Share

Bab 7: Janji Bertemu

Author: Bemine
last update Last Updated: 2022-11-18 11:27:43

Adam terlihat pilu saat menempati salah satu meja di sudut ruangan sendirian. Peluhnya membanjiri pelipis, sesekali dia seka dengan tisu yang disediakan restoran. Meski begitu, kenyataan jika hatinya gundah gulana tetap saja mengundang bulir keringat yang baru.

Saat ini, Adam tidak bisa berhenti memikirkan Azizahnya. Gadis menawan yang akan datang sebentar lagi dengan sepupunya itu, ingin berbicara tentang sesuatu yang membuat perasaan Adam kian tidak karuan.

Terpaksa, Adam menghela dalam napasnya kini. Sesaknya mulai terasa saat siluet dari tubuh ramping berbalut gamis biru gelap dan pashmina coklat terlihat. Di sebelahnya, ada gadis muda dengan pakaian yang lebih trendi. Kulot gelap dipadukannya dengan atasan oversize serta pashmina yang terlilit di leher.

Adam segera memindahkan pandangannya, merasa berdosa begitu kedua gadis itu mendekat padanya. Merekalah yang ditunggu Adam, hingga dia duduk sendirian dengan pelipis banjir dan punggung yang basah.

“Abang, sendirian?” Azizah berucap kala duduk di depan Adam.

Dia melepas tas mungilnya yang berwarna senada dengan pashmina, lalu meletakkannya di meja. Di belakang Azizah, gadis yang terlihat lebih muda darinya menyusul. Geraknya sangat tidak beraturan dan cenderung asal-asalan.

Rusuh serta riuh. Dia menempati kursi dengan menghentakkan tulang ekor hingga terdengar bunyi berderak kayu. Setelahnya melepas tas selempang yang serupa dengan milik pria lalu meniru Azizah, “Pak Adam sendirian?”

Lekas Adam menaikkan sorot matanya. Suara nan familier itu kini menusuk gendang telinga Adam. “Na-ya?” Hampir Adam berjengit. Paras yang selalu menghantuinya di sekolah juga masuk ke dalam kesehariannya kini.

“Dunia ini selebar kuaci,” balas Naya dengan bibir yang mengerucut.

Bara api cemburu mulai membakar dada gadis itu.

Sesaat lalu, dia masih berharap jika pria yang ingin ditemui Azizah secara sembunyi-sembunyi dan bernama Adam itu bukanlah pria yang sama dengan yang dipikirannya. Tetapi, kenyataan yang disuguhkan di depan Naya saat ini tentu menjadi penyangkal keinginan Naya. Adam telah duduk sedari tadi, gugup berbaur gelisah menanti gadis pujaan hati.Naya bisa mengenal Adam meski baru langkah pertama memasuki restoran yang dicintai Azizah.  

“Bang Adam kenal, ya?” Azizah bertanya dengan lembut.

Rona pipi merahnya ditemukan oleh Adam, sebelum kemudian dia kembali berpaling. Hati Adam bagaikan gedebuk gendang, terlalu kuat hingga menggetarkan rongga dadanya yang kokoh.

“Iya, Kak Zizah. Pak Adam gurunya Naya di sekolah.” Naya lebih dulu memotong, dia sengaja mendelikkan mata pada Adam, demi menjelaskan apa yang sebenarnya tergambar di kepala gadis itu saat ini.

Adam tersenyum lebih kecut mendapati sikap Naya. Kepalanya tidak bisa mendustai jika dia pun mengerti akan apa yang diinginkan oleh Naya. Tetapi bagi Adam, tidak ada gadis lain lagi selain Azizahnya. Sebab itulah, semustahil apapun, Adam akan bertahan agar bisa bersama gadisnya.

“Mau minum apa, Naya? Biar Bapak belikan,” tawar Adam mencoba bersikap ramah pada Naya.

Salah langkah, nama baiknya di depan Azizah bisa hancur berantakan, tenggelam bak kapal Titanic dan karam di tengah lautan nan dingin. “Sekalian makannya juga, Nay. Kamu suka kentang goreng, kan? Atau siumay seperti di sekolah?” sambung Adam yang disambut Naya dengan cebikan keras. “Tsk! Basi, Pak. Kalau mau ngebujuk aku buat tutup mulut soal siswa dan guru muda yang naksir Bapak di sekolah, aku enggak akan tergoda!”

Wajah Adam seketika memucat. Keinginannya untuk membungkan bibir Naya nyatanya berbalas dengan terbongkarnya segala rahasia.

Adam sedari lama tidak ingin Azizah salah sangka dengannya. Dia tidak pernah mengumbar rasa pada siapapun, kecuali pada Azizah. Itu pun, dengan cara yang baik demi menjaga hubungan mereka agar tetap bersih.

Kini, hanya dengan satu kalimat sentilan, Adam kehilangan muka di depan Azizah. “Na-ya ....”

“Apa, Bapak? Mau pesenin minum dan makan, kan? Aku mau jus jeruk dan bakso beranak, tapi kalau bisa yang lagi melahirkan!” celetuk Naya.

Adam terperangah, dia mencoba melirik Azizah demi menemukan jawaban atas kegelisahannya kini. Dan benar saja, Azizah berubah diam. Ekspresinya kusut tidak tertahankan.

“Bangun, Pak! Aku laper!”

Adam terpaksa bergeser, hendak meninggalkan kursi usai mendengar tuntutan dari Naya walau Azizahnya mulai gundah. Namun, Azizah bergerak lebih dulu. Jemari lentiknya yang terawat baik mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas. Diulurkannya benda itu ke arah Adam, yang membuat wajah Adam melongo seketika.

“Ini, Teuku Idris, Bang.” Suara sedih Azizah membelah dada Adam yang sedari tadi gelisah. Pemuda itu berhenti bergerak, lantas kembali duduk di kursi meski sakit mulai merambati hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   TAMAT - Bab 48: Penjelasan (2)

    “Seorang ayah akan melakukan apapun untuk anaknya, Ayah. Saya sekarang seorang ayah, sedikit banyak saya mulai memahami perasaan Ayah untuk Naya.”Adam mengulurkan tangan, dia menjabat Toke Jaya, menundukkan kepala dan menciumi punggung tangan mertuanya. Kata maaf terus terucap dari mulutnya, disertai rintik kecil dari air mata.Hari kedua, Adam mulai aktif mengurusi Naya dan putranya. Dia mengajak Naya mengobrol, membantu Naya ke kamar mandi, menyuapi dan menggantikan pakaian sang istri. Ibu mertuanya bahkan tidak perlu turun tangan sama sekali, kecuali saat mengurus bayi kecil Adam.Kabar soal Naya melahirkan mulai tersebar. Banyak kerabat, tetangga dan teman Naya berdatangan ke rumah sakit. Mereka berkunjung dalam kelompok besar, sampai beberapa kali pihak Rumah Sakit memberi teguran.Lalu, saat sore menjelang magrib, Toke Sofyan muncul dengan keluarganya. Tidak ada Azizah di antara mereka. Rupanya, Azizah sudah datang kemarin, dia dihubungi oleh Toke Jaya dan diminta untuk datang

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 48: Penjelasan (1)

    [10 panggilan tak terjawab]Adam hanya melirik layar gawainya. Ini sudah hari kedua dia memilih bungkam. Apa yang ditemukannya di rumah Toke Jaya membuatnya banyak berpikir. Entah apa yang sebenarnya terjadi sampai emas itu kembali ke rumah Toke Jaya. Satu-satunya orang yang terpikir oleh Adam hanyalah Naya-istrinya sendiri.Pesan serta telepon dari beberapa orang diabaikan oleh Adam. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya di layar komputer, menyelesaikan sisa pekerjaan sebelum jam pulang kerja. Namun, sisi lain dari hatinya terus menanyakan keadaan Naya.Drt[Naya sudah melahirkan di rumah sakit S, Bang Adam. Belum diazankan bayinya, semua menunggu Bang Adam.]Membaca pesan yang dikirimkan oleh Azizah, Adam terenyak. Pria itu berdiri dari kursinya, kemudian menatap kosong ke layar gawai.Apa yang sudah dilakukan olehnya sampai Naya melahirkan tanpa dirinya?“Kenapa, Dam?” salah satu rekan kerjanya bertanya.Pria itu menjambak rambut, kebingungan. Ini semua terasa tidak nyata. Tinda

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 47: Tuduhan

    “Memang kau itu bawa sial! Sudah yatim piatu, sekarang kau buat anakku jadi janda.” Toke Sofyan menggebu-gebu.Teriakannya itu membuat semua orang datang ke toko emas Toke Jaya. Mereka memandangi apa yang terjadi, menceritakan bahkan juga merekam.Hal yang membuat Toke Sofyan kesal dan ingin meluapkannya pada Adam adalah, Azizah dan teuku Idris belum juga hamil, sedangkan Naya dan Adam yang menikah belum lama sudah lebih dulu menanti kelahiran anak pertama. Tentu saja Toke Sofyan merasa sangat kalah dari Toke Jaya dan Adam.Hinaan demi hinaan terus dialamatkannya pada Adam. Pria itu juga menunjuk kening Adam, bahkan menyumpahinya. Adam lebih banyak diam, dibiarkannya Toke Sofyan banyak bicara sampai Toke Jaya sendiri yang melerai.“Sudahlah! Jangan salahkan mantuku dengan apa yang terjadi pada anakmu, Bang. Semua orang juga tahu kalau perceraian Azizah itu karena kamu sendiri. Azizah tidak cinta sama Idris, tapi kamu paksa, setelah menikah kamu selalu mengatur rumah tangga mereka. Sek

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 46: Ujian Pernikahan

    “Apa saya boleh bertemu Naya?” Adam bertanya pelan.Pria itu terlihat bingung saat mampir ke rumah Toke Jaya. Tangannya menenteng plastik berisi beberapa kue kesukaan Naya.Tidak habis keterkejutan Adam dengan tidak adanya Naya di rumah serta tidak aktifnya gawai sang istri, kini Naya malah menolak bertemu dengannya. Dia mengurung diri di kamar, enggan makan, hanya tiduran.Dengan izin Toke Jaya, Adam masuk ke kamar Naya. Pria itu mengetuk pintu, lalu mendorong pintu kamar dengan pelan. Diintipnya dahulu, Naya bersembunyi di balik selimut, bahkan mengencangkan pegangannya agar Adam tidak bisa menarik.Pria itu hanya menghela napas. Dia mendudukkan diri di samping Naya.“Ayah sudah cerita semuanya, Dek.” Ucapan pertama Adam pada Naya.“Hm ....”“Bangun dan bicaralah. Ini semua pesan dari Zizah!” ucap Adam kemudian.Naya sempat menolak, tapi dia juga penasaran dengan apa yang selanjutnya terjadi. Akhirnya, Naya menyibak selimut. Dia mendapati Adam sedang mengulurkan gawainya pada Naya.

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 45: Naya Cemburu

    Sepeninggal Adam, Naya membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia memastikan jika Adam tidak ada lagi di dekatnya. Naya merasa sangat malu dengan apa yang telah terjadi semalam. Memang salahnya sudah memancing Adam, tapi jika dirinya tidak memulai maka Adam hanya akan tetap jalan di tempat. Lalu, saat sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Naya mendengar bunyi getar dari meja nakas. Awalnya Naya mengira jika itu adalah gawainya, tapi ternyata gawainya sepi, sedangkan gawai milik suaminya bergetar berulangkali. Naya ragu, apakah sopan jika dia melihat siapa yang menghubungi suaminya di pagi hari. Tapi, saat Naya melirik ke layar gawai yang menyala, hatinya seketika merasa sakit. Ada nama Azizah yang muncul. Kakak sepupu sekaligus mantan kekasih dari suaminya mengirimi pesan beruntun. Naya kalap, dia langsung mengambil gawai Adam dan membaca semua pesan yang dikirimkan oleh Azizah. [Bang, Zizah minta maaf karena tidak mampu mempertahankan hubungan kita dulu. Zizah minta

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 44: Rumah Tangga Adam (2)

    “Kita mau makan malam apa, Dek?” tanya Adam saat sedang menyetir. Pria itu baru saja menjemput istrinya dari kampus. Jam sudah menunjukkan angka lima sore saat mereka bergerak menuju Kota Lhokseumawe. “Hm, hm ....” Naya menggumam. Istri dari pria dengan paras menenangkan itu malah sibuk menggigit roti isi miliknya. Adam benar-benar tahu cara membahagiakan sang istri. Semalam, Naya bercerita soal teman kelasnya yang dibelikan roti isi dari sebuah toko roti ternama di kota. Ada berbagai jenis roti dengan isian yang melimpah dan masih cukup terjangkau. Hal itu dipahami oleh Adam sebagai sebuah permohonan, hingga Adam langsung mampir ke toko roti yang disebut Naya sebelum pergi menjemputnya. “Apa mau mampir dan makan di rumah ayah?” tawar Adam. Pria itu menatap jalanan yang sesak. Menuju kota Lhokseumawe, mereka dihadapkan dengan situasi yang macet. Jam sibuk, akses jalanan yang sempit, serta banyaknya orang yang lalu lalang membuat keadaan jadi sulit. “Makan di luar saja, makan di r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status