Share

Part 29. Keinginan Tama

Penulis: Rich Ghali
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 03:15:55

“Kenapa kau bisa ada di sini?” Maudy bertanya dengan raut wajah bingung di saat ia membuka pintu dan mendapati Mahen berada di baliknya. Jelas saja ia merasa heran, sebab ia tidak memberitahu sama sekali di mana alamat rumahnya.

Mahen menatap dengan raut wajah kesal. Sebab, ada suara lelaki yang berasal dari dalam. Juga mobil yang cukup familiar terparkir di halaman. Terlebih sepatu seorang lelaki yang tergeletak di depan pintu masuk rumah.

“Kau memasukkan lelaki lain ke dalam rumahmu?” Mahen bertanya dengan nada yang tidak enak didengar. “Kau sengaja ingin pindah agar bisa mengundang lelaki untuk menidurimu?” Nada bicaranya terdengar sangat merendahkan.

Maudy menghela napas dengan kasar. Merasa sakit mendengar tuduhan yang ia dapatkan. Dirinya dan Mahen jelas jauh berbeda. Ia bukan wanita murahan yang dengan mudah bisa tidur bersama lelaki sembarang. Ia sangat menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita.

“Aku sedang sibuk, tidak ada waktu untuk berdebat.” Maudy hendak menutup pintu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 75

    Maudy menatap Mahen yang duduk di sisi kanannya. Ia tersenyum, membalas senyum lelaki tampan itu. Tampak pipinya bersemu, malu-malu. Tangannya tidak ingin ia lepaskan dari genggaman sang suami yang begitu ia cintai.Kini mereka tengah berada di pesawat, melakukan penerbangan menuju Bali. Sesuai dengan janji Mahen waktu itu, ia ingin mengajak Maudy bulan madu ke Bali. Setelah pulih total dengan hasil tes yang keluar dan menyatakan Mahen negative HIV, mereka langsung merencanakan perjalanan.Mereka hanya pergi berdua saja. Tama meyakinkan mereka untuk meninggalkan Sean agar tidak ada yang bisa mengganggu waktu mereka untuk bermesraan. Jika Sean ikut bersama, bisa saja anak itu rewel dan membuat Maudy lebih fokus pada putranya dibanding dengan Mahen. Percuma mereka jauh-jauh ke Bali jika hanya ingin numpang tidur.“Kau pernah naik pesawat?” Mahen bertanya memecah keheningan di antara mereka. Jantung lelaki itu berdetak tidak menentu. Tidak sabar menunggu malam pertama yang sudah tertunda

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 74

    Maudy jadi lebih sensitive terhadap hidangan yang akan dikonsumsi oleh Mahen. Biasanya Bi Ani atau Hanum yang diminta untuk berbelanja ke pasar, tapi kali ini ia langsung turun sendiri membawa Sean. Hanum hanya mengikuti sembari membawa barang belanjaan.Bahkan ke dapur sekalipun, Maudy ikut membantu untuk memasak. Ia ingin sang suami mengonsumsi makanan dengan tinggi nutrisi. Ia tidak ingin Mahen kembali drop dan berakhir masuk rumah sakit seperti yang sudah-sudah. Sedikit pun tidak ia izinkan suaminya melakukan hal apa pun yang membuat lelah, selain berolah raga.Malam ini meja makan tampak sedikit hening. Maudy mengambil hidangan untuk anak dan suaminya lebih dulu. Sean sudah mulai bisa mengonsumsi sayuran yang dikukus dengan tingkat kematangan cukup tinggi. Gigi-giginya sudah mulai tumbuh.“Apa kata Dokter Amar semalam?” Tama memecah keheningan yang ada di antara mereka. Ia menatap Maudy, enggan untuk menatap putranya sendiri.“Hasil lab baru akan keluar minggu depan.”“Mahen tida

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 73. Pemeriksaan Ulang

    Mahen menyetir mobil dengan perasaan gundah gulana. Lelaki itu tidak bisa tenang sepanjang perjalanan ketika Maudy mengajaknya untuk kembali melakukan pengecekan. Sekaligus pengobatan.Jantungnya berdegup dengan kencang. Saat melakukan pemeriksaan dulu, ia hanya mengalami gejala, belum benar-benar mengidap HIV yang hingga kini belum ada obat yang bisa menyembuhkannya. Ia takut, benar-benar takut jika seandainya kini gejala itu telah berubah menjadi positiv HIV.Maudy bisa merasakan kegelisahan yang dialami oleh suaminya. Ia genggam tangan lelaki itu, memberikan remasan lembut untuk menenangkan. Siapa lagi yang bisa menenangkan suaminya jika bukan dirinya sendiri? Siapa lagi yang akan mendapampingi Mahen jika bukan Maudy? Terlebih kini Tama sudah mulai menjaga jarak darinya karena terlampau kecewa dengan penyakit yang ia derita.HIV bukan penyakit main-main. Itu juga bukan penyakit yang bisa menyerang sembarang orang yang tidak menjaga dan memikirkan kesehatan. Penyakit itu bisa didapa

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 72

    Mahen memutar gagang pintu kamar, tapi terkunci. Ini sudah malam ketiga Maudy tidak ingin Mahen tidur satu kamar dengannya. Selama tiga hari tiga malam pula mereka tidak saling berbicara. Maudy masih sangat kesal, sekaligus kecewa akan sikap lelaki itu terhadapnya.Lelaki berahang keras itu menghela napas dengan dalam. Ia mengetuk daun pintu lembut, memanggil nama Maudy dengan penuh kasih sayang. Namun, tidak ada tanggapan.“Maudy ….” Mahen terus memanggil.Hening, tidak ada jawaban dari Maudy.“Sayang ….” Lelaki itu terus berusaha, tapi tetap saja tidak ada tanggapan dari Maudy. Wanita itu tetap diam, tidak ingin menanggapi sama sekali.Mereka sama-sama tersiksa jika berada di posisi yang seperti ini. Tidak saling bicara, tidak saling bertatap muka, tidak saling berinteraksi satu dengan yang lain selama beberapa hari ini. Sungguh, tidak ada hal yang paling menyiksa dibanding didiamkan oleh sang istri.“Aku minta maaf.” Mahen berucap dengan lemah. Entah sudah berada kali ia meminta ma

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 71

    Hari ini Mahen menyiapkan sarapan sebagai permintaan maaf karena ia sudah membuat Maudy kesal. Maudy membiarkan, duduk memerhatikan di kursi makan. Tidak mengizinkan siapa pun untuk ikut membantu pria itu.Mahen tampak serius ketika ia memotong sayuran. Lelaki itu tidak terlalu lihai memasak, sebab ia jarang turun ke dapur untuk membantu pekerjaan. Terlebih lagi ada ART yang selalu menyiapkan semuanya.“Mbak, aku bantu saja ya. Sepertinya Tuan Mahen kesulitan.” Hanum meminta izin pada Maudy, sebab ia melihat Mahen sangat kesulitan dalam memotong sayuran.Maudy tetap melarang. Wajahnya terlihat kesal menatap sang suami yang tengah menyibukkan diri di dapur. Bibirnya manyun dengan pipi yang menggembung.“Aduh.” Mahen mengaduh ketika ia tidak sengaja menyayat jarinya. Lelaki itu lekas beranjak menuju westafel, mencuci darah yang mengalir dari telunjuknya.Maudy bangkit berdiri, panik karena jari Mahen terluka. Ia lekas menghampiri, ingin memberi pertolongan pada suaminya.“Jangan mendeka

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   part 70

    “Maudy.” Tama terkejut ketika ia bertemu dengan Maudy di saat membuka pintu kamar. Lelaki paruh baya itu tampak gelagapan, gugup setengah mati karena takut Maudy mendengar obrolan mereka.“Kenapa, Pa?” Maudy bertanya dengan mimik wajah penuh tanya. Sean tidak lagi berada di dalam gendongannya. Anak itu sudah dititipkan Maudy pada Hanum.“Kau sudah lama berada di sini?” Tama bertanya memastikan.“Baru saja, ini mau masuk.” Wanita itu tampak kebingungan. Keningnya berkerut, menatap bapak mertua dengan mata menyipit.Tama menghela napas dengan dalam. Merasa lega karena Maudy tidak mendengar obrolan mereka.“Oh, ya sudah. Papa mau ke bawah.” Tama pamit, lalu beranjak pergi.Maudy hanya bisa menatap dengan sorot penuh kebingungan. Setelah menghela napas dengan dalam, wanita itu beranjak masuk ke kamar.“Papa ngomong apa?” Maudy bertanya seraya mendekat, duduk di tepian ranjang.“Bukan apa-apa.” Mahen menjawab dengan senyuman. Senyumnya benar-benar tampak sangat manis.“Ngomongin Mas Putra?

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status