Share

Bab 23

Author: Rina Safitri
Putranya kerja keras untuk keluarga, jadi Endah tentu nggak rela semua keuntungan yang datang itu malah jatuh ke tangan cabang keluarga lain.

Kalau memang Puspa nggak bisa ngelahirkan, maka satu-satunya pilihan adalah menggantinya.

Namun kalau ingat semua pengorbanan Puspa selama bertahun-tahun, ia masih bisa dibiarkan tinggal di rumah Keluarga Wijaya. Hanya saja, status sebagai menantu utama mungkin harus diberikan pada yang lebih layak.

Puspa tentu saja nggak tahu apa yang sedang direncanakan di belakangnya. Baru dua kilometer meninggalkan rumah utama Keluarga Wijaya, ia tiba-tiba menepikan mobilnya dengan tergesa. Begitu pintu terbuka, ia buru-buru turun dan membungkuk di pinggir jalan, memuntahkan isi perut ramuan pahit itu keluar semua.

Dengan tangan gemetar, Puspa membuka laci dashboard dan mengambil sebotol air untuk berkumur, mencoba menghilangkan sisa rasa menjijikkan itu dari mulutnya.

“Puspa?”

Ia menoleh cepat dan melihat sebuah mobil berhenti di belakang mobilnya.

Sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 258

    Di lantai bawah, Endah dengar suara ribut dari atas, alisnya langsung berkerut. Saat lihat Indra turun tangga, pandangannya seketika jatuh ke goresan baru di punggung tangan putranya. Nada suaranya penuh ketidaksenangan. “Di rumah, dia juga sering berulah seperti ini?” Menantu yang dinikahi seharusnya rawat keluarga, bukan malah terus-menerus bertingkah gila! Dengan kondisi mental Puspa seperti itu, bukankah cucunya nanti bisa tumbuh jadi anak yang sakit jiwa? Indra duduk di sofa, menekan pelipis yang berdenyut sakit. “Aku beresin urusanku sendiri. Ibu pulang saja.”Namun Endah tetap nggak beranjak, bibirnya hanya melontarkan kata. “Cerai! Kamu ceraikan dia,” lanjutnya tegas.Ia nggak ingin punya menantu yang setiap saat bisa jatuhkan kehormatan keluarga. Indra angkat kelopak matanya yang berat, suaranya datar. “Aku nggak akan cerai. Jangan sebut-sebut itu lagi.”Endah mengerutkan kening. “Kenapa? Kamu jatuh cinta ke dia?” Selain alasan itu, ia benar-benar nggak temukan jawaban l

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 257

    "Kuberi tahu, jangan mimpi! Ibunya Wilson sampai telepon ke sini, suruh aku jaga menantuku!”Endah nggak pernah merasa jadi bahan aib sebesar itu sebelumnya dan sumber malu itu seorang menantunya yang selama ini ia pandang rendah. Wajah Puspa mendadak memucat, rasa dingin mengalir di seluruh nadinya. Untuk pertama kalinya ia rasakan arti ungkapan: ada hal yang nggak bisa diucapkan. Indra mengerutkan kening, lalu bersuara bela Puspa, “Dia dan Wilson cuma rekan kerja biasa, nggak ada hubungan apa-apa.”Puspa menatap Indra yang berdiri di hadapannya, matanya simpan kebencian sekaligus ejekan. Apa maksudnya ia berlagak seperti pembela itu? Bukankah malu yang kini menimpa Puspa semua bermula dari ulahnya sendiri? Ia melangkah keluar dari balik Indra, berdiri menghadap Endah tanpa sedikit pun rasa hormat yang dulu pernah ada, hanya ketidakpedulian. “Iya, benar. Aku memang wanita murahan, nggak bermoral, nggak bermutu. Jadi cepat suruh anakmu ceraikan aku, atau aku akan selingkuin dia.

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 256

    Puspa buka matanya seketika, menatapnya dengan galak. "Aku nggak butuh kamu di sini. Kamu bisa pergi cari dokter."Indra menatapnya tanpa berkedip, sebuah senyum samar terangkat di bibirnya, namun matanya tetap dingin. “Kelihatannya kamu memang sangat peduli ke dia.”Puspa menampar tangan Indra, singkirkan itu dengan kasar. “Urus urusanmu sendiri, aku nggak akan ikut campur urusanmu, kamu juga jangan campurin urusanku, jangan sok atur-atur.”“Kamu beda dari aku. Kamu itu istri yang kubeli.” Indra menatapnya, tiap kata terucap pelan namun bermakna dalam.Sekonyong-konyong wajah Puspa berubah pucat, warna merah merona hilang dari pipinya. Kata-kata dingin itu meluncur lagi dari mulut Indra, “Kamu harus tahu posisimu.”“Aku katakan ini sekali saja, dan ini yang terakhir, jauhi pria bernama Wilson itu.” Indra merapikan rambutnya yang berantakan dengan gerakan tenang, suaranya berbisik, “Nggak dengarin aku itu nggak ada untungnya buat kamu.”Puspa mengeratkan kedua tinju di bawah selimut,

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 255

    Terlihat jelas bahwa keduanya pernah belajar bela diri, namun Indra jelas berada di level yang lebih tinggi daripada Wilson. Beberapa ronde berlalu, posisi Wilson mulai goyah, tepat pada saat itu sebuah tinju mendarat di wajahnya. Puspa menatap darah yang merembes dari sudut bibir Wilson, wajahnya berubah drastis, hatinya seketika terasa panas seperti terbakar, ia nggak rela lihat Wilson babak belur di depan matanya. Ia menoleh cepat kepada Cakra. “Kak Wilson itu bukan orang sembarangan. Kalau sampai terjadi sesuatu, itu nggak baik untuk Keluarga Wijaya.”Cakra pun mengerti, lihat keganasan bosnya kali ini, jelas maksudnya bukan sekadar menakut-nakuti, itu niat hajar sampai mati. Ia kira Indra pulang untuk redam suasana, bukan untuk berkelahi. Sekarang baru tahu, bos-nya memang datang untuk berkelahi. Ia pasrah menelan napas. Saat Indra lengah sejenak, Puspa manfaatkan celah itu, ia menerobos, dorong Cakra, dan berlari maju untuk pisahkan mereka. “Berhenti!” teriaknya. Wilson ya

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 254

    Selesai mengisap sebatang rokok, Indra akhirnya buka suara. “Jalan.”Cakra tertegun sejenak. “Nggak pulang ke rumah?”Tatapan Indra melirik tipis, dingin dan penuh tekanan. Cakra langsung sadar diri, lagi-lagi ia kebablasan bicara. Ia pun segera nyalakan mesin dan jalankan mobil. Di sisi lain, karena nggak bisa hubungi Puspa, Wilson langsung datang ke Vila Asri. Kebetulan, di jalan masuk, dua mobil berpapasan. Saat berselisih arah, Indra menoleh keluar jendela. Sekilas wajah yang amat dikenalnya terlintas di pandangan, buat sorot matanya bergetar. Indra bersuara dingin, “Putar balik.”Cakra sempat bengong, refleks bertanya, “Putar balik ke mana?”“Ke rumah,” jawab Indra singkat.Cakra terdiam.'Dia permainkan aku ya?'Tapi ia nggak berani bersuara. Di perempatan berikutnya, ia hanya patuh ubah arah. 'Apa tadi ucapanku benar-benar masuk telinga bos?' Mobil berhenti di depan pintu Vila Asri. Wilson turun dan mengetuk pintu. Yang buka pintu Bu Sekar, ia tentu kenal pemuda ini. “Su

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 253

    Semua ini memang salahnya sendiri, buah pahit yang harus ia telan karena ulahnya sendiri. Puspa menunduk, bahunya merosot, suaranya pun terdengar rapuh. “Aku harus gimana, supaya kamu mau ceraikan aku?”Indra menatapnya dalam, kata-katanya tegas tanpa celah. “Kasih aku seorang anak.”Puspa terdiam beberapa detik, lalu berkata dengan nada mengejek, “Indra, asal kamu gerakkan satu jari saja, ada banyak perempuan di luar sana, lebih cantik, lebih pintar dari aku yang rela lahirkan anak untukmu.”Indra menanggapi dengan tenang, “Sayangnya, aku ini orang yang susah lepaskan masa lalu.”Orang yang susah lepaskan masa lalu? Puspa nyaris tertawa. Nggak, ia bukan nggak bisa lepaskan masa lalu, hanya saja ia nggak terbiasa dengan sesuatu yang pernah ia genggam tiba-tiba berkata nggak. Hatinya mendadak terasa hampa, lemah. Tiba-tiba, HP-nya berdering. Nama yang terpampang di layar, Wilson. Ia teringat ucapan ibunya Wilson. Puspa sempat ragu, namun pikirnya, meski setelah ini mereka nggak ket

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status