Sudah beberapa hari Jonathan dirawat di rumah sakit. Tiba waktunya untuk pria itu dinyatakan telah sembuh dan boleh pulang.“Padahal aku bisa pulang sendiri!” ucap Jonathan yang sudah mengganti baju pasiennya. Ia sibuk memasang kancing kemejanya dan bersiap pulang sendiri. “Jangan begitu Nak, kita kan keluarga. Sudah seharusnya Mama dan Papa kasih perhatian untuk menjemput kamu,” ucap Mama Kirana sungkan.Masih ingat betul dalam pikiran mama Kirana. Awal mula Jonathan kembali merasakan sakit kepala lagi hingga jatuh pingsan di rumah. Karena dirinya dengan sang suami yang tidak berhati-hati dalam membicarakan menantu dan cucu mereka. Ya, sekarang Jonathan sudah mengetahui kalau Karina dan Azka masih hidup. Namun, dalam hati mama Kirana. Ia yakin kalau Karina tidak akan muncul lagi dalam hidup Jonathan. Menantu dan cucunya itu pasti sudah pergi jauh. Sesuai keinginan dirinya dengan Pak Kayren saat pengusiran dilakukan. “Keluarga. Aku bahkan nggak tahu makna keluarga itu apa sekarang
Jonathan sudah sampai di rumahnya. Ia masih tetap bersikap dingin. Memutuskan untuk beristirahat saja di dalam kamar dan tidak mau peduli dengan kehadiran orang tua juga Laura. Laura merasa kesal karena diacuhkan terus-terusan oleh Jonathan. Padahal dirinya adalah seorang super model yang sangat sibuk, menyisihkan waktu untuk bisa menemani seseorang seharian seperti siang ini adalah hal yang sangat jarang terjadi.Akan tetapi, demi Mama Kirana yang ingin menjodohkan dirinya dengan Jonathan. Ia pun bersedia. Sayangnya, Jonathan adalah pria tidak tahu diri yang tidak bisa menghargai kehadiran wanita secantik Laura.“Apa Jonathan itu kelainan Tante?” tanya Laura tanpa pikir panjang. Mama Kirana yang sedang berada di dapur untuk mencari air minum langsung terkejut. Ia tidak mengira lidah Laura sanggup menanyakan hal demikian. “Maksud kamu? Kelainan seperti apa yang kamu maksud?” tanya Mama Kirana. “Aku rasa Jo itu tidak suka sama perempuan.”“Jaga ucapan kamu. Jonathan itu pria tulen.
Karina Andini telah melalui berbagai rintangan dalam hidup. Dari waktu ke waktu, ia sungguh sudah terbiasa dengan segala keadaan yang sulit, dan yang paling sulit. Terlebih lagi saat hatinya harus menerima kenyataan. Kalau dirinya harus pergi dari kehidupan suami bersama dengan anak semata wayangnya yang masih kecil beberapa tahun lalu.“Jadi, kamu sudah punya anak? Aku pikir kamu masih gadis!” ucap Arga yang akhirnya berhasil juga makan siang bersama dengan Karina. Ia menatap wanita itu dengan penuh penghayatan. Entah apapun yang ada di wajah Karina terasa menarik untuk diperhatikan. Karina merasa risih. Ia menyadari seluruh pasang mata tertuju padanya. Mungkin karena baju seragam proses yang dipakai. dia satu-satunya karyawan proses yang ada di kantin itu. "Kok nggak dimakan?""Ehm … iya." Karina coba mengisi perutnya. Di saat bersama datang Kenneth dan Jonathan dari pintu masuk. Mereka berdua juga akan makan siang. Saat menyapu pandang ke seluruh penjuru. Jonathan melihat ada K
Kenneth segera membuka pintu mobil. Diraih dengan cepat tubuh Jonathan yang lemah. "Pak, Pa Jo! Anda kenapa bisa ada disini?"Jonathan mendengar ada Kenneth. Ia yang memejamkan mata karena takut dengan apa yang dilihat di depan mobil yang seperti sudah hancur karena benturan keras, perlahan mulai membuka mata. Lantas ia peluk Kenneth dengan begitu erat.Kenneth hanya bisa mengusap punggung bosnya. Mencoba memberikan ketenangan. Entah apa yang terjadi sampai Jonathan bisa ada di sini. Perlahan-lahan, Kenneth akhirnya berhasil membawa Jonathan masuk ke dalam kamar. Bosnya sudah mulai tenang. Ia pun duduk tepat di samping ranjang Jonathan. Menatapnya dengan sangat serius. "Sebenarnya ada apa Pak? Kenapa pak Jo bisa ada di dalam mobil? Apalagi duduk di kursi kemudi. Bukannya pak Jo masih trauma untuk mengendarainya?""Aku, aku ingin menghilangkan traumaku. Aku ingin sembuh. Sampai kapan aku harus menerima ketakutan ini. Rasanya sangat lemah dan tidak berdaya."Kenneth mulai mengerti. Ta
"Apa! Tapi Bu! Saya sedang sibuk dan harus cepat pulang. Saya juga sedikit flu jadi. Saya tidak bisa ikut makan bersama dengan Pak Jo!" tolak Karina setelah dia sudah berganti pakaian. Ia telah siap untuk melangkah pulang dan keluar dari perusahaan. Berharap bisa langsung ke tempat parkiran tanpa halangan. Namun, Bu Riska memanggilnya."Ayolah Karin. Ini pak Jo lho yang ajak. Apa kamu tidak cemas kalau harus mengecewakan dia!" bujuk Bu Riska.Karina menghela nafas. Kepalanya pusing sekali. Ia merasa ini sulit. Diajak makan dengan bos yang merupakan suaminya. Bahkan mereka berdua saja belum memutuskan untuk bercerai. Entah catatan sipil menyebutkan status mereka berdua seperti apa. Yang dia tahu, acara makan ini harus dihindari.“Tapi Bu, saya sedang flu. Ini akan membuat saya sungkan sama pak Jo!” Bu Riska memindai wajah Karina. Ia tidak percaya begitu saja kalau anak buahnya itu sedang flu. Sebab seharian ini, sewaktu berada di dalam ruang proses bersama, Karina tak terlihat batuk a
Arga Dirgantara adalah anak dari Wahyu Prasetyo Adji. Dia mewakili ayahnya untuk menjadi pemilik saham nomor dua setelah pak Kayren di PT. Internusa Sandira. Jonathan juga mengetahui hal itu. Ia juga mengetahui kalau Arga menjadi pengganti sementara dirinya untuk menghandle dan mengawasi sebagian prospek perusahaan makanan tersebut. Akan tetapi, yang paling tidak disangka oleh jonathan. Setelah seminggu dirinya kembali ke kantor. Mengapa Arga tetap bekerja disini. “Jadi, Anda ingin saya angkat kaki dari sini?” tanya Arga. Kali ini hanya ada mereka berdua yang sedang berdebat.Jonathan berusaha memasang wajah yang datar. Padahal dirinya ingin sekali melayangkan tinjuan di muka Arga. Ia kesal sekali setiap kali melihat Arga mendekati istrinya. “Ya, karena saya rasa Anda sudah tidak dibutuhkan.”“Siapa bilang? Saya baru beberapa hari saja sudah membuat inovasi untuk pengolahan udang paling baru. Lalu tiba-tiba Anda mengharapkan saya angkat kaki. Oh itu tidak mungkin!”“Anda bisa mempe
Tak ada hal yang bisa dipahami selain berusaha lari. Karina tentu merasa lelah. Ia tidak mengira hidup akan serumit ini, berada di sisi suaminya yang tidak pernah bisa disentuh saja sudah terasa sangat menyakitkan, dan terpaksa untuk tetap berada di dekatnya demi uang untuk nafkah keluarganya. Semua beban itu ditanggung sendiri. Ingatan pahit tentang mertua yang ingin dirinya pergi, diusir dengan cara tidak hormat, dipaksa untuk menghilang dan diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi. Bahkan ibunya pun ikut kena getahnya. Dalam sekejap ingatan itu menyeruak, membuat air mata perlahan jatuh. Buru-buru Karina mengusapnya. Ia harus kuat, sudah sejauh ini, dan ingat juga Azka masih sangat membutuhkan dirinya baik dalam segi finansial dan kasih sayang. “Cukup, aku nggak boleh ingat lagi masa-masa itu. Aku butuh kerjaan ini, dan aku butuh uang. Semua demi Azka. Dia butuh aku!” Karina segera mengusap air matanya. Karina segera menyiapkan diri untuk masuk ke ruangan proses. Memakai atri
Jonathan tidak bisa tidur. Ia memejamkan mata, namun mata itu memaksa untuk terbuka. Bayangan wajah Karina muncul mengganggu. Juga Arga yang sepertinya gencar sekali mendekati Karina. Sampai pagi menjemput dan matahari perlahan memunculkan sinarnya. Awan hitam kembali menghias. Tampaknya akan mendung berawan sampai hari jadi siang.Jonathan masih menunjukkan tampang yang murung. Ia terbebani dengan kedekatan Arga dengan Karina. Sampai Kenneh masuk ke dalam mobil dan ingin mengajak Jonathan bicara. “Apa kita perlu mengecek ke bagian itu, atau kita suruh orang lain saja Pak. Kebetulan hari ini kita tidak banyak pekerjaan di pabrik!” ucap Kenneth, tapi untuk beberapa saat Jonathan hanya diam. Kenneth hampir melajukan kendaraan ke jalanan. Beberapa saat diperhatikan wajah Jonathan. Hingga akhirnya ia menepi lagi. “Pak, jadi gimana apa kita perlu mengecek bahan di lapangan atau tidak?”“Apa! Kamu tanya apa?” “Akhir-akhir ini kita butuh pemasukan bahan yang banyak. Apa kita perlu menge