Kehilangan. Semua orang tentu tidak ingin merasakan hal itu. Namun bagaimana jadinya jika kau merasa kehilangan tanpa tahu penyebab kenapa harus merasa kehilangan? Itu yang dirasakan Era saat ini. Sudah berhari-hari tidak bertemu dengan Bian membuatnya resah dan bingung. Tentu Era tidak tinggal diam. Dia juga sudah menghubungi Bu Ratna, tapi kesibukan menjadi alasannya. Era sadar jika ada sesuatu yang aneh di sini. Sesibuk apapun Bu Ratna, wanita itu pasti akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke panti.
"Ra!" Aldo menepuk bahunya, "Ikut liat pertandingan kan?"
Era mengerutkan dahinya untuk berpikir. Jam sekolah sudah selesai dan saat ini banyak murid yang akan menuju lokasi turnamen basket secara bersama-sama. Era ingin ikut, tapi dia mempunyai rencana lain kali ini.
"Gue skip dulu ya?”
"Kenapa nggak ikut?" tanya Lala kecewa. Tentu saja kecewa, grup mereka tidak akan sama jika salah satu di antara mereka memilih untuk absen.
"Nggak ta
Hari minggu, hari di mana semua orang terbebas dari beban pekerjaan yang menumpuk. Biasanya orang-orang akan bersantai atau bermalas-malasan di atas kasur, tapi tidak untuk keluarga Aksa. Di pagi hari, rumah sudah heboh karena tingkah Bian."Nek, nanti bawa sepatu olahraga ya. Bian mau main bola," ucap Bian dengan mulut yang penuh akan nasi.Bu Ratna hanya mengangguk dan memasukkan semua keperluan Bian ke dalam tas. Sudah ada Bibi yang membantunya menyuapi cucunya sarapan."Mau warna merah, Nek." Bian kembali berbicara sambil menunjuk sepatu berwarna ungu."Ini warna ungu, Bian.""Iya, itu maksud Bian, yang warna ungu." Bian tertawa.Tidak ada kata santai untuk Bu Ratna. Di pagi hari, dia harus sudah siap dengan keperluan Bian dan dirinya. Hari ini Bu Ratna akan pergi ke Bandung, tapi tidak dengan Bian. Bu Ratna akan menitipkan cucunya ke panti."Mana Papa kamu? Kok belum turun? Katanya mau anter ke panti," tanya Bu Ratna setela
Setiap orang pasti memiliki rahasia yang harus disimpan dengan rapat. Namun bagaimana jadinya jika rahasia itu terbongkar dan diketahui oleh banyak orang? Itu yang dirasakan Aksa saat ini. Seperti kata peribahasa, angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam yang artinya rahasia tidak selamanya dapat disembunyikan, akhirnya akan terbuka juga.Aksa tidak pernah menyesal dengan apa yang dia katakan pada Era malam itu. Hatinya justru merasa lega. Aksa memang takut akan jawaban Era, tapi setelah beberapa hari menenangkan diri, dia memilih untuk menerima apapun jawaban Erananti."Nggak ke kantor, Sa?" tanya Bu Ratna melihat anaknya berdiri santai di samping kolam renang.Aksa yang sudah rapi dengan kemeja kantornya masih terlihat santai dengan secangkir kopi panas di tangannya. Pria itu menoleh dan tersenyum pada ibunya,"Sebentar lagi," jawab Aksa kembali menatap kolam renang."Kangen Era ya?" tanya Bu Ratna tepat sasaran,"Kamu b
Bagi Era, tidak ada keinginan lain selain memelukBiansaat ini. Setelah lomba berakhir, dengan cepat dia mengemasi barangnya dan berlari kecil menghampiriBian. Anak kecil itu terlihat lucu saat melambaikan tangannya pada Era.Langkahkakinyaterhenti saat Ezra muncul di hadapannya. Pria itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Melihat itu, Era mendorong Ezra dan kembali berlari menghampiriBian."Sialan lo, Ra!" teriak Ezra kesal."Bodo!" balas Era menjulurkan lidahnya.Saat sudah berada di hadapanBian, Era menunduk dan memelukbocahitu erat. Begitu erat sampai membuatBiantertawa karena tingkah Era."Kenapa nggak pernah main ke panti?" tanya Era sedikit merenggangkanpelukannya.Biantampak bingung dan mulai menatap ayahnya. Mata Era menyipit melihat itu. Dengan kesal dia menatap Aksa yang memilihuntukmengalihkan pandangannya."NggakdibolehinPapa
Hari Minggu, hari di mana Aksa lebih senang berada di rumah untuk beristirahat. Namun, tidak untuk sekarang. Aksa masih mengingat jelas ucapan Era untuk lebih meluangkan waktu bersamaBian. Sekecil apapun itu, pasti akan membekas dan berkesan di hati anaknya.Di dalam mobil, Aksa tersenyum sambil menatap jalandi depannya. Sesekali dia melirikBianyang tengah bernyanyi di sampingnya.Pagi tadi, Aksa mengajakBianuntuk olahraga di taman. Memang hanya dirinya yang olahraga, karenaBianmemilih bermainbersamaanak-anak lainnya. Tipikal seorangBian, mudah sekali untuk bersosialisasi, sama seperti ibunya."Mau es krim, Pa.""Habis olahraga kok makan es krim?" tanya Aksa masih fokus menyetir."Dikit aja, Pa. Nanti habis makanBianolahraga lagi.""Mau es krim rasa apa?" Aksa menghentikan mobilnya di depan kedai es krim."Durian!" teriakBiansemangat."E
Mantan terindah. Menurut Aksa, tidak ada yang namanya mantan terindah. Jika memang terindah, tentu suatu hubungan tidak akan berakhir. Pasti akan dipertahankan bagaimanapun caranya. Jika memang sudah berakhir, berarti dia bukanlah pasangan terindah yang diberikan oleh Tuhan.Sesimpelitulah isi pikiran Aksa.Dari kejauhan,diabisa melihat Renata yang tengah berenang bersamaBian. Mereka tertawa bersama dan Aksa bersyukur akanhal itu. Setelah menunggu setahun lebih, akhirnya Renata bisa datang untuk mengunjungi anaknya.Kesibukannyasebagai pembawa acara kuliner di Belanda yang membuatnya sulit untuk mencari waktu luang."Sa! Ayo, ikut renang!"panggilRenata saat melihatAksayang hanya diam.Aksa menggeleng dan membiarkanBianmenikmati waktu bersama ibunya. Sudah dua hari wanita itu rutin berkunjung ke rumahnya. Tujuannya hanya satu, yaitu menemaniBiandan melepas rindu dengan a
Sudah beberapa hari berlalu tapirasa malu yang Era rasakan tidakkunjunghilang.Dia masih mengingat jelas kebodohannya di depan Aksa. Pria itu terlihat senang saat berhasilmenggodanya. Terpaksa Era harus menjauh demi kesehatan jantungnya sendiri.Aksi menghindari Aksa masih berlangsung hingga saat ini, tapi entah kenapa Bu Asih seolah tidak mendukungnya untuk bersembunyi. Dengan santainya wanita itu meminta Erauntukmengantarkan sayur nangka muda kesukaan Bu Ratna. Era yang memang segan untuk menolak memilih untuk menurut. Dia hanya bisa berdoa supaya Aksa tidak ada di rumah.Doa buruk tidak akan pernah terkabul. Era berdiri di halaman rumah Aksa dengan lemas. Dia bisa melihat dengan jelas mobil pria itu di halaman. Aksa ternyata sudah kembali dari kantor. Ingin sekali Era lari dan menitipkan makanan yangiabawa pada satpam, tapi tentu dia tidak akan melakukannya. Era masih mempunyai sopan santun, setidaknya untuk Bu Ratn
Keresahan membawa keberuntungan, kalimat ituberlakuuntukErasaat ini. Keresahan yang dia rasakan selama beberapa hari terakhir ini berakhir dengan mimpi indah.Bahkan hingga saat ini Era masih berpikir jika semuanya adalah mimpi. Keberadaan Renata di samping Aksa yang membuatnya nekat untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya. Jika tidak ada Renata, mungkin Era tidak akan menyadari perasaannya hingga saat ini.Bukan bodoh, tapi Era tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Hidupnya hanya dipenuhi dengan pendidikan dan adik-adiknya. Percintaan adalah nomor sekian yang akan ia pikirkan. Namun siapa sangka di usianya yang ke-18 ini Aksa hadir masuk ke dalam hidupnya. Seorang duda beranak satu yang mampu menggetarkan hatinya. "Ra, kenapa lo senyum-senyum?" bisik Lala saat melihat Era mendengarkan materi dengan tersenyum. "Orang kalo lagi pelajaran biasanya wajahnya kusut, lah ini malah ceria. Lo stres ya?" tanya Aldo yang ikut merasa bing
Perjalanan pulang menjadi momen paling menakutkan bagi Era. Entah kenapa kebahagiaan yang ia rasakan bersama Aksa langsung lenyap saat mendengar kabar dari Bu Asih. Era tidak lupa jika dia sempat bertengkar dengan Ezra di sekolah tadi dan sekarang pria itu datang bersama ayahnya. Apa yang sebenarnya Ezrainginkan?Keheningan di dalam mobil membuat Aksa menarik tangan kekasihnya danmenggenggamnyaerat,"Kamu kenapa?"Era menggeleng lemah,"Perasaan saya nggak enak, Pak."Aksa tidak menjawab. Jujur, dia merasakan hal yang sama tapi dia tidak ingin menunjukkannya. Aksa tidak ingin membuat Era semakin khawatir. Kabar tentang Ezra yang datang ke panti membuatnya kesal, tapi saat tahu jika Ezra tidak datang sendiri malah membuatnya bingung. Apa yang sebenarnya terjadi?Mobil berhenti tepat di halaman panti. Era bisa melihat ada mobil Ezra di sana. Perlahan dia menatap Aksa dan menggenggam tangannya erat. Bahkan rasa dingin dan basa