Andra mengerutkan kening, mengangkat bahu dan tersenyum, "Oke! Nggak usah hidupkan pendingin ruangan. Lala, jangan lupa mencariku setelah selesai rapat!"Pamela mengangguk, "Itu pun kalau Tuan Muda Andra masih di sini," katanya.Andra mengerucutkan bibirnya, kemudian menjawab, "Jangan khawatir, aku pasti ada."Kemudian, Andra pergi ke ruang tunggu diantar oleh sekretaris Pamela.Setelah kantor sepi, Pamela tidak membuang waktu, dia menyalakan komputer untuk mengurus beberapa pekerjaan dan bersiap untuk rapat.Kerja sama dengan Perusahaan Bratajaya telah disetujui dalam rapat pemegang saham, bukan sesuatu yang diputuskan sendiri oleh Pamela.Meski tidak menyukai Andra, Pamela berterima kasih atas semua bantuan yang diberikan olehnya, hanya saja dia tidak bisa membalas perasaannya.Jadi, saat Andra mengajukan bekerja sama dengan Perusahaan Dirgantara untuk mengembangkan kawasan komersial Maritim Biru, Pamela berjanji akan mengajukannya pada pemegang saham, tapi lolos atau tidaknya tidak
Sosok itu bukan orang lain, melainkan Andra.Yang berbeda adalah Andra di pagi hari tadi berpenampilan rapi dengan jas dan sepatu kulit.Sementara Andra yang sekarang telah melepas jas dan kemejanya, bahkan bagian atas tubuhnya telanjang!Pamela mengerutkan alis, kemudian berkata, "Tuan Muda Andra, apa Keluarga Bratajaya mendidikmu untuk melepaskan baju secara sembarangan di perusahaan orang lain?"Ada butiran keringat di bahu Andra, yang menambah sedikit pesona pada badan bugarnya."Lala, bukankah ini hasil yang kamu inginkan?"Pamela menatapnya keberatan, "Apanya ini hasil yang kuinginkan? Yang kuinginkan adalah kamu pergi dari sini, jangan menungguku!"Andra menaikkan sudut bibirnya, "Oh, ya? Kenapa aku merasa kamu sengaja membuatku kepanasan untuk memaksaku melepaskan pakaian dan memperlihatkannya padamu?"Pamela pernah bertemu orang yang tak tahu malu, tapi baru kali ini bertemu orang yang begitu percaya diri, "Itu .... Tuan Muda Andra, apa kamu selalu begitu percaya diri?"Andra
Pamela benar-benar kehabisan kesabaran, "Bisa nggak kamu pergi?"Andra bersikukuh, dia tersenyum sambil berkata, "Bisa! Rapatmu sudah selesai, 'kan? Ayo, kita ke Maritim Biru untuk survei lokasi dan membahas pekerjaan!"Pamela tidak ingin pergi, dia melambai sambil berkata, "Nggak usah survei lagi, kamu boleh membangun kawasan seni di mana pun kamu mau, asalkan luasnya nggak melebihi seperlima luas lahan!"Dia terlalu malas bekerja dengan pria yang bisa kambuh kapan saja.Andra sudah menunggu sejak tadi, mana mungkin dia menyerah begitu saja, "Lala, setelah membuatku menunggu sampai sekarang, kamu malah nggak menepati janji?"Pamela menjawab, "Aku sudah sepenuhnya menyetujui permintaanmu, apa kamu masih belum puas? Kenapa? Kamu berharap aku menemukan masalah setelah survei, lalu menolak proposalmu?"Andra berkata dengan percaya diri, "Aku mau kamu menyadari seberapa bagus prospek proposalku, siapa tahu kamu akan menyukaiku! Lala, aku sangat percaya diri dengan proposalku, aku juga yaki
"Kita naik mobil perusahaan, setelah kembali baru kamu kendarai mobilmu," pinta Pamela.Andra mengerutkan alis, "Kenapa? Bukankah lebih efisien kalau aku pakai mobilku?" tanyanya.Pamela menjawab, "Kita berdua keluar survei lokasi untuk alasan pekerjaan, lebih tepat menggunakan mobil perusahaan, dengan begitu kesalahpahaman dapat dihindari."Andra mengerutkan alis tak berdaya, "Lala, apa kamu nggak terlalu berhati-hati?"Pamela tidak banyak menjelaskan, dia langsung menaiki mobil dinas yang dikendarai sopir perusahaan.Andra mengangkat bahu, terpaksa mengikutinya menaiki mobil itu....Pagi-pagi sekali Sophia sudah bangun untuk membuatkan Alex sarapan, untuk meredakan amarah Alex yang dia buat kemarin, Sophia ingin berperilaku lebih baik agar kekesalan pria itu segera hilang.Dia memasak bubur, telur, serta sayuran.Alex hanya membawa Kevin untuk sarapan, tidak bicara di atas meja.Sophia mengambilkan telur untuk Alex sambil berkata, "Alex, istirahatlah setelah makan, kita akan mengaja
Theo akan keluar untuk menemui teman lamanya, kemudian melihat putrinya mendorong menantu yang tidak disukainya, wajah Theo seketika berubah masam.Melihat Theo mengabaikannya, Sophia berinisiatif mencairkan suasana, "Ayah, aku dan Alex akan membawa Kevin jalan-jalan, apa Ayah mau ikut?" ajaknya.Theo mendengus, "Kelihatannya kalian nggak benar-benar ingin aku ikut!"Sophia membantah, "Mana mungkin! Kalau Ayah juga ingin keluar jalan-jalan, kita bisa pergi bersama!"Theo melambai sambil berkata, "Sudahlah, pria tua sepertiku nggak ingin mempermalukan diri."Setelah itu, Theo berbalik dan memimpin beberapa anak buahnya menuju lift ....Sophia menurunkan alisnya, mendesah tak berdaya.Beberapa hari ini, hubungan Sophia dengan Theo semakin tegang, entah kapan Theo baru akan memberikan semua aset padanya.Sophia tidak ingin memperburuk keadaan, jadi dia sengaja berjalan lambat, mendorong Alex perlahan menuju lift, menunggu lift berikutnya.Di perjalanan, Alex bertanya, "Apa yang terjadi an
Alex tidak lagi menjawab, disertai suara dentingan, pintu lift pun terbuka, "Ayo."Sophia mendorong Alex keluar, ada perasaan aneh di hatinya, dia bertanya-tanya apa maksud Alex dengan pertanyaannya barusan.Mereka naik RV dan tiba di sebuah tempat dengan pemandangan yang terkenal di Kota Marila, bernama Maritim Biru.Sophia bersedia mengajak Alex dan Kevin jalan-jalan karena dia sudah membeli tiket pesawat jadwal pagi tiga hari kemudian, dia berencana membawa mereka kembali ke Negara Muriana lebih cepat.Tak peduli urusan Theo sudah selesai atau belum, dia akan segera membawa Alex pergi. Besok dia akan ke rumah sakit untuk operasi inseminasi buatan. Setelah dua hari penyembuhan, mereka bisa kembali ke Negara Muriana!Sebelum berangkat, dia ingin menikmati pemandangan Kota Marila. Jika semuanya lancar, mereka tidak akan kembali lagi.Mobil berhenti di lahan hijau di salah satu sisi Maritim Biru. Sophia mendorong Alex keluar dari mobil dan menghirup udara segar. "Alex, udara di sini jau
"Benarkah, Ayah?"Alex menatap Kevin dengan lembut dan yakin, "Um, benar," jawabnya.Kevin mengedipkan mata, melihat dengan cermat, lalu mengedipkan mata dan melihat dengan cermat lagi ...."Ayah, sepertinya aku berhalusinasi. Pasti karena aku terlalu merindukan Ibu Pamela, aku melihatnya di sini!" kata Kevin.Mendengar ucapan Kevin, Alex sedikit membeku, dia mengikuti arah tatapan Kevin, pupil matanya tiba-tiba menyusut!Kevin tidak salah lihat, itu bukan halusinasi.Pamela berdiri dengan seorang pria di sana, berbicara sambil memandangi alam. Keduanya tidak berjauhan, dengan jarak setengah orang, dari percakapan dan tawa mereka terlihat hubungan yang sangat akrab.Alex yang ingatannya sudah pulih mengenal pria itu sebagai Andra Bratajaya.Dulu, pria itu punya maksud dengan Pamela, sekarang dia memanfaatkan ketidakberadaannya di sisi Pamela untuk mendekatinya lagi!Tatapan Alex seketika berubah dingin ...."Alex, Kevin, kalian sedang lihat apa? Mau minum, nggak?"Sophia datang membawa
Pamela sudah melihat Alex!Pamela dan Andra sedang mendiskusikan berbagai rencana pengembangan Maritim Biru, lalu merasa ada mata yang terfokus padanya. Dia melihat ke sekeliling, kemudian tatapannya berhenti dan melihat Sophia, Paman dan Kevin.Dia juga tidak menyangka akan bertemu dengan mereka di sini.Andra mendengarkan Pamela dengan penuh perhatian, dengan kekaguman dan cinta di matanya, karena jarang sekali menemukan gadis yang bijaksana, mantap dan strategis. Semakin dia mengenal Pamela, semakin dia menyukainya.Namun, Pamela tiba-tiba berhenti bicara, Andra yang merasa aneh pun mengikuti arah pandangan Pamela dan tercengang!Agam Dirgantara? Dia sudah kembali?Kedua belah pihak saling memandang untuk waktu yang lama. Andra kembali sadar dan menatap Pamela, "Lala, Agam ...."Pamela tidak mendengarkan Andra, dia langsung berjalan mendekat!Dia memandang Sophia dan Alex dengan tatapan tidak ramah, "Jadi, dia suamimu?!"Sophia tentu saja merasa sedikit bersalah. Baru saja dia ingin