Share

Bab 8: Ungkapan Hati Azizah

Penulis: Bemine
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 14:23:44

Dug Dug Dug

Adam tidak bisa menghentikan debaran nan kuat itu saat melihat wajah bersih dari pemuda yang ada di dalam gambar. Dialah anak dari toke emas lain di Aceh yang setara dengan Toke Sofyan, bahkan sepengetahuan Adam Teuku Idris sudah mulai merambah bisnis emas yang lebih milenial saat ini.

Adam pun pernah melihat pemuda ini di sekolahnya, mengantar salah satu guru dengan pajero putih hingga para siswi di sekolahnya terlena cukup lama. Ya, Teuku Idris— putra dari Bu Erna dan Toke Surya merupakan pria muda yang membuat pria lainnya seperti Adam merasa rendah diri.

Kini, dia dihadapkan dalam pertarungan langsung dengan Idris, pemuda kaya raya yang bisa memenuhi semua tuntutan dari Toke Sofyan. Adam merasa kalah sebelum bertanding. Sudah sebulan lebih berjuang, di tangannya tergenggam tidak lebih dari lima belas mayam, sedangkan Teuku Idris, bisa menyanggupi hingga satu kilogram tanpa rasa keberatan. Tragis, Adam merasa segalanya tidak adil.

Di antara semua gadis, kenapa harus Azizahnya?

Bibir Adam menyunggingkan sebuah senyum meski perasaannya bagaikan tercabik-cabik mendapati kenyataan nan rumit ini.

“Abang, kapan bisa melamar Azizah? Teuku Idris dan keluarganya, ingin segera melamar. Mereka mengaku, menyanggupi berapapun mahar untuk Azizah. Tapi, Azizah tidak bersedia kalau bukan dengan Bang Adam. Karena itu, Azizah datang dengan Naya, membicarakan hal ini secara langsung.”

Tutur Azizah mendayu di tengah hiruk pikuk para pengunjung restoran itu. Mereka yang sebagian besarnya sibuk menikmati makanan, tidak sempat memedulikan kondisi memprihatinkan di antara Adam dan Azizah.

“Abang?” Azizah kembali bersuara. Air matanya mulai menggenang di pelupuk. Sebelum sempat membasahi pipi, Azizah lebih dulu menyeka dengan sapu tangan putih yang dibawanya. “Apa masih mungkin untuk Azizah berharap?”

“Abang masih punya waktu sebulan lagi, Zizah. Abang pasti akan berusaha untuk mendapatkan sisanya.” Adam mencoba mengontrol diri.

Bibirnya dipaksakan untuk mengucapkan kata pahit nan memalukan ini. Sungguh, dia bukanlah pria sejati, hingga ingin melamar pujaan hati saja dirinya tidak punya kemampuan.

“Tapi ayah sudah tidak mau menunggu selama itu, Bang.”

“I-itu kesepakatan antara ....”

“Azizah tahu, tapi ayah tidak mau menunggu lagi. Minggu depan, orangtua Abang Idris datang ke rumah, dan Azizah akan resmi dilamar mereka. Azizah sudah menegaskan kalau lamaran dari Bang Adam tidak seharusnya ditimpa dengan lamaran yang lain, tapi bagi ayah, sebenarnya Abang Adam sudah ditolak sejak hari itu,” ujar Azizah sebelum kemudian dia menutup wajahnya.

Bibir Azizah mulai bergetar, isak tangisnya tergambarkan melalui pundak yang bergetar. Aziah tidak bisa menghentikan perasaan yang saat ini mengoyak hatinya, memecah dadanya dan menghancurkan harapannya yang hanya secuil.

Begitu pun dengan Adam. Pria itu tertegun cukup lama mendengar penuturan dari gadis yang ingin dijadikan istri.

Mereka berbagi rasa sakit dalam diam, menikmati gejolak cinta yang akan sirna karena harta. Baik Adam atau Azizah, tidak ada yang bersuara, selain deru napas, isak tangis nan pilu dan remasan jemari di atas meja yang menjadi penyuara akan luka yang mereka rasa.

“Cengeng!” Naya kemudian berceletuk lagi.

Tubuhnya berputar, tangannya terangkat ke udara. Naya berseru di tengah kegelisahan yang melanda, “Bang, aku pesan jus jeruk dan bakso beranak, ya? Abang ini yang bayarin!” Dia menunjuk Adam.

“Oke, Siap, Dek!” balas pria dengan celemek di pinggangnya. Siapa yang peduli dengan rasa sakit dua insan ini?

Setelahnya, Naya kembali berbalik arah. Dia mengitari Azizah dan Adam bergantian melalui sorot mata, kemudian menggeleng kesal.

“Orang dewasa itu cengeng, ya? Aku kira, mereka akan lebih tegar saat menghadapi masalah. Tapi, malah enggak ada bedanya dengan siswi SMA yang putus cinta.”

Azizah merenggangkan tangannya yang sedari tadi menutup wajah, pun Adam yang mulai melirik Naya. Gadis muda itu manyun luar biasa. Dia meraih kerupuk kulit dari keranjang di depan Adam, merobek plastik dan mengunyah isinya dengan cepat.

“Kalau aku yang jadi Kak Azizah, aku pasti bantuin Pak Adam cari modal nikah, bukannya cuma duduk nuntut siang dan malam.” Naya mengomeli Azizah seraya menatap Adam. Lalu, berganti arah, dia melirik Azizah untuk membicarakan Adam . “Kalau aku jadi Pak Adam, mending aku mundur dari lama. Lagian, menikah kalau orangtuanya enggak sreg sama aku, sama saja melempar diri ke jurang. Bukannya selamat dan bahagia, yang ada mati pelan-pelan karena tersiksa.”

Naya berhenti sesaat, bibirnya komat kamit menguyah kerupuk kulit gurih dan renyah. “Kalau mau sama Pak Adam, Kak Azizah usaha juga. Ambil tabungannya, biar bisa beli emas untuk nikahan. Kalau cuma merengek begini, siswi SMA pun bisa!”

Celetukan Naya nyatanya menggores perasaan Azizah. Gadis itu buru-buru menarik tasnya dari meja, kemudian meninggalkan Naya dan Adam begitu saja.

“Zizah?”

“Enggak usah dipanggil, Pak. Memangnya Kak Zizah mau kemana? Pasti nungguin di dekat motor juga, tuh. Mending, Bapak duduk dulu, biar aku bantu cari solusinya!” Naya berkata seraya tersenyum.

Lengkungan di bibirnya memanjang saat pria muda datang membawa nampan berisi pesanannya. Satu gelas jus jeruk nan segar dan semangkuk bakso gendut yang mengepulkan asap tersaji, membuat manik mata Naya melebar cepat.

“Pak, mau dengerin aku, enggak? Aku punya cara buat Bapak dan Kak Zizah,” imbuhnya dengan senyum yang nakal.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   TAMAT - Bab 48: Penjelasan (2)

    “Seorang ayah akan melakukan apapun untuk anaknya, Ayah. Saya sekarang seorang ayah, sedikit banyak saya mulai memahami perasaan Ayah untuk Naya.”Adam mengulurkan tangan, dia menjabat Toke Jaya, menundukkan kepala dan menciumi punggung tangan mertuanya. Kata maaf terus terucap dari mulutnya, disertai rintik kecil dari air mata.Hari kedua, Adam mulai aktif mengurusi Naya dan putranya. Dia mengajak Naya mengobrol, membantu Naya ke kamar mandi, menyuapi dan menggantikan pakaian sang istri. Ibu mertuanya bahkan tidak perlu turun tangan sama sekali, kecuali saat mengurus bayi kecil Adam.Kabar soal Naya melahirkan mulai tersebar. Banyak kerabat, tetangga dan teman Naya berdatangan ke rumah sakit. Mereka berkunjung dalam kelompok besar, sampai beberapa kali pihak Rumah Sakit memberi teguran.Lalu, saat sore menjelang magrib, Toke Sofyan muncul dengan keluarganya. Tidak ada Azizah di antara mereka. Rupanya, Azizah sudah datang kemarin, dia dihubungi oleh Toke Jaya dan diminta untuk datang

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 48: Penjelasan (1)

    [10 panggilan tak terjawab]Adam hanya melirik layar gawainya. Ini sudah hari kedua dia memilih bungkam. Apa yang ditemukannya di rumah Toke Jaya membuatnya banyak berpikir. Entah apa yang sebenarnya terjadi sampai emas itu kembali ke rumah Toke Jaya. Satu-satunya orang yang terpikir oleh Adam hanyalah Naya-istrinya sendiri.Pesan serta telepon dari beberapa orang diabaikan oleh Adam. Pria itu memilih memusatkan perhatiannya di layar komputer, menyelesaikan sisa pekerjaan sebelum jam pulang kerja. Namun, sisi lain dari hatinya terus menanyakan keadaan Naya.Drt[Naya sudah melahirkan di rumah sakit S, Bang Adam. Belum diazankan bayinya, semua menunggu Bang Adam.]Membaca pesan yang dikirimkan oleh Azizah, Adam terenyak. Pria itu berdiri dari kursinya, kemudian menatap kosong ke layar gawai.Apa yang sudah dilakukan olehnya sampai Naya melahirkan tanpa dirinya?“Kenapa, Dam?” salah satu rekan kerjanya bertanya.Pria itu menjambak rambut, kebingungan. Ini semua terasa tidak nyata. Tinda

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 47: Tuduhan

    “Memang kau itu bawa sial! Sudah yatim piatu, sekarang kau buat anakku jadi janda.” Toke Sofyan menggebu-gebu.Teriakannya itu membuat semua orang datang ke toko emas Toke Jaya. Mereka memandangi apa yang terjadi, menceritakan bahkan juga merekam.Hal yang membuat Toke Sofyan kesal dan ingin meluapkannya pada Adam adalah, Azizah dan teuku Idris belum juga hamil, sedangkan Naya dan Adam yang menikah belum lama sudah lebih dulu menanti kelahiran anak pertama. Tentu saja Toke Sofyan merasa sangat kalah dari Toke Jaya dan Adam.Hinaan demi hinaan terus dialamatkannya pada Adam. Pria itu juga menunjuk kening Adam, bahkan menyumpahinya. Adam lebih banyak diam, dibiarkannya Toke Sofyan banyak bicara sampai Toke Jaya sendiri yang melerai.“Sudahlah! Jangan salahkan mantuku dengan apa yang terjadi pada anakmu, Bang. Semua orang juga tahu kalau perceraian Azizah itu karena kamu sendiri. Azizah tidak cinta sama Idris, tapi kamu paksa, setelah menikah kamu selalu mengatur rumah tangga mereka. Sek

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 46: Ujian Pernikahan

    “Apa saya boleh bertemu Naya?” Adam bertanya pelan.Pria itu terlihat bingung saat mampir ke rumah Toke Jaya. Tangannya menenteng plastik berisi beberapa kue kesukaan Naya.Tidak habis keterkejutan Adam dengan tidak adanya Naya di rumah serta tidak aktifnya gawai sang istri, kini Naya malah menolak bertemu dengannya. Dia mengurung diri di kamar, enggan makan, hanya tiduran.Dengan izin Toke Jaya, Adam masuk ke kamar Naya. Pria itu mengetuk pintu, lalu mendorong pintu kamar dengan pelan. Diintipnya dahulu, Naya bersembunyi di balik selimut, bahkan mengencangkan pegangannya agar Adam tidak bisa menarik.Pria itu hanya menghela napas. Dia mendudukkan diri di samping Naya.“Ayah sudah cerita semuanya, Dek.” Ucapan pertama Adam pada Naya.“Hm ....”“Bangun dan bicaralah. Ini semua pesan dari Zizah!” ucap Adam kemudian.Naya sempat menolak, tapi dia juga penasaran dengan apa yang selanjutnya terjadi. Akhirnya, Naya menyibak selimut. Dia mendapati Adam sedang mengulurkan gawainya pada Naya.

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 45: Naya Cemburu

    Sepeninggal Adam, Naya membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia memastikan jika Adam tidak ada lagi di dekatnya. Naya merasa sangat malu dengan apa yang telah terjadi semalam. Memang salahnya sudah memancing Adam, tapi jika dirinya tidak memulai maka Adam hanya akan tetap jalan di tempat. Lalu, saat sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, Naya mendengar bunyi getar dari meja nakas. Awalnya Naya mengira jika itu adalah gawainya, tapi ternyata gawainya sepi, sedangkan gawai milik suaminya bergetar berulangkali. Naya ragu, apakah sopan jika dia melihat siapa yang menghubungi suaminya di pagi hari. Tapi, saat Naya melirik ke layar gawai yang menyala, hatinya seketika merasa sakit. Ada nama Azizah yang muncul. Kakak sepupu sekaligus mantan kekasih dari suaminya mengirimi pesan beruntun. Naya kalap, dia langsung mengambil gawai Adam dan membaca semua pesan yang dikirimkan oleh Azizah. [Bang, Zizah minta maaf karena tidak mampu mempertahankan hubungan kita dulu. Zizah minta

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 44: Rumah Tangga Adam (2)

    “Kita mau makan malam apa, Dek?” tanya Adam saat sedang menyetir. Pria itu baru saja menjemput istrinya dari kampus. Jam sudah menunjukkan angka lima sore saat mereka bergerak menuju Kota Lhokseumawe. “Hm, hm ....” Naya menggumam. Istri dari pria dengan paras menenangkan itu malah sibuk menggigit roti isi miliknya. Adam benar-benar tahu cara membahagiakan sang istri. Semalam, Naya bercerita soal teman kelasnya yang dibelikan roti isi dari sebuah toko roti ternama di kota. Ada berbagai jenis roti dengan isian yang melimpah dan masih cukup terjangkau. Hal itu dipahami oleh Adam sebagai sebuah permohonan, hingga Adam langsung mampir ke toko roti yang disebut Naya sebelum pergi menjemputnya. “Apa mau mampir dan makan di rumah ayah?” tawar Adam. Pria itu menatap jalanan yang sesak. Menuju kota Lhokseumawe, mereka dihadapkan dengan situasi yang macet. Jam sibuk, akses jalanan yang sempit, serta banyaknya orang yang lalu lalang membuat keadaan jadi sulit. “Makan di luar saja, makan di r

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 43: Rumah Tangga Adam (1)

    “Hm ...” Naya bergumam ringan. Diliriknya Adam dengan ekor mata.Pria itu sedang duduk di sudut ranjang, berlawanan dengan Naya. Keduanya berada dalam jarak satu meter lebih, berbeda jauh dengan pengantin baru pada umumnya yang selalu berdekatan, berimpitan, tidak mau berjauhan.Naya dan Adam malah kikuk, malu dengan keadaan mereka saat ini. Di rumah ini, di ruangan ini, mereka hanya berdua dan sudah resmi menjadi suami istri.“Kenapa, Nay? Kamu butuh sesuatu?” tanya Adam.Barulah pria itu menolehkan muka. Saat itulah tatapan keduanya beradu, wajah mereka bersemu merah di bawah lampu kamar yang remang. Naya malah menarik bantal, menutupi diri, sedang Adam mencoba untuk mengalihkan pandangan.“Tidak, tidak ada. Memang harus butuh sesuatu dulu, ya?” balas Naya yang membuat Adam mengernyitkan kening.Lalu, Naya tertawa keras. Dia bahagia mendapati Adam kebingungan dengan tingkahnya. Dua insan itu kemudian larut dalam obrolan sederhana, ringan dan penuh makna. Tidak ada malam pertama yang

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 42: Kehadiran Azizah

    Dia muncul membawa keluarganya, membawa Azizah dan menantu yang dibanggakannya itu. Toke Sofyan datang setelah memastikan tokonya senggang dan ditinggalkan bersama karyawannya. Pria itu bahkan tidak mau menutup toko meski ponakannya sendiri yang menikah.“Mantap, luar biasa memang!” Tamu undangan yang lain memuji. Semakin besar kepala Toke Sofyan. Dia langsung berjalan, berlagak, menghampiri Toke Jaya.Keduanya bersalaman, kemudian diikuti oleh sang istri, Azizah dan menantunya. Mereka semua datang dengan penampilan terbaik, pakaian mahal, perhiasan dan beraroma harum. Bahkan Toke Sofyan membawakan kado berupa satu set perhiasan untuk Naya. Sedang Azizah, membawa amplop tebal untuk sepupunya itu.Kehadiran keluarga Toke Sofyan membuat Adam tercengang. Pria itu berhenti berpose, bahkan langsung berpaling muka. Sedang Naya berusaha menahan diri untuk tidak bersikap kurang pantas.“Wah, lihat siapa yang kau jadikan mantu,” ucap Toke Sofyan pada Toke Jaya.Pria kaya itu melirik Adam. Mulu

  • Harta, Cinta dan Mahar Emas yang Orangtuamu Minta   Bab 41: Mimpi yang Jadi Nyata

    “Iyakah?” tanya Adam heran.Dia tidak menduga jika respons Naya akan setenang ini.“Iyalah, mana mungkin juga Bapak mau nikahin gadis kaya aku. Mantan Bapak saja Kak Azizah. Dibanging Kak Azizah, aku enggak ada apa-apanya.” Naya berkilah. Tapi, sorot mata gadis muda itu berubah. Awalnya dia menatap Adam, namun di akhir kalimatnya Naya menatap buku tulisnya.Gadis itu jadi getir, digigitnya bibir.“Naya, kenapa bicara begitu?”“Bapak, sih ... nggak baik loh ngegodain cewek begitu. Nikah itu hal sensitif buat cewek manapun.” Naya mengomel. Namun, Adam sendiri bisa menemukan perubahan dari nada bicara sang gadis. Suaranya jadi sengau, Adam tahu Naya tersentuh.“Nanti malam setelah ayah pulang, bicarakan ini, ya? Kalau sudah dapat jawabannya, kabari Bapak. Biar Bapak yang mengurus semuanya. Kamu tidak perlu khawatir!” ujar Adam lagi dengan suara tegas.Pria itu berusaha membuat suasana menjadi tenang kembali, dia ingin Naya tahu bahwa ucapannya barusan bukanlah candaan semata. Akibatnya, N

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status