Share

Kejutan Dari Haris

Penulis: Falisha Ashia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-30 22:05:46

"Kamu harus kerja, Rey. Jangan bolos lagi," suara Amanda terdengar lemah namun tegas dari balik selimut.

Aku duduk di tepi ranjang, menatap wajah pucat istriku dengan perasaan campur aduk. Ingin rasanya aku tetap di sini, mengganti kompresnya, menyuapinya bubur, dan memeluknya sampai dia sembuh. Apalagi setelah apa yang kami lalui kemarin, rasanya berat meninggalkan dia sendirian.

"Tapi, Sayang... kamu lagi sakit parah begini. Badannmu masih panas," bantahku lembut. "Aku bisa kok minta izin libur lagi. Jatah cutiku masih ada."

"Jangan," potong Amanda cepat. Dia membuka matanya, menatapku dengan sorot mata yang melarang. "Kamu baru aja libur kemarin seharian buat... ehem... urusan kita. Kalau kamu libur lagi hari ini, nanti Bu Livia mikir apa? Dia bisa nilai kamu karyawan yang nggak profesional. Aku nggak mau karir kamu terhambat gara-gara aku."

Aku tersenyum kecut dalam hati. Karir? Kalau Amanda tahu siapa aku sebenarnya, dia pasti sadar kalau jabatan room service ini hanyalah mainan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Peringatan!

    Pintu ganda yang kubanting menciptakan gema keras di ruangan VIP itu, seolah-olah menjadi gong pembuka perang yang tak terhindarkan. Di dalam ruangan yang mewah dan beraroma lavender itu, dua pria yang sedang tertawa terbahak-bahak seketika membeku.Arya Pradana dengan setelan jas abu-abu mahal dan rambut disisir klimis, menatapku dengan mata melotot. Di sebelahnya, seorang pria paruh baya dengan perut buncit ikut menatapku dengan tatapan bingung bercampur marah.Detik berikutnya, kilatan pengenalan muncul di mata Arya. Dia menunjukku, wajahnya berubah dari terkejut menjadi meremehkan."Rey?!" serunya keras, nada suaranya penuh ketidakpercayaan. "Kamu anak buah istriku? Seorang room service rendahan itu?"Aku tidak menjawab. Kakiku melangkah masuk ke dalam ruangan dengan ketenangan yang menakutkan, mengabaikan tatapan membunuh mereka."Kurang ajar!" geram Arya, bangkit dari kursinya hingga kursinya bergeser kasar di lantai. "Apa yang kau lakukan di sini, hah?! Ini tempat VIP, bukan da

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Aku Datang

    "Tapi bagaimana kondisimu, Tuan Muda?" tanya Jonathan, matanya tertuju pada bekas suntikan infus di punggung tanganku yang kini berdarah dan membiru. Darah segar itu merembes, membentuk noda merah kecil di lengan kemejaku, tapi aku sama sekali tidak merasakan perih.Aku melirik ke arah ponselku yang masih terhubung dengan aplikasi pengawas. Di layar itu, aku melihat balasan dari Amanda muncul, sebuah balasan yang membuat ulu hatiku terasa seperti ditikam belati berkarat.'Ayo. Aku langsung ke apartemenmu sepulang kerja nanti.'Jawaban yang begitu ringan. Tanpa beban. Tanpa rasa bersalah sedikit pun terhadap suaminya yang sedang terbaring di rumah sakit.Aku mengangkat wajah, menatap Jonathan dengan tatapan dingin yang kosong. "Kondisiku baik, Jo... kecuali hati. Bagian itu sudah hancur tak berbentuk."Jonathan terdiam. Dia mengangguk paham, sorot matanya menunjukkan rasa hormat sekaligus keprihatinan yang mendalam."Aku antar, Tuan Muda," ucap Jonathan tegas, mengambil kunci mobil dar

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Sadap Ponsel Amanda

    Jonathan terdiam sejenak, wajahnya yang biasanya tenang kini memancarkan kegelisahan yang nyata."Tuan Muda, Anda tahu sendiri bagaimana Paman Julian," Jonathan memulai dengan suara rendah, hampir berbisik. "Aturan adalah aturan. Di Veleno, melompati wewenang pusat adalah dosa besar. Tidak ada yang boleh melanggar jika masih ingin menghirup udara esok hari. Paman Julian menganggap privasi keluarga sebagai hal sakral yang tidak boleh diusik tanpa alasan yang mutlak."Aku menyandarkan punggungku ke bantal rumah sakit, menatap langit-langit ruangan dengan tatapan kosong namun tajam. Rasa sakit di dadaku akibat pengkhianatan Amanda jauh lebih perih daripada luka fisik yang sedang dibalut perban ini. Harga diri? Julian mungkin akan kecewa melihat keponakannya dikhianati, tapi aku jauh lebih kecewa pada diriku sendiri karena telah memelihara ular di dalam rumah."Lakukan saja, Jo," kataku dengan nada final yang tidak menerima bantahan. "Sadap ponsel Amanda sekarang juga. Jika Paman Julian m

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Menyadap Ponsel Amanda

    Aku melirik layarnya. Nama Jonathan berkedip di sana. Di samping ranjang, Lydia sedang sibuk merapikan dress sutranya yang berantakan.Aku menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga.‘Ya, Jo?’ kataku dingin.‘Tuan Muda, maaf mengganggu waktu Anda,’ suara bariton Jonathan terdengar di seberang sana, formal dan penuh hormat seperti biasa. ‘Saya sudah berada di rumah sakit. Jika Anda mengizinkan, saya ingin menjenguk dan berbicara beberapa hal secara langsung.:Aku melirik Lydia yang kini sedang mengancingkan bagian belakang pakaiannya sambil sesekali mencuri pandang ke arahku dengan tatapan memuja sekaligus lapar.‘Aku tunggu!’ jawabku singkat sebelum memutus panggilan.Lydia menoleh, alisnya bertaut. "Ada apa, Rey? Ada tamu lagi? Siapa sekarang?"Aku bangkit, merapikan baju pasienku dengan gerakan tenang, tidak memedulikan rasa perih di luka jahatku yang seolah berteriak protes akibat aktivitas panas tadi. Aku menatap Lydia tajam, membuat wanita itu sedikit tersentak."Ma

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Ranjang Rumah Sakit Yang Panas

    Bau parfum floral yang menyengat dari tubuh Lydia menyerang indra penciumanku, berusaha menggantikan aroma sabun bergamot milik Amanda yang masih membekas di ingatanku."Terasa lebih enak, Rey?" bisik Lydia. Suaranya rendah, serak, dan penuh undangan.Aku memejamkan mata, tapi bukan karena menikmati pijatannya. Aku sedang memanggil kembali setiap detak suara dari rekaman semalam. Suara desahan Amanda, tawa mengejek Livia, dan kalimat laknat itu: "...Rey juga lagi sakit, dia nggak bisa gituan. Aku udah gatel banget."Gatel, ya?Kemarahan yang mendidih di dalam dadaku kini menjalar ke seluruh saraf. Luka di wajah dan dadaku memang masih berdenyut nyeri, tapi adrenalin Veleno yang mengalir di nadiku jauh lebih kuat. Amanda pikir aku sudah patah? Dia pikir suaminya ini sudah menjadi seonggok daging tak berguna hanya karena beberapa jahitan?"Ma..." panggilku, suaraku kini lebih berat, dalam, dan penuh ancaman."Ya, Sayang?" Lydia mencondongkan tubuhnya. Dress sutra tipis yang dia kenakan

  • Hasrat Terlarang: Gairah Tersembunyi Istriku   Pijatan Lydia

    Dengan tangan sedikit gemetar, bukan karena takut, tapi karena amarah yang kutahan, aku membukanya.Video itu menampilkan lobi apartemen Skyline Residence. Aku melihat Amanda dan Livia melangkah masuk dengan santai, mengobrol seolah mereka hanya ingin minum teh sore. Sepuluh menit kemudian, rekaman beralih ke koridor. Mereka berdua masuk ke unit Livia.Hanya mereka berdua. Tidak ada sosok pria.Aku mengerutkan dahi. Nggak ada suami Livia? Jadi mereka main berdua doang? Tapi semalam mereka membicarakan itu dengan jelas kalau mereka main bertiga.Aku mengirim pesan lagi kepada Jonathan.‘Jo, cek lebih teliti. Cek rekaman satu jam sebelum mereka sampai atau kapanpun itu sampai ada rekaman sosok pria yang masuk ke unit itu.’Aku meletakkan ponsel di dada, menatap plafon kamar rumah sakit yang putih pucat. Kegelapan malam ini terasa begitu menyesakkan. Amanda, wanita yang kupikir adalah pelabuhan terakhirku, ternyata hanyalah badai yang menghancurkan segalanya.Sepuluh menit kemudian, pons

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status