Share

Bab 3

Author: Nori Manis
Dia meletakkan sumpitnya dan pergi terburu-buru di depan semua orang.

Dia meninggalkan meja penuh tamu yang kikuk, termasuk orang tuaku.

Aku tidak pernah lupa rasa sakit itu. Saat aku kesakitan karena komplikasi keguguran, aku menekan bel memanggil perawat.

Fandi justru ada di kamar lain, hati-hati menggendong bayi itu. Dia bersenandung lagu nina bobo yang sumbang, berusaha menidurkannya. Wajahnya penuh kelembutan yang belum pernah kulihat.

Dia memberi bayi itu nama, Nino Paton.

Nama itu sebenarnya kusiapkan untuk anakku. Nama penuh harapan dan cinta.

Sekarang nama itu diberikan pada anak haramnya.

Anakku bahkan tidak punya batu nisan. Dia hilang begitu saja, seakan tidak pernah ada di dunia ini.

Aku keluar dari rumah sakit dan Keluarga Paton diam-diam mengadakan pesta kecil di rumah besar mereka.

Mereka mengelilingi bayi itu. Mereka mengaguminya dan menatapnya penuh gembira.

Fandi sepanjang waktu berdiri di sisi Yessy dan anaknya. Dia menuangkan air, merapikan selimut, menatap penuh kelembutan.

Dia sesekali melirikku, tatapannya hanya berisi peringatan agar aku cepat menyesuaikan diri dengan suasana itu. Tidak ada yang lain.

Hatiku sebenarnya sudah mati rasa.

Tapi, melihat semua itu, aku tetap merasa sakit.

Aku berbalik, berniat masuk kamar untuk mengemasi barang-barangku.

Yessy menghadangku sambil menggendong anaknya.

Wajahnya tidak lagi lembut dan rapuh. Dia kini terlihat sinis, penuh kemenangan.

"Aku tahu kamu benci aku. Kamu juga benci anak ini. Tapi, kamu tahu nggak?"

"Nino itu sama sekali bukan hasil donor sperma Fandi."

Langkahku langsung terhenti. Darahku seakan membeku di seluruh tubuh.

Yessy mendekat satu langkah lalu merendahkan suara. "Malam itu hujan deras, kita berdua sama-sama mabuk."

"Kamu tahu, ada hal-hal yang berjalan alami. Kita benar-benar tidur bersama!"

"Mana ada bayi tabung. Itu cuma alasan Fandi buat menenangkan kamu. Dia takut kamu ribut dan merusak nama baik Keluarga Paton."

Jadi begitu.

Semua balas budi itu.

Semua teknologi tinggi itu.

Semuanya cuma kebohongan!

Rasa muak dan marah karena dibodohi langsung menelanku bulat-bulat.

Aku gemetar hebat karena amarah.

Tiba-tiba Yessy meraih tanganku lalu menampar wajahnya sendiri dengan keras.

"Plak!" Suara tamparan palsu terdengar nyaring.

Dia memeluk anaknya, lalu "bruk" terdengar suara dia jatuh berlutut di depanku.

Setelah itu dia menangis melengking. "Kakak! Maaf! Semua salahku! Aku mohon! Tolong ampuni aku dan anakku!"

"Kalau kamu mau marah, kamu pukul aku saja. Anak ini nggak salah apa-apa! Aku cuma punya dia. Kalau dia sampai kenapa-kenapa, aku juga nggak bisa hidup lagi…"

Aku menatap sandiwara murahan itu, belum sempat bereaksi, tapi suara teriakan Fandi sudah mendahuluinya.

"Yuli! Kamu lagi apa!"

Dia menarik Yessy ke belakangnya dan melindunginya. Tatapannya padaku penuh terkejut, kecewa, dan amarah yang tak bisa dipercaya.

Aku menatapnya tenang. "Aku nggak begitu, itu dia…"

"Plak!" sebuah tamparan keras menutupi suaraku.

Sebuah tamparan penuh tenaga mendarat di wajahku.

Dunia mendadak jadi hening.

Aku menatap pria yang dulu bersumpah mencintaiku. Wajah bengisnya membuatku merasa lelah.

Aku sama sekali tidak sedih.

Hal yang tersisa hanya benci yang begitu dalam dan tekad yang dingin.

"Fandi," suaraku terdengar datar dan tenang, terlalu tenang. "Kita cerai."

Fandi berteriak penuh amarah.

"Kamu pakai cerai buat ancam aku lagi! Kamu kira aku beneran nggak bisa hidup tanpa kamu, ya?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram   Bab 9

    Hasil pemeriksaan rumah sakit menunjukkan Fandi kena kanker pankreas stadium akhir. Tidak ada obat, hanya menunggu ajal.Ibunya menelponku sambil memohon. "Aku tahu dulu aku salah. Tapi Fandi sudah sadar. Dia nggak lama lagi akan mati. Dia cuma punya satu keinginan, bisa ketemu kamu sekali lagi."Aku datang ke rumah sakit menemui Fandi.Pria yang dulu penuh percaya diri itu kini kurus kering. Pipi cekung, tulang pipi menonjol. Wajah tampannya hilang tidak berbekas.Matanya kosong menatap langit-langit, sampai mendengar suaraku baru dia menoleh.Matanya langsung berbinar begitu melihatku.Tapi, detik berikutnya dia menunduk menatap tubuh ringkihnya. Dia tertawa getir, buru-buru menarik selimut tebal menutupi dirinya. Dia tidak mau aku melihat keadaannya yang menyedihkan."Yuli, terima kasih sudah mau datang. Aku pasti kelihatan jelek banget sekarang, ya?""Sebenarnya aku benar-benar menyesal. Kalau dulu aku bisa memperlakukanmu dengan baik, mungkin kita sudah jadi keluarga yang bahagia.

  • Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram   Bab 8

    "Fandi, jangan sampai kamu menyesal!"Yessy buru-buru kabur sambil menggendong bayi yang menangis keras.Dulu Fandi si penguasa yang arogan, sekarang dia malah duduk di lantai, di hadapan banyak orang, terlihat seperti anak kecil.Dia teringat tatapanku yang dingin, cincin Lukas yang mengejek, teriakan penuh benci Yessy, juga tangisan bayi yang memekakkan telinga...Semua suara dan gambar itu merobek-robek pikirannya.Dia memegangi kepala dengan kedua tangan dan menangis tanpa suara.Habis sudah dia.Semuanya hancur....Beberapa bulan kemudian, Lukas mendorong sebuah laporan ke hadapanku."Hasilnya keluar."Suaranya berat.Mataku langsung tertuju pada judul besar di halaman depan. [Laporan Tes DNA Hubungan Ayah-Anak][Hasil analisis DNA menunjukkan, Fandi (ayah) dan Nino (anak) tidak punya hubungan biologis.]"Buat dia, ini kejutan yang lumayan besar." Sudut bibirku terangkat sinis."Pacar lama Yessy mulutnya ternyata nggak rapat."Lukas bicara datar. "Kasih tekanan sedikit, tambah bu

  • Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram   Bab 7

    Tatapan Fandi membuat jantung Yessy bergetar. Senyumnya langsung kaku."Waktu itu…" Suara Fandi terdengar tenang tapi menyeramkan. "Kamu beneran ngomong begitu ke Yuli?""A… apa maksudmu? Fandi, kamu lagi ngomong apa?"Mata Yessy berkilat gugup. Tangannya otomatis mengeratkan bayi di pelukan. Dia mundur selangkah. Suaranya bergetar, terdengar manja sekaligus takut."Yuli pasti ngaco lagi, 'kan? Dia emang suka fitnah. Perempuan kayak dia, nggak bisa jagain suaminya sendiri cuma bisa adu domba orang lain.""Aku tanya kamu!"Fandi melangkah maju. Tubuh tingginya menindih, bayangannya menutup seluruh tubuh Yessy."Malam itu! Waktu hujan! Kita mabuk! Kamu beneran naik ke ranjangku? Nino sebenernya dari mana? Jawab!"Yessy gemetar ketakutan. Bayi di pelukannya langsung menangis keras."Iya! Memang iya! Mau apa?"Dia mendongak mendadak. Suaranya melengking, menutupi tangisan bayi. Wajahnya penuh rasa puas yang terdistorsi."Semuanya benar! Malam itu kamu meluk aku, manggil-manggil namaku, beg

  • Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram   Bab 6

    "Semua itu cuma kebohonganmu, Fandi. Kamu cuma mau jaga muka Keluarga Paton yang menyedihkan itu. Semua cerita busuk tentang bayi tabung cuma karanganmu."Fandi mendengar ucapanku dan otaknya langsung kosong. Tubuhnya membeku di tempat.Ingatan tentang malam mabuk bersama Yessy, tentang sentuhan tubuh, tiba-tiba menyeruak jelas di kepalanya.Dia tidak mau percaya."Bukan! Dengar aku dulu!"Dia menjerit refleks, rasa takut besar mencengkeramnya. Dia ingin menyangkal, ingin menarikku kembali."Dia bohongin kamu! Anak itu beneran bayi tabung! Aku sumpah atas nama kehormatanku! Aku sama dia bersih! Mana mungkin aku mau sama perempuan kayak dia! Yuli, dia cuma iri sama kamu, dia sengaja mau adu domba! Kamu jangan percaya! Kamu balik lagi, kita…""Heh."Satu tawa kecil menyindir langsung memotong ocehan paniknya.Aku menatapnya lurus, seolah sedang menonton badut yang main sandiwara murahan."Fandi, kehormatanmu? Waktu kamu menamparku demi Yessy, waktu kamu pakai nama Nino buat anak haram it

  • Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram   Bab 5

    Fandi benar-benar kehilangan kendali. Dia mendorong orang di sampingnya lalu berlari ke tengah jalan, membentangkan kedua tangan, menghadang mobil pengantin putih yang melaju pelan."Berhenti! Berhenti sekarang juga!""Yuli! Turun dari mobil!"Suaranya membelah musik pesta yang riuh. Setiap kata terdengar seperti dipaksa keluar dari celah giginya."Siapa yang izinin kamu pakai baju itu? Siapa yang izinin kamu nikah sama orang lain? Turun sekarang juga!"Foto keluarga yang dia pegang sudah lebih dulu dia lempar sembarangan di pinggir jalan seperti sampah.Mobil pengantin pun terpaksa berhenti. Udara terasa beku.Kerumunan orang langsung berkumpul, bisik-bisik terdengar menusuk telinga Fandi yang sudah tegang."Apa-apaan ini? Bukannya dia sudah punya istri sama anak? Kok sekarang malah rebutan pengantin?""Benar tuh, ini 'kan pernikahan sah. Dia malah bikin heboh di sini!""Ini apa-apaan… kayak ada gosip besar nih!"Jendela belakang mobil turun sepenuhnya.Yang pertama terlihat oleh Fand

  • Hari Aku Keguguran, Suami Pamer Anak Haram   Bab 4

    Aku mengeluarkan surat cerai dari dalam tas dan menyerahkannya ke tangannya."Jangan buang waktu lagi, tanda tangan sekarang.""Kalau nggak, aku nggak keberatan bikin seluruh Keluarga Paton masuk berita besok. Kamu juga pasti nggak mau semua orang tahu kalau Pak Fandi sama selingkuhannya mukulin istri asli yang baru keguguran, lalu maksa dia nerima anak haram, 'kan?"Fandi bicara dingin. "Kamu bisa nggak jangan ribut. Hal sekecil ini perlu dibesar-besarkan?"Aku diam. Aku hanya mendorong surat cerai itu lagi ke depannya.Dia menatap bibirku yang berdarah dan mataku yang penuh tekad. Rasa jengkel langsung naik ke kepalanya."Bagus! Yuli! Kamu hebat sekali!"Dia hampir meraung, meraih pena, menorehkan tanda tangannya tanpa membaca sepatah kata pun."Tanda tangan! Aku tanda tangan! Sesuai mau kamu! Sekarang pergi! Bawa semua barangmu keluar dari Keluarga Paton! Aku mau lihat, setelah ninggalin aku, kamu yang keguguran dan ditinggalkan ini bisa jadi apa!"Setelah selesai, dia melemparkan s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status