Share

Bab 11

Penulis: Hargai
Ervin yang duduk di kursi samping pengemudi menunjukkan raut wajah yang begitu rumit. Dia memberi isyarat kepada sopir untuk menepikan mobil dan berdiri jauh dari mobil. Dia tidak mau bersikap lancang dengan melihat apa yang tidak seharusnya dilihat.

Pamela tertunduk muram. Tangannya meraih ujung kaos putih besar yang dia kenakan dan perlahan-lahan menariknya ke atas.

Agam dengan malas menopang dahinya. Tatapan dinginnya menatap Pamela dengan rasa menarik.

...

Perusahaan Quentin.

Manajer umum, Dikra Sambada ditegur keras oleh Pak Patra karena melakukan perekrutan karyawan secara tidak tepat dan membiarkan kerabatnya bekerja di perusahaan dengan melewati pintu belakang.

Pak Patra juga memberinya kesempatan terakhir. Jika dia tidak dapat menemukan cara untuk memulihkan kerugian hari ini, bahkan mengakibatkan proyek tersebut tidak dapat mencapai syarat untuk bekerja sama dengan Perusahaan Dirgantara, dia harus meninggalkan perusahaan dengan Bianca si kerabatnya yang bodoh itu!

Dikra pun cemas. Dia pergi dan menghubungi relasinya untuk memikirkan cara penyelesaian.

Tepat ketika dia sedang dilanda kekhawatiran tentang bagaimana cara mempertahankan pekerjaannya, dia tidak sengaja melihat mobil Pak Agam yang diparkir di pinggir jalan.

Pak Agam belum pergi jauh?

Tuhan benar-benar memberkatinya!

Dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk menjelaskan kepada Pak Agam alasan rencananya gagal. Dengan begitu, masalah tadi bisa teratasi!

Memikirkan hal ini, Dikra buru-buru memarkir mobilnya tak jauh dari situ, lalu dia keluar dari mobil dan berlari menuju mobil Maserati edisi terbatas berwarna hitam di depannya.

Maserati edisi terbatas ini memiliki kaca film sangat gelap. Dari luar tidak bisa melihat ada orang di dalam mobil atau tidak.

Dikra dengan hati-hati bertanya melalui jendela mobil, "Pak Agam, apa Anda ada di dalam mobil, Pak Agam ...."

Mobil kelas atas itu memiliki sistem kedap suara yang sangat baik, sehingga suara Dikra tidak bisa terdengar.

Apakah tidak ada orang di dalam mobil?

Pak Agam tidak ada di dalam mobil, ya?

Ke mana dia?

Dikra melihat sekeliling, memang tidak ada siapa pun di sekitar. Jadi, dia meletakkan tangannya di penarik pintu mobil dan mencoba menariknya.

Saat ini, di dalam mobil ....

Wajah Agam dingin dan datar. Dia tidak berniat untuk mengampuni Pamela.

Pamela juga tidak mau mengalah pada pria tua itu!

Tadi pagi dia diganggu oleh adik pria ini. Sekarang, jika dia tidak menunjukkan ketangguhannya, bukankah dia akan ditindas oleh Keluarga Dirgantara selama tiga bulan ini?

Pamela menggertakkan giginya, lalu menyingkapkan kaosnya ke atas.

Untungnya, dia mengenakan baju bertali satu di balik kaos milik Agam. Meskipun baju bertali satu itu tipis, tidaklah terlihat seksi!

Agam yang terkejut mengerutkan alisnya!

Wanita ini benar-benar berani melepas pakaian di depannya?

Tiba-tiba, pintu mobil terbuka. Sinar matahari dan udara dingin menyerbu masuk pada saat yang bersamaan ....

Sebelum Pamela sempat bereaksi, tubuhnya ditarik dengan keras oleh kekuatan yang kuat!

Pandangannya menghitam. Penciumannya menangkap roma ambergris pria itu yang bercampur dengan aroma tembakau. Seketika, jantungnya berdegup kencang.

Agam bereaksi dengan sangat cepat. Seketika, dia meraih jas yang awalnya dilepas oleh Pamela dan menutup tubuh Pamela.

Lalu dia memeluk Pamela, dengan begitu tubuh Pamela tidak dilihat oleh orang di depannya.

Dikra membuka pintu mobil dan melihat seorang wanita dalam pelukan Pak Agam.

Wajah wanita itu dibenamkan di dada Pak Agam. Tubuhnya ditutupi jas milik Pak Agam, hanya kedua kaki putih panjang yang terlihat.

Mulutnya ternganga karena kaget.

Dia segera bereaksi terhadap kenyataan bahwa dia telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat. Keringat dingin membasahi punggungnya.

"Ah! Maaf ... Pak Agam! Saya memanggil Anda dari luar dan tidak ada yang jawab. Karena itu saya ...."

Agam memeluk erat orang yang ada di pelukannya. Dia menatapnya dengan dingin dan berkata dengan nada ketus.

"Pergi sana!"

Dikra segera menutup pintu mobil dan dengan gugup menyeka keringat di dahinya. Dia sungguh panik.

Dia sudah mengganggu "hal baik" yang akan dilakukan Pak Agam, dia benar-benar akan mati kali ini ....

Pamela dipeluk begitu erat hingga sesak.

Dia butuh usaha yang kuat untuk mengeluarkan kepalanya dari jas pria itu, lalu dia bertanya dengan cemberut, "Paman, apa yang kamu lakukan?"

Agam menunduk untuk menatap gadis dalam pelukannya. Di balik bulu matanya yang tebal, sepasang mata wanita itu penuh dengan ketidaksenangan.

Dia marah?

Jika dia tidak menariknya dan menutupi tubuhnya, tubuhnya akan terlihat orang!

Dia tidak malu?

Kembali dari lamunannya, Agam melepaskannya dengan wajah cemberut dan memerintahkan dengan serius, "Kenakan pakaianmu sekarang juga! Kamu sekarang adalah nyonya muda Keluarga Dirgantara. Setiap perkataan dan tindakanmu mewakili Keluarga Dirgantara. Jangan lakukan hal memalukan seperti membuka baju seenaknya!"

Memalukan?

Bukankah dia yang menyuruhnya untuk buka baju?

Pamela tersenyum sinis. "Jadi, ini sudah diizin oleh paman, 'kan? Sekarang aku boleh pakai baju ini, 'kan?"

Agam mengerutkan kening, tetapi dia tersenyum tanpa sadar. Gadis ini benar-benar pendendam!

"Pakailah!"

Pamela berdecak dan menjauh untuk kembali mengenakan pakaiannya.

Agam tidak menatapnya lagi, hanya memalingkan muka. Dia beranjak keluar dari mobil, juga tidak lupa menutup pintu dengan keras!

...

Dikra menjelaskan kepada Ervin dengan hati-hati, "Pak Ervin, saya benar-benar tidak bermaksud begitu. Pak Ervin, tolong bantu saja menjelaskan kepada Pak Agam ...."

Ervin mendengar suara pintu mobil tertutup. Dia mendongak dan melihat Agam berjalan kemari. "Tuan Muda ...."

Punggung Dikra menjadi dingin. Dia segera berbalik dan membungkuk untuk meminta maaf.

"Pak Agam, saya minta maaf! Maafkan saya! Saya tidak bermaksud membuka pintu dan melihat ...."

Tatapan Agam berubah menjadi dingin. "Apa yang kamu lihat?"

Dikra terdiam dan menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Saya tidak melihat apa-apa! Tidak melihat apa-apa ...."

Ervin melangkah maju, lalu menundukkan kepalanya untuk meminta maaf, "Tuan Muda, barusan nona menelepon. Aku pun berjalan ke samping untuk menjawab telepon, jadi tidak melihat ada orang yang mendekati mobil. Maaf karena sudah lalai dalam melakukan tugas!"

Agam melirik ke arah Ervin dan tidak berkata apa-apa.

Agam menundukkan kepala untuk menyalakan sebatang rokok, dia memalingkan wajahnya untuk menatap Dikra sambil berkata, "Sampai mendatangi mobilku, ada apa?"

Dikra buru-buru menjelaskan, "Pak Agam, saya Manajer Dikra dari Perusahaan Quentin. Barusan kita bertemu di kantor! Em ... saya mencari Pak Agam karena ingin menjelaskan bahwa rencana yang Anda lihat hari ini bisa gagal karena dirusak oleh karyawan magang perusahaan karena kepentingan pribadi, itu bukan kualitas dari perusahaan kami. Semoga Pak Agam memberikan kami kesempatan lagi untuk memaparkannya."

Agam mengembuskan rokoknya dengan pelan sambil mengerutkan alisnya. "Dirusak? Apa karyawan magang yang bisa memperbaiki komputer itu yang melakukannya?"

Dikra terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepala dengan canggung.

"Em ... bukan. Itu dilakukan karyawan magang yang satunya lagi! Tapi, sekarang dua karyawan magang itu sudah dipecat. Kami berjanji nggak akan melakukan kesalahan lagi. Pak Agam, apa Pak Agam ...."

Dipecat?

Mata Agam berubah suram, lalu dia melirik ke kursi belakang mobil.

"Nggak ada waktu."

Agam memberi isyarat pada Ervin dengan satu lirikan mata. Menyadari kalau gadis itu sudah selesai mengenakan pakaian, dia berbalik dan masuk ke dalam mobil.

Dikra mengikuti dengan panik. "Pak Agam, proyek ini sangat bagus. Tolong beri saya waktu dua puluh menit saja ...."

Ervin menghentikan Dikra dengan wajah serius dan memperingatkan, "Pak Dikra, tuan muda lagi nggak bisa diganggu. Kalau Pak Dikra terus mengganggunya, konsekuensinya akan lebih buruk."

Dikra tertegun dan tidak berani mengganggunya.

Dikra mundur ke pinggir jalan dan membungkuk untuk mengantarnya pergi. Maserati edisi terbatas itu perlahan-lahan melaju di depannya.

Pak Agam sedang bersama dengan seorang wanita di dalam mobil, pasti tidak punya waktu untuknya. Jadi, dia harus mencari kesempatan di lain hari.

Pamela merasa bosan di dalam mobil, jadi menurunkan jendela untuk mencari udara segar.

Saat mendongak, Dikra tertegun. Apa matanya mulai rabun?

Kenapa wanita di dalam mobil Pak Agam terlihat seperti Pamela yang hari ini dipecat dari perusahaan?
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Just Rara
pasti nanti tu si dikra minta tolong sm si pamela
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status