Jakarta, Indonesia. 30 Januari 2018, 12:31 PM.Golden Dragon merupakan restoran Chinese di kawasan Jakarta Barat, bangunan eksteriornya yang mirip dengan siheyuan, akan tetapi interiornya menunjukkan kemewahan yang modern. Di dalam ruang VIP, Mey bersama Regina dan Zion tengah duduk. Hamparan meja bulat dengan berbagai hidangan khas Tiongkok, juga terdapat beberapa jenis dimsum di antaranya xiao long bao (soup dimsum) yang panas dan juga wonton udang.Zion tersenyum menatap Mey, "Gimana rasa dumplingnya? Enak, bukan?""Aku lebih menyukai wonton, akan tetapi, kaldu dumplingnya memiliki rasa yang unik," balas Mey seraya melahap sepotong soup dimsum yang langsung pecah di dalam mulut."Oh iya, apakah kalian mau hotpot?" tawar Zion.Spontan, Regina menjawab tanpa sedikit keraguan, "Aku mau!""Kalau kita memakan hotpot, bisa-bisa telat masuk kantor! Sebaiknya jangan," nasehat Mey."Baiklah, aku akan menuruti permintaan kamu, Mey," ucap Zion.Regina hanya mengangguk halus, kemudian ia meraih
Dalam gelap kamar hotel yang mewah berbintang lima, gemuruh erangan tak tertahankan menggema di setiap sudut. Pertemuan tak terduga antara dua insan yang tak pernah saling bersinggungan, kini tengah memadu kasih di atas lembutnya sprei dan ranjang yang mewah.Bruk!Secara tak diduga, tubuh gagah seorang lelaki menindih Mey yang tak berdaya sebab telah dikuasai oleh alkhohol. Sentuhan-sentuhan lembut pria itu, membelai tubuh Mey, menciptakan lenguhan yang meliuk-layuk diantara dinding-dinding marmer dingin kamar yang gelap."Ahhh.." melodi yang mendorong gairah semakin meluap-luap.Tak sampai disitu, lelaki tersebut melahap lembut bibir Mey dengan nafsu yang menggebu. Namun, Mey tidak menolak cumbuan tersebut, malah membalas dengan permainan bibirnya yang begitu liar.'Ini pasti mimpi, akhirnya aku bisa bercumbu denganmu, suamiku. Walaupun percumbuan ini hanyalah sebuah mimpi!' benak Mey dengan hasrat yang kian bergerilya dalam dirinya.Mey yang terlena oleh alkhohol, terjebak dalam kha
Jakarta, Indonesia. 22 Januari 2018, 09:23 AM.Di balik pintu gudang yang tertutup rapat, cahaya remang menghiasi dinding dan suasana yang tak nyaman merayap di setiap sudut ruangan. Mey masuk ke dalam bersama Theo."Tubuhmu sungguh sangat menarik!" bisik lembut Theo.Mey memilih untuk diam, tak menanggapi bisikan mesum yang diungkapkan oleh atasannya itu. Dalam keheningan yang terasa berat, Mey memutuskan untuk menyerahkan proposal yang telah ia susun dengan teliti. Namun, sikap lancang Theo merajalela ketika ia tanpa permisi meremas sesuatu yang tak seharusnya, Mey merasakan kelembutan yang menyakitkan."PAK! Anda sangat tidak sopan!" tegur Mey dengan tatapan tajam.Seolah-olah tak terpengaruh oleh reaksi bawahannya, Theo melanjutkan perilakunya yang tidak bermoral dengan menyosor bibir Mey. Bagaimanapun juga, Mey tidak tinggal diam. Dengan cepat, ia memberikan respons yang tegas dengan mendorong Theo hingga sang manajer tergelincir dan jatuh ke lantai."Berani sekali kau, jalang!" d
Jakarta, Indonesia. 22 Januari 2018, 8:14 PM.Setelah seharian menjalani rutinitas pekerjaan yang melelahkan, langkah Mey akhirnya membawa dirinya pulang, di mana kehangatan rumah menunggunya. "Mama..." seru Lily dengan sorak-sorai kegembiraan saat melihat pintu rumah terbuka oleh sosok ibu yang dicintainya."Sayangku, maafkan mama ya. Tadi ada begitu banyak pekerjaan," bisik Mey dengan lembut, menyampaikan penjelasan atas keterlambatannya."Tidak apa-apa, ma. Lily dari tadi sibuk ngerjain PR dan dibantu oleh ii," jawab Lily dengan senyum ceria, meredakan kekhawatiran ibunya.Mata Mey bersinar penuh kebanggaan saat melihat putrinya yang begitu cerdas. Ia mengelus lembut kepala Lily, seraya berkata, “Anakku pintar.”Namun, kesunyian sejenak terputus oleh teriakan Mey yang menggema di seluruh rumah, “Jessi… Lusi… Cici, belikan ayam goreng kaefci, nih!” Suara lantang itu membawa kedua adiknya, Jessi dan Lusi, keluar dari kamar masing-masing dengan rasa penasaran."Lho, tumben cici beli ka
Jakarta, Indonesia. 23 Januari 2018, 12:34 PM.Setelah sampai di meja Ardhi, Mey disapa oleh manajer tersebut dengan tawaran yang tidak sesuai dengan dugaan."Cantik.. Mau makan bareng ke kantin?" sapa Ardhi dengan senyuman yang sedikit merayu."Tidak, pak. Ini berkas dari pak Theo," tolak Mey dengan tegas, menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan tugasnya.Namun, Ardhi, tanpa rasa hormat, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan video yang merekam kejadian pagi tadi saat kedua tonjolan besar di bawah pinggulnya diremas oleh Theo. "Kenapa Theo sangat beruntung mendapat karyawan sepertimu? Aku juga ingin menikmati tubuhmu!" goda Ardhi dengan nada merendahkan.Mey begitu terkejut ketika tahu ada karyawan lain yang diam-diam merekam adegan tidak pantas tersebut. Ia merasa dipermalukan dan harga dirinya terluka. "Pak, ini sudah sangat keterlaluan!" ucap Mey dengan nada kecewa.Kondisi ruangan kantor divisi pemasaran luring yang luas itu sedang sepi karena para karyawan sedang istirahat ma
Jakarta, Indonesia. 27 Januari 2018, 9:11 AM.Beberapa hari kemudian, saat cahaya mentari pagi menerangi rumah Mey, di mana Lusi tengah sibuk memasak sarapan, sedangkan Jessi dan Lily bersemangat membersihkan rumah. Sabtu yang tenang ini memberikan kelonggaran bagi Mey untuk menikmati tidurnya yang pulas. Namun, ketenangan itu terganggu oleh suara dering ponsel yang mengusik tidurnya. Dengan mata yang masih terpejam, Mey menjawab panggilan dari Denny Septian, seorang junior detektif kepolisian yang dibimbing oleh mendiang suaminya."Halo, Ci. Apa kita bisa bertemu hari ini?" tanya Denny melalui telepon.Mey yang masih setengah sadar menjawab dengan suara lirih, "Yaaa..""Oke, aku sudah berada di depan rumahmu lho, Ci," ucap Denny.Mata Mey yang tadinya masih terpejam pun terbelalak, kini terbuka dengan lebar secara tiba-tiba. "APAA??" teriaknya sambil beranjak dari tempat tidur.Mey segera mematikan panggilan telepon, menyadari bahwa pagi ini tidak akan seperti Sabtu biasanya. Dengan c
Jakarta, Indonesia. 29 Januari 2018, 8:11 AM.Mey beranjak menuju kantor dengan langkah yang terasa begitu berat, tatapannya kosong, hilang di tengah keruwetan pikiran. Setelah menghabiskan akhir pekan yang seharusnya memberikan ketenangan, justru, ia habiskan dengan begadang dua malam. Dirinya terguncang oleh fakta yang diungkapkan oleh Denny.Ketika langkah Mey mencapai meja kerjanya, suasana kantor yang hening tiba-tiba terpecah oleh suara riuh yang tak terduga. “Selamat pagi, Mey!” seru Zion, muncul seperti angin segar dengan setelan kemeja putih dan celana kantor hitam yang memberikan sentuhan elegan.Mey yang terperangkap dalam lamunan, seketika terkejut, matanya mencari sumber suara yang tiba-tiba menggema di sekitarnya. "Zion? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mey, rasa penasaran mencuat di ekspresinya."Aku baru saja melamar untuk bekerja di sini, Mey. Satu divisi yang sama denganmu!” jawab Zion penuh semangat, senyumnya memperlihatkan antusiasnya yang besar.Mey hanya mam
Jakarta, Indonesia. 29 Januari 2018, 9:46 AM.Dengan langkah yang beriringan seirama, Mey dan Zion melanjutkan menuju ke ruangan yang menampung kekuasaan tertinggi di perusahaan. Begitu tiba di depan pintu yang terbuat dari kayu mahoni dengan ukiran yang begitu indah dan megah, terdepat meja sekretaris dan perempuan nan cantik jelita yang duduk, ia memberikan informasi."Dengan permohonan maaf yang mendalam, tuan Jean sedang tidak dapat ditemui di ruangan ini. Saat ini, beliau tengah dalam meeting penting dengan klien dari perusahaan teknologi asal Tiongkok," jelas sekretaris tersebut dengan senyuman."Entah kapan beliau akan kembali,” tambah sekretaris, menyoroti ketidakpastian di udara.Mey menanggapi dengan senyuman yang tipis, "Terima kasih atas informasinya,” ucapnya dengan penuh sopan.Namun, Zion menyuarakan sebuah tindakan yang akan diambil olehnya. "Tunggu dulu, Mey. Mungkin aku bisa menghubungi kakakku. Dia bisa membatalkan meetingnya hari ini," sahut Zion sambil meraih ponse