aku terus mencari seperti orang gila.Terakhir,

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 9

    "Eva sudah ada sejak awal pernikahan kita.""Aku penasaran. Kalau Eva begitu baik, mengapa kamu nggak menikahinya dulu?"Bibir Julio bergetar. "Yang aku cintai itu kamu."Begitu mendengar itu, tatapan mata Eva yang berada di samping tampak dipenuhi rasa sakit.Aku tertawa sinis. "Cinta?""Lucu sekali! Kamu bilang mencintaiku, tapi kamu malah terjerat dengan Eva.""Kamu bilang kamu mencintaiku, tapi kamu justru bersekongkol dengan putraku untuk menipuku agar bisa menikahi Eva.""Julio, cintamu terlalu nggak berharga."Mendengar hal itu, Niel merangkul bahuku dan berkata dengan suara berat, "Kalau dulu aku tahu kamu akan memperlakukan Gloria seperti ini.""Apa pun yang terjadi, aku pasti akan merebut Gloria kembali.""Julio, pria macam apa kamu?"Setelah mendengar kata-kata itu, Julio dan yang lainnya langsung terdiam.Di hadapan mereka, Niel mengangkat tangan kananku yang mengenakan cincin.Setelah kembali ke penginapan, Niel yang tidak bisa menahan kegembiraannya pun mengetuk pintu kam

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 8

    Aku melepaskan pelukan Niel dan berbalik. Ada Julio, Luis, dan Eva di sana.Eva menatap Niel selama beberapa detik. Setelah mengalihkan pandangannya dari Vacheron Constantin di pergelangan tangan Niel, dia pun berkata padaku."Gloria, kami mencarimu tiap hari seperti orang gila.""Julio bahkan menanyakan semua saudara dan teman di sekitarnya.""Nggak disangka, ternyata kamu di sini bersama pria lain…"Wajah Julio memucat. "Gloria, kamu kembali bersama Niel? Bukannya kamu bilang kalian nggak bakal balikan?"Niel menjawab dengan nada menghina, "Masih perlu aku ingatkan ya? Bagaimana kamu merebutnya dariku waktu itu?"Julio menarik napas dalam-dalam dan memikirkan sesuatu."Lantas, kenapa? Dia istriku.""Sekarang bukan lagi. Jangan lupa. Kalian sudah bercerai.""Atau kebohongan yang kamu buat untuk mengelabui Gloria agar bercerai denganmu?"Wajah Julio langsung berubah pucat saat mendengar perkataan itu.Dia menjelaskan dengan bibir gemetar, "Ini hanya sementara saja.""Gloria, aku tahu k

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 7

    Sekarang aku ragu.Memandang Niel yang masih menatapku dengan penuh harap, yang pertama muncul dalam pemikiranku adalah meragukannya.Julio juga memperlakukanku dengan baik sebelum kami menikah, tapi bagaimana setelah itu?Apa Niel akan menjadi Julio yang berikutnya?Aku tidak yakin.Toh, aku tidak punya waktu satu dekade lagi untuk dipertaruhkan."Ma…af…"Sebelum aku sempat menyelesaikannya, Niel sudah menyela.Dia mengeluarkan surat perjanjian dari sakunya.Aku mengambilnya dan menyadari itu adalah perjanjian pengalihan properti.Di sana tertulis jika kami menikah, aku akan mendapatkan dua pertiga dari kekayaan Niel.Aku mendongak dengan heran. "Kamu gila?"Suara Niel yang bergetar memperlihatkan kesungguhannya."Aku nggak gila. Sebaliknya, aku tahu persis apa yang aku lakukan.""Aku membagi hartaku bukan untuk mengikatmu, tapi untuk menunjukkan ketulusan hatiku.""Kalau kamu bersamaku, aku nggak akan berpisah denganmu seumur hidup. Tapi kalau kamu ingin cerai denganku.""Kamu bisa a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status