Share

Bab 37

Author: Rina Safitri
Di bawah cahaya lampu, kedua sosok itu saling berpelukan.

Matanya membelalak saat lihat adegan itu nggak terelakkan, begitu nyata. Napasnya tertahan.

Wilson yang berdiri di sampingnya juga menyadari sesuatu. Ia spontan menoleh, mengikuti arah pandang Puspa.

Namun hembusan angin malam pun nggak mampu menenangkan bara yang menghangus dari dalam dirinya. Malu, marah, terrhina.

Pandangannya terlalu tajam hingga Indra pun akhirnya sadar. Ia menoleh, dan mata mereka bertemu.

Sekilas ragu melintas di wajahnya. Ia bertanya, seolah nggak tahu-menahu, “Kenapa kamu di sini?”

Puspa tersenyum tipis. Senyuman yang getir dan mengejek.

“Apa aku ganggu momen kalian?”

Indra belum sempat menjawab, tapi Wulan sudah duluan panik. “Kak Puspa, kamu salah paham! Ini bukan seperti yang kamu pikirkan! Kami nggak ada hubungan apa-apa, sungguh! Aku cuma… aku tadi… eh, aku nggak sengaja peluk! Ada alasannya kok, beneran! Pokoknya, jangan salah paham sama Kak Indra ya! Semua ini salahku, nggak ada hubungannya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 266

    “Puspa, kamu punya jalan lain, hidup yang jauh lebih baik dari sekarang ini.”Wilson bisa baca kompromi yang tersembunyi di balik wajahnya.Bukan karena ia nggak ingin pergi, tapi karena ia memang nggak punya jalan keluar. Indra sudah tutup rapat semua kemungkinan.Tepat saat itu, sebuah mobil berhenti di pinggir jalan.“Nyonya, Pak Indra suruh aku jemput kamu pulang.”Yang datang adalah Cakra.Puspa tersenyum tipis ke Wilson. “Kak Wilson, aku pulang dulu.”Begitu masuk mobil dan mesin menyala, pemandangan jalan bersama sosok Wilson perlahan menjauh dari pandangan. Senyum di wajah Puspa pun ikut sirna.Ia menegang, wajahnya dingin. “Indra gimana dia bisa tahu aku ada di sini?”Cakra terkejut. Nada itu jelas bukan seperti istri yang laporkan keberadaannya ke suami.“Dia suruh orang ikutin aku?” Puspa menatapnya.Cakra buru-buru jelaskan, “Nggak.”Kalau pun ada yang ditugaskan untuk itu, seharusnya dia yang terima instruksi itu.Pikiran Puspa berputar cepat. Ia segera meraba tubuhnya, ca

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 265

    Guru Zean mendengus. “Aku belum mati, jadi kenapa wajahmu selalu seperti kayak orang berkabung?”Puspa menahan napas. “Mana ada orang yang mengutuk dirinya sendiri kayak gitu?”“Bukannya aku mau, tapi tiap hari kamu pasang wajah berduka kayak gitu, aku mesti gimana dong?” lanjut Guru Zean dengan tajam.“Aku nggak gitu kok.” Puspa buru-buru membantah.Guru Zean menatapnya dari ujung mata, penuh sindiran. “Mau lihat cermin dulu biar yakin?”Ia terdiam. Memang akhir-akhir ini suasana hatinya buruk, tapi nggak separah yang Guru Zean katakan.“Aku cuma kurang tidur belakangan ini,” kata Puspa.Guru Zean nggak bisa tahan lidahnya, ucapannya makin menusuk. “Kalau tidur di tumpukan sampah tiap hari, jangankan belakangan ini, seumur hidup pun kamu nggak akan bisa tidur nyenyak. Kalau terus seperti itu, seluruh wajahmu bisa rusak.”Puspa hanya terdiam.Terlalu pedas, nggak perlu sebegitunya.“Pulang aja, tekuni lagi bidangmu. Habis menikah kok tambah jadi kayak gini. Dengan kemampuanmu sekarang,

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 264

    “Nggak enak badan?” Indra melangkah maju, tangannya terangkat, tempelkan telapak hangat di dahi Puspa. “Wajahmu pucat sekali.”Seperti burung yang terkejut, Puspa segera mundur, menjauh darinya.Alis Indra sedikit terangkat. “Kenapa?”Tenggorokannya bergerak, Puspa mengepalkan tangan erat-erat. “Kamu menang.”Ia sudah paham, perlawanan dan segala rencana kecilnya, di mata Indra cuma permainan anak-anak. Ia cuma seekor udang kecil di lautan luas, gimana mungkin bisa mengguncang ombak yang dikuasai Indra?Indra maju lagi, satu per satu buka jemari yang terkepal, lalu menyelipkan tangannya, mengunci erat dengan sepuluh jari Puspa.“Antara suami istri, mana ada yang namanya menang atau kalah? Kita ini satu.”Telapak tangannya jelas hangat, tapi Puspa sama sekali nggak rasakan kehangatan itu. Yang ia rasakan hanyalah dingin menusuk tulang, seolah seluruh tubuhnya dibekukan.Dalam perjalanan pulang, Puspa hanya diam....Di Vila Asri.Selesai mandi, Puspa langsung masuk ke dalam selimut, tub

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 263

    Setelah selesai muntah, Puspa terduduk di lantai dengan lutut tertekuk, tubuhnya bergetar, tangan dan kakinya mati rasa. Keringat dingin membasahi seluruh punggungnya.Ia meraih kalung di lehernya, kalung yang terasa seperti rantai belenggu dan menanggalkannya dengan kasar. Dengan penuh jijik, ia lemparkan benda itu ke samping.Napasnya yang semula terengah-engah perlahan stabil. Ia cuci wajahnya, berkumur, lalu menjatuhkan diri ke atas ranjang. Tubuhnya meringkuk, membungkus diri rapat-rapat dengan selimut, seakan hanya itu satu-satunya perlindungan yang tersisa.Malamnya, Puspa mengenakan gaun malam yang berwarna senada dengan setelan Indra. Mereka muncul berdua di pesta malam itu.Dengan status dan penampilan Indra, ia bagai bangau putih di tengah ayam, begitu masuk ke aula, langsung menarik perhatian. Orang-orang segera menghampiri untuk menyapanya.Indra berperan sempurna sebagai suami yang penuh perhatian, bahkan dengan tenang perkenalkan Puspa kepada para tamu. “Ini istriku, Pus

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 262

    Sampai mereka meninggalkan rumah sakit, rasa takut yang mencekik itu masih menempel di hati Puspa, perasaan bahwa seluruh hidupnya digenggam erat oleh Indra.“Bukannya ayahmu baik-baik saja? Kenapa kok kamu nggak senang?”Dalam ruang mobil yang sempit, suara Indra terdengar dingin, seperti bisikan iblis dari neraka. Tubuh Puspa spontan menggigil.Wajahnya kaku, seolah semua jiwa dan semangatnya dicabut habis. Ia nggak jawab, malah balik bertanya lirih, “Memangnya aku boleh merasa senang?”Ya, secara nama ia memang istri Indra. Tapi kenyataannya, ia cuma boneka yang dibeli dan dipajang. Boneka yang nggak boleh punya kesadaran diri. Semua harus berjalan sesuai program yang Indra tentukan. Begitu membangkang, Indra akan bongkar, rakit ulang, lalu masukkan perintah baru.Namun ia bukan boneka. Ia manusia hidup. Mana mungkin ia bisa jadi mesin yang nggak berjiwa?“Boleh, asal kamu nurut, semuanya akan kembali seperti semula. Semua akan normal lagi,” jawab Indra dengan tenang.Puspa tersungg

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 261

    Benarkah itu disebut “istirahat”? Bukannya tahanan rumah terselubung?Sebagai teman, Hana akhirnya menasihati, “Wulan, menurutku sebaiknya kamu hentikan saja hubunganmu dengan sepupuku.”Ia ingin mengatakan, sepupunya masih peduli ke Puspa. Dari caranya bersikap, ia nggak terlihat seperti pria yang mau cerai. Masa Wulan mau selamanya jadi orang ketiga?Namun Wulan langsung meninggikan suara, tajam dan keras. “Kenapa aku harus putuskan hubungan? Kak Indra cinta aku! Puspa itu cuma punya gelar istri, tapi di hati Kak Indra, dia bukan siapa-siapa. Cerai itu cuma masalah waktu!”Hana kaget dengan nada tinggi itu, wajahnya pun langsung mengeras. Wulan marah, kenapa harus bentak dirinya?Baru setelah emosinya meledak, Wulan sadar dirinya terlalu berlebihan. Ia tahu betul Hana nggak suka dibentak, jadi buru-buru ganti topik.“Hana, kamu tahu? Wilson dipukuli habis-habisan oleh Kak Indra.”Perhatian Hana pun sukses teralihkan.“Kapan? Dan kamu kok bisa tahu?”Wulan hanya ungkap sebagian, sembu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status