Share

Bab 3

Author: Flo
"Jangan-jangan kamu terlalu lelah belakangan ini? Kamu mulai memikirkan hal yang nggak-nggak."

"Aku akan mengajukan cuti untukmu hari ini. Kamu beristirahatlah dengan baik."

Tanganku yang terkepal tiba-tiba mengendur. Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian mengucapkan terima kasih padanya dengan tulus.

"Terima kasih, Julio."

Terima kasih sudah memilih untuk terus menipuku di saat hatiku melunak. Jadi, aku bisa memperkuat tekadku untuk pergi.

Julio mengira aku berterima kasih padanya karena mengajukan cuti untukku, jadi dia hanya tersenyum dan menutup pintu tanpa mengatakan apa pun.

Aku menelepon Jesika dan berkata, "Jesika, tolong bantu carikan pengacara yang andal dan ahli dalam menangani kasus perceraian."

Sahabatku sama sekali tidak terkejut. "Oke. Kalau sudah dapat, kita baru ngobrol pas jumpa nanti."

Beberapa hari kemudian, Jesika memintaku untuk bertemu dengannya di sebuah kafe.

Pengacara yang direkomendasikan Jesika dapat diandalkan. Setelah memahami situasinya, dia dengan cepat memberikan nasihat yang praktis dan efektif.

Setelah menyetujui rinciannya, dia pun kembali ke firma hukum untuk menyusun perjanjian perceraian.

Tak terasa, pernikahan Julio juga sudah tiba.

Semua tamu di ruangan yang tidak memahami situasinya mengira Julio menikah lagi. Mereka langsung menggosipinya.

"Bukannya kehidupan rumah tangga Julio dengan Gloria baik-baik saja? Mengapa dia tiba-tiba menikah dengan wanita lain?"

"Entahlah. Dilihat dari penampilan putranya, sepertinya dia suka ibu tiri ini."

"Eva sudah menunggu Julio selama bertahun-tahun. Akhirnya, impiannya menjadi kenyataan sekarang."

Di atas panggung, Eva yang mengenakan gaun pengantin rumit, perlahan berjalan mendekati Julio.

Aku melihat ada air mata menetes dari mata Julio.

Luis, yang berdiri di samping sambil mengangkat ujung gaun Eva, juga memperlihatkan ekspresi penuh haru.

Julio dengan lembut mengangkat kerudung pengantin. Suaranya tercekat oleh isak tangis. "Eva, hari ini kamu paling cantik."

"Aku nggak menyangka aku bisa menunggu kedatangan momen ini."

Mata Eva memerah. "Kak Julio, nggak peduli seberapa lama harus menunggu, aku juga nggak akan menyesal."

Luis menyerahkan cincin kepada Julio dan Eva. Pembawa acara berkata, "Kedua mempelai dipersilakan untuk saling memakaikan cincin."

Setelah memakai cincin, Julio langsung memeluk Eva dan menciumnya.

Aku menyaksikan adegan pernikahan mereka dari sudut pandang penonton sambil memasang ekspresi dingin. Ternyata, hatiku tidak sakit seperti yang aku bayangkan sebelumnya.

Mungkin di saat aku sedih, air mataku sudah keluar semua.

Jesika yang menonton dari samping tampak menggertakkan giginya. "Dasar pasangan hina. Oh ya, juga putramu yang nggak tahu berterima kasih itu. Dia malah memihak orang luar."

Aku menepuk punggungnya dan berkata, "Jangan marah. Nggak layak untuk orang seperti itu."

Niel mendengus dingin. "Bukannya kamu menangis sesengukan sebelumnya? Sekarang kamu begitu murah hati?"

Jesika memelototi Niel. "Aku setuju membawamu ke sini biar kamu bisa mendukung Gloria, bukan suruh kamu menyindir."

Niel mengangkat bahu dan berkata, "Aku hanya nggak tahan melihatnya."

Drama di atas panggung masih terus berlanjut. Setelah keduanya berciuman, Eva tampak tersipu.

Dia berkata sambil berlinangkan air mata, "Meskipun ini palsu, aku bersedia melakukannya."

"Julio, aku berharap waktu bisa berhenti di saat ini juga, tapi sayangnya nggak bisa."

"Beberapa hari ini terasa begitu indah bagai mimpi. Hari ini adalah hari terakhir. Setelah ini semua berakhir, aku akan mengembalikanmu kepada Gloria."

Usai mengatakan itu, dia tidak kuasa menahan tangisnya lagi.

Julio langsung memeluk Eva dan menghiburnya.

Melihat itu, Luis maju ke depan sambil terisak, "Tante Eva, meski kita nggak punya hubungan darah, dalam hatiku, Tante Eva adalah ibu kandungku. Nggak ada orang lain yang bisa menggantikanmu."

Selesai mengucapkan kata-kata itu, mereka bertiga pun berpelukan dan menangis sejadi-jadinya.

Setelah Eva selesai menangis, dia menatapku yang berada di bawah panggung.

"Gloria, kukembalikan Julio padamu. Janjilah padaku agar menjaganya dengan baik."

"Dia punya penyakit maag dan perlu minum obat tepat waktu. Dia intoleran laktosa dan nggak bisa makan camilan apa pun yang mengandung laktosa…"

Aku menyelanya, "Aku nggak berani menanggung masalah merepotkan seperti ini. Biarlah kamu yang mengurusnya saja."

Saat mendengar kata-kata itu, ekspresi wajah Julio tampak berubah. "Gloria, apa maksudmu?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 12

    Gloria bilang aku terlalu curiga. Dia juga bilang hubungannya dengan bosnya hanya sebatas atasan dan bawahan.Aku juga seorang pria. Mana mungkin aku tidak tahu apa yang dipikirkan bosnya?Gloria tidak setuju.Saat itu, Gloria lebih mementingkan kariernya dibandingkan aku.Agar dia berubah pikiran, aku perang dingin dengannya selama lebih dari setengah bulan.Aku juga sengaja mengirim beberapa pesan ambigu kepada Eva.Hatiku masih menyukai Eva, jadi mengirim pesan seperti ini padanya juga tidak termasuk bajingan, 'kan?Eva minum terlalu banyak malam itu dan ingin mengajakku mengobrol.Pesan itu kebetulan dilihat oleh Gloria.Dia menangis sambil menanyakan hubunganku dengan Eva.Aku masih marah pada Gloria karena dia tidak mau berhenti dari pekerjaannya.Aku terus mengabaikannya sampai dia tidak berdaya.Dia menangis dan mengatakan kepadaku bahwa dia dan bosnya tidak bersalah. Aku tentu saja tahu dia tidak bersalah.Aku hanya tidak suka laki-laki yang punya ancaman terhadapku berada di

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 11

    Cerita tambahan Julio.Kisahku dengan Gloria cukup panjang.Aku pertama kali bertemu dengannya di sebuah pertunjukan budaya di universitas. Dia mengambil jurusan desain busana. Aku dengar para model di atas panggung mengenakan baju rancangannya.Dia adalah wanita yang sangat berbakat. Dia juga sangat terkenal di kampus dan punya banyak pemuja.Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku sudah jatuh cinta padanya.Ketertarikanku padanya lebih merupakan suatu kekaguman.Saat itu, aku masih belum bisa melepaskan satu orang di hatiku, yaitu Eva, teman masa kecilku.Eva dan aku tumbuh bersama. Dia manis dan cantik. Dia juga sangat bergantung padaku.Namun, kami tidak berani mengungkapkan perasaan kami.Aku kira Eva tidak mencintaiku...Saat tahun kedua kuliah, aku melihat foto berpegangan tangan di unggahan Instagram Eva.Di saat itu, hatiku baru menyerah sepenuhnya.Di tahun itu juga, aku mulai mengejar Gloria dengan penuh semangat.Gloria sebenarnya tidak sedingin penampilannya. Awalnya, di

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 10

    Aku tidak percaya ibuku akan meninggalkanku.Itu sebabnya, saat ibuku mengatakan dia tidak akan menikah lagi dengan ayahku di acara pernikahan Tante Eva, aku tidak terlalu takut.Setelah mereka pergi, ayahku dan aku sibuk mengurus tamu-tamu yang datang.Aku menerima banyak tatapan aneh dari mereka.Aku tidak kuasa menahan perasaan sedih. Aku memikirkan cara mengeluhkan hal itu pada ibuku sewaktu pulang ke rumah."Ini semua salahmu. Kamu membuatku kehilangan muka di depan orang luar."Aku membayangkan bagaimana wajah bersalah ibuku setelah aku memarahinya. Mungkin ibuku akan membuat sup ayam andalannya untukku.Namun, semua angan-angan itu sirna setelah kami kembali ke rumah.Ibuku menghilang dari rumah beserta barang-barang miliknya.Aku menatap dinding kosong tempat foto keluarga dulu digantung dan menyadari tekad ibuku kali ini.Aku menatap ayahku dan melihat wajah panikku yang terpantul di matanya.Entah ke mana ibuku pergi.Ayahku dan aku terus mencari seperti orang gila.Terakhir,

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 9

    "Eva sudah ada sejak awal pernikahan kita.""Aku penasaran. Kalau Eva begitu baik, mengapa kamu nggak menikahinya dulu?"Bibir Julio bergetar. "Yang aku cintai itu kamu."Begitu mendengar itu, tatapan mata Eva yang berada di samping tampak dipenuhi rasa sakit.Aku tertawa sinis. "Cinta?""Lucu sekali! Kamu bilang mencintaiku, tapi kamu malah terjerat dengan Eva.""Kamu bilang kamu mencintaiku, tapi kamu justru bersekongkol dengan putraku untuk menipuku agar bisa menikahi Eva.""Julio, cintamu terlalu nggak berharga."Mendengar hal itu, Niel merangkul bahuku dan berkata dengan suara berat, "Kalau dulu aku tahu kamu akan memperlakukan Gloria seperti ini.""Apa pun yang terjadi, aku pasti akan merebut Gloria kembali.""Julio, pria macam apa kamu?"Setelah mendengar kata-kata itu, Julio dan yang lainnya langsung terdiam.Di hadapan mereka, Niel mengangkat tangan kananku yang mengenakan cincin.Setelah kembali ke penginapan, Niel yang tidak bisa menahan kegembiraannya pun mengetuk pintu kam

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 8

    Aku melepaskan pelukan Niel dan berbalik. Ada Julio, Luis, dan Eva di sana.Eva menatap Niel selama beberapa detik. Setelah mengalihkan pandangannya dari Vacheron Constantin di pergelangan tangan Niel, dia pun berkata padaku."Gloria, kami mencarimu tiap hari seperti orang gila.""Julio bahkan menanyakan semua saudara dan teman di sekitarnya.""Nggak disangka, ternyata kamu di sini bersama pria lain…"Wajah Julio memucat. "Gloria, kamu kembali bersama Niel? Bukannya kamu bilang kalian nggak bakal balikan?"Niel menjawab dengan nada menghina, "Masih perlu aku ingatkan ya? Bagaimana kamu merebutnya dariku waktu itu?"Julio menarik napas dalam-dalam dan memikirkan sesuatu."Lantas, kenapa? Dia istriku.""Sekarang bukan lagi. Jangan lupa. Kalian sudah bercerai.""Atau kebohongan yang kamu buat untuk mengelabui Gloria agar bercerai denganmu?"Wajah Julio langsung berubah pucat saat mendengar perkataan itu.Dia menjelaskan dengan bibir gemetar, "Ini hanya sementara saja.""Gloria, aku tahu k

  • Harapan Anak Menggantikan Aku   Bab 7

    Sekarang aku ragu.Memandang Niel yang masih menatapku dengan penuh harap, yang pertama muncul dalam pemikiranku adalah meragukannya.Julio juga memperlakukanku dengan baik sebelum kami menikah, tapi bagaimana setelah itu?Apa Niel akan menjadi Julio yang berikutnya?Aku tidak yakin.Toh, aku tidak punya waktu satu dekade lagi untuk dipertaruhkan."Ma…af…"Sebelum aku sempat menyelesaikannya, Niel sudah menyela.Dia mengeluarkan surat perjanjian dari sakunya.Aku mengambilnya dan menyadari itu adalah perjanjian pengalihan properti.Di sana tertulis jika kami menikah, aku akan mendapatkan dua pertiga dari kekayaan Niel.Aku mendongak dengan heran. "Kamu gila?"Suara Niel yang bergetar memperlihatkan kesungguhannya."Aku nggak gila. Sebaliknya, aku tahu persis apa yang aku lakukan.""Aku membagi hartaku bukan untuk mengikatmu, tapi untuk menunjukkan ketulusan hatiku.""Kalau kamu bersamaku, aku nggak akan berpisah denganmu seumur hidup. Tapi kalau kamu ingin cerai denganku.""Kamu bisa a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status