Share

Bab 188

Author: Rina Safitri
Tatapan Indra dingin, matanya menyapu pasangan suami istri itu dengan acuh. “Dia sekarang istriku, bagian dari Keluarga Wijaya. Bukan orang yang bisa kalian sentuh sembarangan.”

Di hadapan kekuasaan, nggak ada lagi yang namanya senioritas atau hubungan darah.

Dengar ucapan tajam itu, wajah Joko seketika tegang, penuh rasa tertekan. Marah, tapi nggak berani keluarkan suara bantahan.

Mona apalagi, lidahnya seakan terkunci, nggak berani berkata sepatah kata pun.

Di balik punggung tegap Indra, Puspa menatap dalam diam. Tubuh pria itu berdiri kokoh, seolah gunung yang tak tergoyahkan, buat dia kehilangan fokus. Begitu dalam ia terhanyut hingga nggak sadar, kedua orang itu sudah pergi tinggalkan ruangan.

"Kamu itu bodoh yah? Nggak punya kaki?"

Suara yang tiba-tiba terdengar di telinganya menariknya kembali ke dunia nyata. Ia mendongak, dapati pria itu menatap dengan alis berkerut. “Kalau dia mau pukul kamu, kamu nggak bisa hindarin?” lanjut Indra dengan nada dingin.

Puspa narik tanganny
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 232

    Tatapan dingin di mata Indra buat hati Puspa kembali beku. Bahkan seekor anjing, kalau dipelihara lima tahun, akan tumbuh perasaan. Gimana mungkin ia bisa begitu tega, begitu dingin ke dirinya? Puspa berkata dengan suara tenang tapi tajam, “Kalau kamu mau singkirkan Joko, lakukan saja. Aku nggak akan ikut campur. Kalau memang dia salah, yah berarti dia memang pantas tanggung itu. Tapi kalau kamu berani jebak dan taruh tuduhan palsu ke dia, jangan salahkan aku kalau aku biarkan semua orang tahu, gimana kamu perlakukan mertuamu dengan seenaknya.”Dia nggak kasihan ke aku, aku juga nggak akan kasihan ke dia. Kalau nanti nama Indra hancur, itu bukan urusannya lagi. Indra tundukkan tubuhnya, dekatkan wajah dengan senyum penuh tantangan. “Baru hari ini aku tahu, ternyata kamu juga punya taring. Kalau gitu, ayo kita taruhan. Lihat siapa di antara kita yang akhirnya menang.” Usai keduanya menyatakan sikap masing-masing di depan rumah sakit, Indra nggak maksa Puspa untuk ikut pulang. Ia ju

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 231

    Indra benar-benar kejam, nggak punya rasa kasihan. Bahkan ke seorang nenek yang tubuhnya sudah renta dan lemah, ia pun tega nekan. Padahal, bertahun-tahun ia juga panggil wanita tua itu sebagai “nenek”. Apa hatinya benar-benar terbuat dari batu? Puspa menelan pahit getir yang mengganjal di tenggorokannya, lalu paksakan senyum tipis di bibir. “Belakangan ini aku memang sibuk sekali. Tapi nanti aku janji bakal lebih sering datang untuk jenguk, nggak biarin nenek tungguin aku.”Nenek Yanti menggenggam balik tangannya. Nggak perlu banyak kata, rasa sayang itu sudah terlukis jelas. Indra menaruh piring buah ke meja kecil di samping ranjang. “Nenek, makan dulu buahnya. Tambah vitamin C.”“Oke,” jawab Nenek Yanti lembut sambil mengangguk.Mata Indra beralih ke Puspa. “Aku nggak ganggu kalian ngobrol dulu. Aku tunggu kamu di luar.”Puspa menggigit bibir, tahan semua emosi yang bergolak. Sebelum beranjak, Indra sempat noleh lagi. Bibirnya terangkat membentuk senyum yang tampak hangat, tapi

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 230

    Beberapa hari terakhir, Puspa nggak pergi ke mana-mana. Ia cuma makan dan tinggal di hotel, bahkan nggak temui Tania maupun yang lain. Siapa tahu Indra suruh orang untuk ikutin dia. Ia hanya ingin sendiri, diam dalam kesunyian. Namun ia tahu, pelarian bukanlah jalan keluar. Ia bukan orang yang hidup sendirian tanpa beban. Ada banyak cara untuk paksa dirinya keluar. Indra jelas nggak main-main. Begitu turun tangan, ia langsung cari alasan untuk jebloskan Joko ke dalam penjara. Sedangkan Mona, pada dasarnya cuma burung kenari yang dipelihara Joko. Dia cuma bisa habiskan uang, tapi urusan perusahaan? Ia sama sekali nggak ngerti. Ketika sandarannya tumbang, ia pun cari pertolongan. Orang ini, tentu saja, Nenek Yanti. Anak lelaki itu memang nggak berbakti, tapi begitu dengar kabar anaknya ditangkap, mana mungkin seorang ibu bisa tenang? Mona nangis sambil meratapi nasib, “Bu, Joko itu satu-satunya anakmu, yang bakal rawat kamu waktu tua nanti. Kamu nggak bisa cuma diam lihat dia celak

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 229

    Wilson menatap tajam, suaranya dingin tapi penuh ketegasan, “Indra, meskipun keluargamu berkuasa di Kota Ubetu, yah nggak berarti kamu bisa seenaknya injak-injak hukum. Kalau Puspa mau cerai, nggak bisa gara-gara kamu nggak mau, itu tentukan semuanya.”Ia maju selangkah, setiap kata ditekan dengan kuat, “Kamu merasa bisa permainkan dia hanya karena dia nggak punya siapa-siapa yang belain. Tapi dengar baik-baik, Puspa nggak sendirian. Selama dia mau cerai, aku akan dukung dia sampai akhir.”Tatapan Indra menggelap, pupil hitamnya penuh badai yang hendak meledak. Sementara itu, wajah tampan Wilson nahan emosi yang dalam, matanya berkaca-kaca dengan lembut. “Indra, masih ada orang yang hargain dia.”Kalimat itu baru saja terucap, kepalan Indra langsung mendarat keras di wajahnya. Wilson terhuyung ke belakang. Indra segera cekal kerah bajunya, suara rendahnya bagai es menusuk tulang, “Sudah kubilang, jangan berharap dapatkan wanita yang bukan milikmu! Puspa itu istriku. Singkirkan pikira

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 228

    Kondisi Wulan akhirnya mulai stabil. Dokter kasih penjelasan dengan suara tenang, “Pasien sebaiknya banyak istirahat. Untuk saat ini, emosinya nggak bisa terima guncangan besar.”Indra mengangguk, tanda sudah mengerti. Di dalam ruang rawat. Wulan telah sadar. Wajahnya pucat pasi, tubuh tampak lemah. Ia noleh ke arah Indra, suaranya tipis nyaris berbisik, “Kak Indra, maaf aku ngerepotin kamu lagi.”Indra berdiri di depan ranjang, tatapannya datar. “Aku punya sebuah pulau kecil. Pemandangannya indah, sepanjang tahun hawanya sejuk. Sangat cocok untuk istirahat. Aku akan kirim kamu ke sana, tinggal di sana beberapa bulan.”Dengar itu, wajah Wulan langsung berubah drastis. “Kak Indra, maksudmu apa? Kamu mau kurung aku?”Indra menutupinya dengan alasan yang lebih halus, “Berita di internet cepat sekali gantinya. Kalau kamu pergi menghilang sementara waktu, mereka pasti cepat lupain kamu.”Tatapannya melayang turun, jatuh pada dada Wulan. “Dokter juga bilang, kamu perlu banyak istirahat. K

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 227

    Endah berdiri dengan tangan di pinggang, wajah penuh amarah. Ia ingin segera telpon Puspa agar kembali. Tapi Puspa nggak bawa HP. Baik HP maupun tasnya, semuanya ketinggalan di mobil Indra. Nggak bisa hubungi menantunya, ia segera telepon Indra. Namun nggak disangka, baik istri maupun anaknya sama-sama nggak angkat. Amarahnya memuncak, kepalanya sampai terasa berdenyut. Keluar dari Vila Asri, mobil yang ia bawa langsung ditinggalkan begitu saja di bawah apartemennya. Ia sendiri milih naik taksi untuk temui Tania. Ia nggak pergi ke kantor hukum, melainkan panggil Tania keluar secara diam-diam, agar nggak ketahuan si pengkhianat Wira. Begitu ketemu Puspa, Tania terbelalak melihat kondisi temannya. “Kenapa kamu sampai berantakan gini? Urusan cerai itu, gimana tanggapan keluarga mereka?” Puspa nggak langsung jawab. Ia cuma suruh pelayan antarkan segelas air, lalu meneguknya sampai habis dalam sekali minum. Baru setelah tenggorokannya yang kering terasa lega, ia mengusap sudut bibir den

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status