Share

6. Tempat Pelarian

KRISNA tidak ingat bagaimana bisa mereka terjebak di tempat ini. Bagaimana ciuman yang semula terhenti, lalu dimulai lagi, dan kini berubah menjadi candu dan menggebu-gebu.

“Apa gue kurang menarik?” Yura bergumam lirih, matanya terlihat sayu seiring dengan kesadarannya yang mulai menipis.

“Lo mabuk, Ra.”

Yura menggeleng cepat. “No, jawab gue, Kris. Apa gue kurang cantik?”

Krisna menyelipkan anak rambut yang sempat menutupi wajah Yura. Bohong jika Krisna mengatakan bahwa Yura tidak cantik. “You look so damn beautiful.”

“Really?”

“Hm-mm. Lo cantik, Ra.”

Seolah merasa dejavu, Krisna masih mengingat betul bagaimana kejadian ini pernah terjadi. Hanya tempatnya saja yang berbeda, tapi situasi ini hampir mirip dengan kejadian waktu itu.

“Kiss me, please,” gumam Yura dengan sedikit memohon.

“Lo mabuk, Ra. Lo tidur, ya?”

Alih-alih mendengar perkataan Krisna, Yura justru semakin merapatkan tubuhnya dengan pria itu hingga kini keduanya tak lagi berjarak.

“Lo bilang gue cantik, tapi lo nggak mau cium gue? Lo bohongin gue,” racaunya lirih.

“Gue nggak bohong, Ra.” Krisna masih mencoba menahan Yura agar tidak semakin menggila. “Gue cuma nggak mau lo menyesali apa yang akan lo lakukan setelah ini.”

“Lo nolak gue,” gumamnya lirih. “Gue pasti nggak menarik di mata lo.”

“Apa gue di sini nggak cukup membuktikan kalau gue tertarik sama lo, hm?”

Yura menyeringai kecil. “Well, kalau lo nggak mau cium gue, biar gue yang cium lo.”

Lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, Yura mendorong Krisna agar terduduk di sofa. Perempuan itu naik ke atas pangkuan Krisna, lalu melekatkan bibirnya di atas bibir pria itu. Memagutnya dengan penuh kelembutan.

Bukan tanpa alasan Krisna menolaknya. Meskipun dalam hatinya, Krisna berusaha menahan diri agar dinding pertahanannya tidak runtuh. Dia hanya tidak ingin terlihat brengsek dengan mengambil kesempatan disaat kondisi Yura yang sudah mulai kehilangan kesadarannya.

Namun saat Yura mulai bergerak semakin liar. Ciumannya semakin dalam dan menjadi terburu-buru. Dinding pertahanan Krisna runtuh dalam sekejap.

Kedua tangan Krisna lantas melingkar di pinggang Yura, membalas ciumannya dengan tak kalah terburu-buru. Berulang kali pria itu mengutuk dalam hatinya.

Entah siapa yang pertama kali memulainya. Yura sudah mulai menurunkan dress floral yang dikenakannya, membuat Krisna tidak henti-hentinya tertegun. Terlebih tato yang ada di bagian perut perempuan itu, yang berhasil mencuri perhatiannya. Tubuh Krisna terasa mulai mendidih dan hampir menggila sekarang.

Yura bahkan sama sekali tidak memberikan kesempatan Krisna untuk memberontak. Perempuan itu kembali menciumnya, melumat bibirnya dengan membabi buta.

“Ra…”

Krisna menggeram tertahankan saat Yura bergerak ke atas pangkuannya. Mencium bibir Krisna dengan rakus, bersamaan dengan tubuhnya yang menggeliat gelisah.

Krisna bisa saja menghentikannya. Namun sebagian dari dirinya memilih untuk menolaknya. Kedua tangan Krisna bergerak ke belakang, mencengkram pinggul Yura sembari sesekali menggerakkannya.

“Damn it!”

Berbagai macam umpatan meluncur dari bibir Krisna, terlebih saat desahan pelan lolos dari bibir perempuan itu. Dan detik itu juga Krisna mulai kehilangan akal.

Krisna lantas menggendong Yura tanpa melepaskan pagutannya. Langkahnya bergerak pelan menuju ruangan yang terlihat gelap. Hanya ada cahaya temaram yang berasal dari lampu kecil di atas nakas.

Dengan gerakan pelan, Krisna merebahkan Yura di atas tempat tidur. Lalu pria itu merangkak ke atas dan tatapan keduanya bertemu.

“Kita harus berhenti, Ra?” Gelengan samar Yura menjawab pertanyaan Krisna. “Kamu tahu, kalau aku nggak akan bisa berhenti setelah ini, kan? Aku nggak mau kamu menyesal, Ra.”

Krisna tahu ini bukan pertama kalinya bagi mereka. Mereka pernah melakukannya saat itu, hanya saja Krisna tetap tidak ingin bertindak seperti pecundang.

“Let's do it, Kris,” gumam Yura parau.

Terlambat sudah untuk menghentikan kegilaan ini. Gairah panas yang kini sudah mengalir di sekujur tubuh Krisna, tak bisa dihentikan lagi. Hasratnya kembali menyala-nyala, terlebih saat telinganya menangkap samar suara perempuan itu.

“I want you, Kris.”

Krisna mulai merangkak ke atas Yura setelah melepaskan pakaian yang dikenakannya. Lalu mencium sudut bibir perempuan itu dengan penuh kelembutan. Sementara satu tangannya mulai menyelinap di balik celana dalam hitam yang dikenakan Yura, menyentuh bagian sensitif perempuan itu.

“Akh…” Yura menggigit bibirnya bagian dalam. Rasa panas di kerongkongannya setelah meneguk cocktail tadi bahkan tidak seberapa dengan apa yang dirasakannya saat ini. “Damn you, Kris!”

“You like it?”

Yura tidak menjawab. Namun kedua tangannya yang menarik tubuh Krisna dan kembali menciumnya, menjadikan persetujuan bagi Krisna untuk melanjutkan apa yang sejak tadi ingin dilakukannya.

Krisna semakin memperdalam ciumannya, menenggelamkan wajahnya di antara leher dan tulang selangkanya. Membaui aroma peach yang menguar dari dalam tubuh perempuan itu, yang sejak tadi telah membuat Krisna menggila.

“Kris…”

Tangan Krisna lantas menelusup ke belakang, melepaskan kaitan di balik punggung Yura dengan mudah.

Sedetik kemudian bibir Krisna tenggelam di dada Yura. Menciumnya dengan tak sabaran, meninggalkan jejak kemerahan di sana. Sementara tangannya tak berhenti bergerak di bawah sana.

“I like this tato,” puji Krisna pada tato yang ada di perut bagian kanan Yura, lalu menciumnya dengan lembut. “May I?”

Anggukan samar yang menjadi jawaban atas pertanyaannya, membuat Krisna tak ingin menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya. Pria itu lantas melangkah menuju nakas, meraih bungkusan kecil berbentuk pipih, lalu memasangnya.

Pria itu lantas kembali menghampiri Yura. Dia bergerak sembari memosisikan dirinya di antara kedua kaki Yura, lalu kembali menciumnya bersamaan dengan gerakan mendesak pelan terasa di bawah sana.

“Kris…”

“Sakit?”

Yura menggigit bibirnya bagian dalam sembari menggeleng. Perempuan itu melenguh pelan seiring dengan Krisna yang bergerak perlahan di atasnya. Dadanya membusung ke atas bersamaan dengan rasa nikmat yang menghantam dengan begitu hebatnya.

Krisna menurunkan pandangannya lalu mencium kening Yura dengan lembut. Tatapannya bertemu selama beberapa saat, bersamaan dengan Krisna yang mengentakkan tubuhnya dengan gerakan konstan.

Desahan yang saling bersahut-sahutan terdengar memenuhi ruang kamar yang gelap itu. Krisna mencium bibir Yura bersamaan dengan pria itu yang menghujamkan tubuhnya semakin dalam.

Tidak peduli jika gerakannya hampir meremukkan sekujur tubuh Yura, Krisna semakin mempercepat gerakannya. Peluh keringat membanjiri sekujur tubuhnya, tak membuat Krisna menghentikan kegilaannya.

“Ra…” desahnya parau.

Napas Krisna mulai tersengal-sengal. Perputaran oksigen di sekitarnya mulai menipis, Krisna mengentakkan tubuhnya sekali lagi, kali ini dengan gerakan tak sabaran.

“Kris…”

Krisna menundukkan wajah untuk mempertemukan tatapannya dengan Yura, kembali menciumnya. Bersamaan dengan gelombang nikmat meledak di dalam sana.

Napas keduanya terengah-engah. Masih dalam kondisi Krisna yang ada di atas, pria itu kembali menatap sepasang mata teduh Yura.

“Are you okay?”

“Hm. I just wanna sleep.”

Krisna lantas turun dari tempat tidur, kemudian melangkah menuju ke kamar mandi. Tidak peduli jika sekujur tubuhnya penuh keringat dan kelelahan. Setelah melepaskan karet pengaman dan membuangnya ke tempat sampah. Krisna lantas meraih handuk kecil yang ada di atas kabinet, lalu membasahinya dengan air hangat. Sebelum kemudian kembali menghampiri Yura, membersihkan tubuh perempuan itu dengan lembut.

Tatapannya tertuju ke arah Yura yang saat ini tengah terlelap. Ada perasaan bersalah yang mendadak hadir di hatinya.

Mungkin jika pertanyaan ‘siapa yang membutuhkan bantuan’, tidak hanya Yura, tapi Krisna juga membutuhkannya.

Bukankah Krisna juga perlu tempat untuk bernaung disaat hatinya tengah kacau setelah pertemuannya dengan Awan kemarin?

Dia butuh tempat pelarian sekaligus pengalihan, dan ternyata keberadaan Yura sedikit banyaknya memberikan bantuan.

***

Terima kasih sudah mampir dan membaca, ya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
prima
sama aja kalian tuh...sama2 butuh pelarian krisna lagi lari dr awan yg muncul sbg tunangan steven yura lagi lari dari abhimana yg minta kesempatan kedua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status