Home / Romansa / Hasrat Salah Kamar / Tamu Tak Bertuan

Share

Tamu Tak Bertuan

Author: JolaSky
last update Last Updated: 2024-07-01 18:12:07

Wanita di hadapan Alex kini menggeleng lemah. Seolah tak percaya dengan informasi yang baru saja menyusup ke telinga.

“Gak, kamu hanya mempermainkanku ‘kan?” kata wanita itu mulai histeris.

Baik Alex maupun Reza melemparkan pandangan penuh tanya.

“Apa maksudmu?” tanya Reza tak terima.

“Ya, kalian itu memanfaatkan situasi! Entah apa yang terjadi padaku sebelumnya, salah satu dari kalian pasti sedang mencoba mengeruk keuntungan dariku. Iya ‘kan?” Lagi, wanita itu kembali meronta. Kini posisinya sudah berubah menjadi duduk. Selang infus yang sedang tertanam di tangannya mengikuti pergerakan wanita itu yang cukup brutal.

“Aku mau pulang! Kalian sudah gila.”

Di seberangnya, Alex melihat tingkah pongah wanita yang menjadi korban atas rencananya itu dengan tatapan sedingin es. Ia tak akan terpengaruh oleh setiap drama yang coba dipertontonkan oleh wanita ini.

Cih. Andai ia tidak mengingat ada benih yang telah ditanam di rahim wanita dengan panjang rambut sebahu itu, mungkin saat ini Alex sudah pergi mencampakkannya tanpa meninggalkan rasa bersalah sama sekali.

Membiarkan dia hidup menderita dengan calon anaknya, sendirian. Tanpa perlu membuat Alex pusing dengan segala tanggungan biaya hidup.

“Silahkan saja kalau kamu mau pergi, aku hanya memberimu penawaran satu kali. Setelah kakimu melangkah keluar, semua tanggung jawab sebagai orang tua otomatis kamu tanggung sendiri,” ucap Alex santai memaku pandangannya dengan pandangan wanita itu.

Melihat lawan bicaranya kehabisan kata, adalah sebuah kebanggaan bagi seorang Alex Alison dalam menjinakkan seseorang.

Alex pulang dengan perasaan campur aduk yang memenuhi hatinya. Membanting tubuhnya di sofa ruang tengah rumahnya, Alex menghela napas berat.

Dia memang pria bejat yang rela menghalalkan segala cara untuk mendapatkan wanita incarannya. Namun, mengapa rencananya kali ini harus gagal hanya karena masalah sepele.

Salah menjebak seseorang karena warna pakaian yang sama.

Sungguh, Alex geram. Ia pun tak bisa menyalahkan Reza untuk hal ini. Sahabatnya sudah melakukan tugas sesuai arahannya.

“ARGHH!!”

Prang!!

Emosi meluap, meja kaca di depan Alex menjadi sasaran empuk untuk melupakannya. Mendengar suara gaduh dari ruang tengah, seseorang berjalan tergopoh-gopih dari arah dapur.

“Ya ampun, den. Ada apa? Kenapa marah-marah?” tanya asisten rumah tangga fi rumah ini. Wajahnya menampakkan raut terkejut ketika melihat serpihan kaca sudah berserakan di sekitar Alex.

“Gak apa-apa, bi. Gak sengaja tertendang tadi,” jawa Alex berbohong.

“Tolong bereskan ya, bi. Saya mau ke kamar.”

Alex melenggang pergi menapaki anak tangga rumahnya menuju lantai tiga rumah mewah bergaya Modern klasik itu.

Saat sampai di kamar, terpintas niatan untuk menghubungi seseorang yang ia rindukan. Bayangan wajahnya tak pernah luntur dalam ingatan Alex.

“Ah, apapun yang sedang aku rasakan, Dea adalah sebuah magnet penyembuhku,” kata Alex. Ia merogoh saku celananya untuk menghubungi sang pujaan hati.

Tuut…

Nada panggilan terhubung berbunyi beberapa kali, Dea tak kunjung mengangkat telepon Alex. Pria itu mulai gelisah, tak seperti biasanya Dea mengabaikan panggilannya. Penantian panjang Alex berakhir ketika suara wanita tiba-tiba menyapanya.

“Ya, ada apa, Alex?“ sapa Dea dari balik balik telepon. Suasana hati Alex yang sebelumnya buruk seketika membaik saat mendengar suara lembut itu.

“Hai, aku hanya ingin memastikan kalau kamu sampai di rumah dengan selamat, Dea. Maafkan aku yang tidak bisa mengantarmu pulang tadi,” kata Alex penuh rasa bersalah.

“Gak apa-apa. Aku pulang dengan selamat karena aku dijemput oleh seseorang. Kamu gak perlu khawatir.”

Deg!

Mendengar jawaban Dea, darah Alex seketika mendidih. Pria mana yang berani mendekati Dea saat ini?

“Siapa yang menjemputmu? Apa aku kenal orangnya?” Alex memancing.

Bukannya menjawab, Dea malah terkekeh seolah pertanyaan itu adalah pertanyaan paling lucu yang pernah ia dengar.

“Rahasia. Lagipula apa urusannya denganmu, Alex? Kita hanya teman, aku bebas menentukan siapa yang berhak menjemputku,” balas Dea membuat hati Alex berdesir.

Sebuah penolakan untuk kesekian kalinya harus Alex terima. Ucapan Dea bagaikan tamparan yang membawanya ke alam nyata. Fakta bahwa Alex tidak akan bisa mendapatkan cinta Dea terus membayangi.

Semakin sering Dea menolaknya, semakin besar pula ambisi Alex untuk mendapatkan wanita itu. Melemahkannya dengan segenap pesona yang Alex miliki.

Kharisma dalan diri Alex selalu mampu membuat wanita manapun bertekuk lutut, tetapi, mengapa pada Dea hal itu seolah tak berguna?

“Sayang, kaku teleponan sama siap?”

Suara berat pria dari balik telepon Dea langsung merampas perhatian Alex. Bukan, bukan hanya tentang siapa yang menjemput Dea. Melainkan siapa pria yang sudah berani melangkahi Alex demi mendapatkan hati Dea? Apalagi panggilan sayang yang terdengar sangat intim di antara mereka.

“Dea, dengan siapa kamu saat ini?” Alex bertanya. Dahinya berkerut hingga berlapis-lapis menyembunyikan kinerja otaknya yang bekerja lebih keras untuk mencari tahu tentang pria itu.

“Bukan siapa-siapa, aku sudah bilang, kamu gak perlu khawatir. Aku sangat senang, sebagai seorang teman kamu sangat perhatian. Sudah dulu, ya. Ada urusan yang harus aku selesaikan. See you!”

“De—Dea? Halo? Dea?”

Tut. Tut. Tut.

Sambungan telepon berakhir dengan nada kekecewaan yang diutarakan Alex lewat helaan napasnya. Ia tidak bisa tinggal diam. Dea hanyalah miliknya. Alex tidak bisa membiarkan wanita itu jatuh ke tangan orang lain.

“Baiklah, aku akan menerima tawaranmu, dengan satu syarat,”

Blash!

Entah apa yang ada di pikiran Alex saat ini. Di tengah ambisinya yang menggebu-gebu, otaknya kembali memutar ulang momen dimana wanita yang menjadi korban rencananya itu menyetujui tawarannya. Di tengah ambisi Alex yang begitu besar untuk menaklukan hati Dea, ia terpenjara dengan sebuah tanggung jawab yang tak akan pernah selesai.

Sial! Dosa apa yang Alex lakukan hingga membuatnya berada di posisi sulit saat ini?

Meski Alex dikenal sebagai seorang pemain wanita, jika hatinya telah memilih satu nama, itulah yang akan ia perjuangkan. Namun, sebuah pertanyaan kembali muncul di benaknya. Bagaimana nasib calon anak yang kini bersemayam di dalam rahim wanita itu?

Jika Dea sampai mengetahui rencana pernikahan yang akan dilaksanakan esok hari, apa mungkin Alex masih memiliki kesempatan untuk mengejar Dea?

“Aaargh sialan!! Mengapa aku harus terjebak di situasi yang sulit seperti ini?” Makinya pada diri sendiri. Kebodohan konyol yang baru saja Alex lakukan adalah menghamili seorang wanita bahkan tanpa perlu menyentuhnya.

Hebat bukan?

Ketika teknologi mampu menyetarakan derajat dengan pikiran dan nafsu manusia, ada segelintir resiko yang juga harus Alex tanggung.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan di pintu kamarnya membuat Alex bergegas mendekat. Asisten rumah tangga berdiri di hadapan Alex dengan sulas senyum ramah.

“Ada apa, bi?”

“Itu den, ada yang mencari den Alex. Katanya ada hal darurat yang harus dia sampaikan.”

“Siapa bi?” tanya Alex penasaran.

“Bibi gak tahu, den. Dia gak mau sebut kan nama. Seorang wanita cantik tapi bibi belum pernah lihat den Alex bawa dia kemari,” jawab bibi seraya menggelengkan kepalanya pelan.

Rasa penasaran membawa Alex untuk melangkah menuju pintu rumah. Saat dahan pintu tinggi itu terbuka, betapa terkejutnya Alex melihat bayangan wanita yang tak asing di hadapannya.

“Untuk apa kamu ke sini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Salah Kamar   Selingkuh

    Alex setia berdiri di balik pintu ruang model yang sengaja disiapkan khusus untuk Dea latihan berpose atau apapun yang berhubungan dengan profesi tercintanya. terdengar dua sejoli yang begitu akrab tengah berusaha saling meyakinkan satu sama lain."Dia pikir, dia bisa mengkhianatiku. Jangan salah, Dea. Aku bisa lebih keji dari iblis paling jahat di muka bumi ini. Ini semua aku lakukan karena aku mencintaimu," gumam Alex di balik tempat persembunyiannya.Belakangan Alex tahu skandal yang sedang terjalin diantara dalah satu kolega sekaligus komisaris agensi modeling tempat wanita pujaannya bernaung, setelah kejadian penyerangan yang menimpanya kemarin."Pak Alex, ada telepon dari Bu Alea."Suara Narco seketika merubah suasana menyenangkan yang tengah Alex selami menjadi suasana yang menjengkelkan ketika telinganya mendengar satu nama yang mengusik kenyamanannya. Alex mendengus kesal, melayangkan tatapan intimidasi atas kecerobohan sikap sang asisten karena telah menyebutkan satu-satinya

  • Hasrat Salah Kamar   Harapan Palsu

    ‘Mas, kamu mau kemana? Bukannya kamu mau temani aku cek kandungan?” ucap Alea dari arah dapur ketika melihat Alex yang menuruni anak tangga dengan langkah terburu-buru. Tubuh tegapnya sudah sudah dibalut kemeja dan jas formal. Sedangkan sebelah tangannya menjinjing tas tangan pria dengan merek terkenal. Terlihat formal namun santai. “Batalkan jadwalmu hari ini. Aku ada urusan kantor mendadak,” balas Alex santai sambil mengancingkan pergelangan tangannya. Alex terkesan acuh dengan kehadiran Alea disana . Bahkan tak sedetikpun dirinya melirik sang istri yang termangu dalam suasana hati yang buruk. “Tapi, mas, kamu kan sudah janj—“ “Kamu dengar apa yang aku ucapkan tadi ‘kan Alea? Kalau kamu tidak bisa membatalkannya, kamu kan bisa pergi sendiri,” seloroh Alex dengan nada tinggi. Ekspresi yang sebelumnya hangat berubah menyeramkan seiringan dengan emosi Alex yang tersulut. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Alex berbalik menghadap sang istri. Di depannya, Alea berdiri dengan

  • Hasrat Salah Kamar   Ancaman

    “Jadi, apakah kamu mau mengambil tawaranku untuk kedua kali?” Pertanyaan Alex dilontarkan dengan penuh percaya diri sekaligus mampu mengintimidasi Dea yang mematung di hadapannya.Wanita itu melemparkan pandangan penuh kebencian. Lagi-lagi otaknya memutar ulang kejadian empat tahun lalu dimana Dea bertekuk lutut dan mengikuti permainan Alex demi peningkatan karirnya di industri hiburan.Alex yakin wanita pujaannya ini tak akan memiliki pilihan lain selain mengikuti kkemauannya. Seharusnya Dea lah yang tahu diri dalam situasi saat ini.“Kalau kamu menolak, aku akan menyebarkan semua rahasiamu selama ini. Termasuk rahasia tentang kita,” ucap Alex mengulang kembali kalimatnya empat tahun lalu.“Kamu gila, Lex. Semua cara kamu lakukan demi mendapatkanku. Kamu sudah dikuasai oleh ambisimu sendiri.” Dea berkelakar. Kedua tangannya terkepal erat menahan emosi. Hal itu tak lepas dari pandangan Alex yang memindai tatapan dari ujung kaki hingga ujung kepala.“Ya, aku gila karenamu. Aku rela mel

  • Hasrat Salah Kamar   Perjanjian Timbal Balik

    "Mas Alex, minum dulu, mas," pekik Alea kaget melihat refleks sang suami.Napas Alex tercekat seolah nyawanya berada di ujung tenggorokan. Terlalu kaget dengan akan pertanyaan mamanya barusan. Alex mengulurkan tangannya menerima segelas air putih dan meminumnya hingga tandas."Terima kasih," ucap Alex dengan nada dingin. Alea menurut, ia menarik dirinya kembali ke tempat duduk. Gestur sepasang suami istri itu tak luput dari perhatian Mila sebagai orang yang paling dituakan di sana. Secercah perasaan curiga muncul dalam benak wanita dengan kacamata berbingkai emas itu."Baru ditanya masalah malam pertama, kagetnya sampai begitu, Lex. Apalagi kalau mama tanya masalah cucu. Coba, bagaimana perkembangan calon anak kalian?" Seolah tak peduli dengan respon yang ditunjukkan anaknya tadi, Mila kembali melayangkan sebuah pertanyaan yang langsung membuat tubuh Alex menegang.Ya, Alex tidak pernah mengetahui secara pasti tentang perkembangan janin di dalam kandungan Alea. Semua fokusnya hanya te

  • Hasrat Salah Kamar   Alea Jadi Hero

    Dua cangkir kopi panas yang asapnya masih mengepul menjadi saksi kediaman Alex sejak setengah jam lalu. Pria itu bergeming dengan sekelumit pikiran yang kini memenuhi kepalanya.Di depannya, Reza menatap bingung pada sang sang sahabat yang mode diamnya sedang aktif-aktifnya. Membiarkan Alex sibuk dengan dunianya sendiri namun tetap memastikan kediamannya tak menimbulkan curiga.Selama itu pula Reza memperhatikan gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Alex.“Mau sampai kapan lo melamun? Kalau masih lama lebih baik gue pulang dulu. Nanti kalau lo sudah selesai gue balik lagi,” cibir Reza.Tepat setelah kalimat itu berakhir, separuh kesadaran Alex mulai pulih. Ia menatap nanar pada Reza yang kini menetapnya dengan pandangan penuh tanya.“Sampai kapan di Sydney?” Alex bertanya tiba-tiba. Mengabaikan cibiran Reza sebelumnya.Berita kepergian Dea cukup mengguncang mental Alex saat ini. Ia tidak menyangka Dea memilih jalan instan untuk menjauhinya. Berdalih pekerjaan, wanita itu bertandang ke ne

  • Hasrat Salah Kamar   Mengorek Masa Lalu

    Suara berat milik Alex di telinga Alea terdengar begitu menggoda. Alex telah dilahap oleh gairahnya sendiri sehingga ia tak peduli lagi siapa wanita di hadapannya sekarang. Dalam satu kali tarikan, Alea telah jatuh ke dalam pelukan pria itu. Degup jantungnya yang berdetak tak karuan, membuat deru napasnya cepat dan naik turun.Alex tahu istrinya gugup, tetapi, dialah yang memulai semuanya.“Saat kamu mulai menggodaku, kamu harus menyelesaikannya,” ucap Alex lagi.Sedangkan Alea, mati-matiab dia bertekad untuk mempertahankan dinding kokoh yang ia bangun susah payah. Berusaha tak terintimidasi oleh godaan Alex karena sejujurnya, ia hanya menggoda pria itu tadi. Dengan bibir bergetar, tiba-tiba Alea mengucapkan sepatah kalimat yang langsung membuat Alex mati kutu.“Aku akan menyelesaikannya, tapi tolong jawab pertanyaanku dengan jujur. Wanita yang kamu sebut namanya ketika bersama Reza waktu itu siapa, mas?”Deg!“Apakah dia cinta pertamamu?”Jeder!Dua pertanyaan Alea bagaikan petir di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status