CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKU
Bab 40
"Vina, Ibumu …."
"Ibu baik-baik aja 'kan?!" Segera kusahut ucapan Panji yang menggantung.
"Tenang Vina, Bu Marni hanya pingsan kok. Kalau kamu punya minyak kayu putih, bawa sini," titahnya.
"Bentar ya." Aku berlari kecil ke luar dari kamar untuk mencari minyak kayu putih di kotak obat yang berada di dapur.
Benda berbotol kecil seukuran jari jempol itu lekas kubawa ke kamar Ibu.
"Ini minyak kayu putihnya, Pan." Botol kecil itu kuangsurkan pada Panji yang duduk di bibir ranjang samping Ibu berbaring.
Panji mengoleskan minyak itu ke ujung jari telunjuknya. Lalu perlahan di dekatkan ke hidung Ibu.
Beberapa saat menunggu, akhirnya jemari Ibu mulai bergerak-gerak.
"Alhamdulillah &he
CINCIN BERLIAN PALSU GUNDIK SUAMIKUBab 41Guk! Guk!Astaghfirullahaladzim! Jantungku hampir melompat. Sumpah demi apa pun aku kaget setengah mati. Dan langsung lari ke dalam rumah.Pintu terbanting dengan keras karena saking kagetnya aku. Naik turun dada ini sambil bersandar di daun pintu sembari mengatur napas yang ngos-ngosan.Yang menggonggong tadi anjing tetangga sebelah. Ya Allah, bikin kaget aja. Mana pas momen mati lampu mencekam begini.Kuurungkan niatku untuk melihat meteran listrik. Dan berlari dengan senter HP untuk ke kamar Ibu lalu tidur sampai besok pagi.***
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 42"Apa ini?" Dahiku mengernyit. Benda apa lagi yang ia serahkan. Padahal baru tadi pagi ia memberiku sebuket bunga mawar merah."Buka aja, dilarang protes ya," pintanya.Lekas kubuka paper bag tersebut.Hah, ngapain dia beliin aku beginian?"Keluarin dong bajunya, biar kamu bisa lihat secara keseluruhan." Panji menyuruhku untuk mengeluarkan pakaian penuh dengan payet berkilau ini.Tanganku menenteng gaun berwarna hitam tersebut. Mataku langsung terpukau den
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 43Saat kami sama-sama mendongak. Bola mata ini lantas melebar, ternyata yang kutabrak adalah Mas Ari.Tapi, kenapa dia pakai baju seragam begini?"Mas Ari! Kok kamu di sini?" tanyaku lalu segera berdiri tegap."I-iya, Vin. Aku sekarang kerja di sini jadi pelayan sama tukang bersih-bersih. Ya serabutan lah," jelas Mas Ari."Em, ya udah ya, Mas. Aku pergi dulu." Aku melintasinya yang masih berdiri sembari memegang nampan tissue.Kupercepat langkah untuk segera ke toilet.Setelah kembal
Cincin Berlian Palsu Gundi SuamikuBab 44"Aku emang nggak kasih tahu dia, Pan. Nomor Mas Ari sudah aku hapus juga blokir," kataku apa adanya."Hah! Seriusan?""Iya, aku nggak mau berurusan lagi sama dia. Ya, cukup tahulah. Kalau pun misalnya nggak sengaja ketemu sama dia di jalan. Cukup menyapa aja sebagaimana mestinya.""Iya, Vin. Benar itu. Sekarang, kamu fokus pada diri kamu sendiri ya, ikhlasin semuanya. Semoga Allah senantiasa memberimu kebahagiaan. Nanti malam aku akan ke rumah kamu buat ikut acara tahlilan.""Iya, terimakasih banyak ya, kamu sudah mau terus-terusan aku repotin."
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 45"Apakah Marissa juga anak kandung Papa?"Papa menghela napas, lalu melepas kacamata bening yang ia kenakan."Bukan, Nak. Biar Papa jelaskan semuanya sama kamu. Dulu, Papa sama ibumu itu menikah siri. Terus ada hal yang memaksa kami untuk berpisah. Dan, akhirnya almarhumah ibumu pergi entah ke mana," jelas Papa. Membuatku tak sepenuhnya percaya."Apa alasan kalian harus berpisah?" tanyaku langsung. Kapan lagi aku bisa tahu semuanya kalau tidak sekarang. Aku sudah dewasa, sudah seharusnya tahu rahasia yang selalu dipendam keluargaku."Dulu, Papa dan ibumu menikah siri karena tak direstui. Lalu, Papa j
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 46Siti tergopoh datang. Ia gegas membuka pagar."Itu mobil siapa, Mbak?" tanyaku menunjuk mobil di sana. Sementara Papa sudah melenggang masuk lebih dulu."Itu mobil ….""Sari!" pekik Papa membuatku segera melihat ke arah terasSeakan kedua mata ini tak menyangka dengan apa yang kulihat di seberang sana. Aku mengatupkan bibir dengan tangan.Mama Sari, wanita cantik dengan sanggul modern yang acap kali ia pakai itu saat ini sedang duduk di kursi teras rumahku.Ini bagai m
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 47Tunggu, tunggu, ini kan fotonya Panji. Tapi, kenapa dia seperti ada diacara nikahan. Jangan-jangan, Panji sudah menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuanku lagi.Argh! Pikiranku langsung berkecamuk hebat. Semoga tidak benar tudingan ini.Jempolku hanya menekan tombol like untuk foto yang tak ada caption-nya tersebut. Dan lantas menutup aplikasi biru itu.Ponsel yang masih ada dalam pangkuanku terus berbunyi. Gegas kulihat dering yang mengganggu itu.
Cincin Berlian Palsu Gundik SuamikuBab 48Sesosok wanita tengah menatapku tajam. Pandangan itu seolah singa yang sedang mengintai mangsanya."Apa kau tidak dengar, dasar wanita murahan! Jika kau tidak dengar, biar saya ulangi!" Lagi, wanita itu memaki hingga membuat emosiku meledak-ledak.Aku kenal siapa wanita itu. Dan kami pernah beberapa kali bertemu saat dulu sama-sama pernah tinggal di Jogja. Dia adalah mamanya Panji. Entah kenapa beliau bisa tahu di mana tempat tinggalku sekarang.Atau, mamanya Panji memang sejak tadi menguping di sekitar sini. Pikirku begitu, tapi entah bagaimana kebenarannya."Maaf, salah saya apa, Tente?" tan