Share

Bab 9

Author: dessy C
last update Last Updated: 2025-09-22 10:35:16

[BERITA ONLINE--HEADLINE]

Renand Xavier, CEO muda pewaris Xavier Crop, tertangkap kamera sedang berciuman dengan wanita misteius dalam ruangan gedung kantor. Indentitas wanita tersebut belum terungkap. Netizen berspekulasi kalau wanita tersebut karyawan internal, model bahkan ada yang beranggapan itu orang terdekat sang CEO. Skandal ini sontak menggemparkan dunia bisnis dan sosialita, mengingat Renand Xavier terkenal sebagai pria dingin dan tak pernah terekspos dalam hubungan asmaranya.

Sebuah poto di tampilkan dengan jelas meskipun wajah keduanya di buramkan. Nampak Renand memegang pinggang gadis di poto tersebut dan bibir mereka saling bersentuhan.

Renand mematikan televisi dengan remotenya, lalu bersandar santai di kursinya.

"Bagus, Ren. Sekarang kamu jadi selebriti," ujar Leo. "Siapa wanita itu? Kenapa aku gak tahu kalau kamu punya pacar?"

"Memangnya aku harua selalu melapor padamu?" balas Renand

Leo melempar pandangan tak suka saat mendengar jawaban Renand.

"Tapi wamita di poto itu begitu Familiar, dimana ya, aku pernah melihatnya?" Leo menempelken telunjuk nya ke bibirnya sambil memingat. "Meskipun wajah nya di blur tapi aku seperti mengenalnya,"

Renand tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.

"Dia... Bella, kan?" ujar Leo setengah berteriak, menatap curiga Renand. "Jadi benar kalau dia Bella?" saat melihat reaksi Renand yang hanya diam menatap Leo.

"Pelan kan suaramu," kata Renand

"Waahhh... ini bisa menggemparkan kalau sampai media tahu wanita di berita itu adalah Bella anak pebisnis legendaris Arman Xavier sekaligus paman dari Renand Xavier." Leo gelisah sendiri dengan kata-katanya sendiri.

"Berisik kau, Leo,"

"Kalau sampai ada orang yang tahu dan menyebarkan berita ini, bisa jadi skandal, bro!"

"Makanya kamu harus gerak cepat, cari tahu siapa yang menyebarkan berita itu dan bungkam semua media. aku takut berita itu berdampak pada Bella dan perusahaan Om Arman."

"Perusahaan mu juga pasti kena dampaknya,"Leo menambahkan. "Sekarang aku mau tahu dulu, sejak kapan kamu menjalin hubungan dengan Bella? setahu ku dia sudah bertunangan dengan Han. Jangan bilang kamu merebutnya dari Han?"

"Pria hidung belang itu tidak cocok buat Bella,"

"Pantas saja kamu menyuruhku buat menyelidiki kekuarga si Han. Ternyata buat merebut Bella?"

"Aku gak selicik itu, Leo. Pri sialan itu ketahuan selingkuh sama teman Bella sendiri. Makanya aku ada kesempatan buat masuk kedalam celah hubungan mereka."

Leo berdecak lalu menggeleng-gelengjan kepalanya.

"Kamu ini seperti gak ada wanita lain saja. Yang mau jadi pacar kamu banyak, Ren."

"Tapi aku cuma mau Bella, Leo."

Leo hanya mendesah, tak bisa berkata-kata lagi. Dia tahu kalau Renand memang meyimpan lerasaan terhadap Bella meskipun Renan tidak berkata padanya tapi sebagai sesama pria dia tahu tatapan mata Renand terhadap Bella adalah tatapan orang yang sedang jatuh cinta.

Sementara itu, Di kantor. Bella yang mengetahui berita tersebut dari artikel di ponselnya mulai merasa gelisah. Karena dia tahu betul yang berada di poto tersebut adalah dirinya dan Renand saat Renand datang menjeputnya ke kantor kemarin. Ia tak menyangka ada yang memotret ia dan Renand saat itu.

"Berita yang sangat mengesankan, "Han datang menghampiri Bella di ruangannya. "Sayang nya wajah cantikmu di buat buram."

"Jadi kamu yang menyebar gosip murahan itu?" Bella langsung menuduh.

"Itu bukan gosip tapi kebenaran. Sejak kapan kamu berhubungan dengan nya?" Han menaikan nada suaranya.

Bella diam, ia bingung harus menjelaskan bagaimana kepada Han. Dan rasanya malas juga buat nya untuk menjelaskannya.

"Jangan-jangan sudah lama kalian berhubungan?"

Angin di balkon itu bertiup lembut membuat helai rambut panjang Bella berterbangan.

"Bersembunyi di balik kata saudara sepupu, ternyata kalian menjalin asmara," sinis Han, ia terus memprovokasi tak terima dengan reaksi Bella yang diam tenang. "Jadi.... yang duluan berkhianat siapa? Mulai sekarang jangan melempar kesalahan kepadaku? Jika kamu ingin pernikahan kita batal maka alasan nya adalah kamu selingkuh dengan Renand, sepupu mu sendiri."

Bella masih saja diam, karena apa yang perlu dia sangkal? mengatakan ia tidak ada hubungan dengan Renand tapi nyata nya mereka pernah tidur bersama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 49

    Tubuh Bella terasa berat. Pandangannya kabur, langkahnya limbung di lorong gelap rumah Martin. Keringat dingin bercampur panas aneh dari dalam tubuhnya. Suara detak jantungnya sendiri terdengar seperti palu di telinga.“Apa… yang dia lakukan padaku…” bisiknya.Dari balik bayangan lorong, seseorang muncul, wajahnya samar di bawah cahaya redup. Sosok itu terkejut melihat Bella yang nyaris terjatuh. Ia cepat menahan tubuh Bella sebelum membentur lantai.“Bella? Hei! Kamu kenapa?”Bella hanya menggigit bibir, berusaha menahan tubuhnya yang bergetar hebat. “Han… dia… sesuatu di minumanku…”Renand terdiam. Tatapan matanya berubah dingin. Ia menggendong Bella ke kamar kosong di ujung lorong, membaringkannya perlahan.“Tenang. Aku di sini.”Bella berusaha menahan kesadarannya yang mulai kabur. “Jangan… jangan biarkan dia mendekat lagi…”Renand mengangguk, lalu menatap ke arah pintu dengan rahang menegang."Renand, tolong aku!" Bella merengek, bangkit dengan pakaian tidur yang sedikit terbuka,

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 48

    Setelah pertungan Renand, perasaan Bella semakin kacau ia merasa kini tak ada lagi yang bisa ia harapkan. Hidupnya benar-benar hampa, dan selalu mendapat pengkhianatan. Bella merenung di kamarnya, karena hanya itu yang bisa ia lakukan. Sampai akhirnya ia tak tahan lagi menjadintawanan keluarga Martin."Aku ingin kita pindah, Han," kata Bella pada Han, saat Han baru saja keluar dari kamar mandi."Pindah bagaimana maksudnya?""Kalau kamu masih mau pernikahan ini sampai satu tahun, kita pindah ke rumah orang tua ku.""Tapi, Ayah tidak akan setuju.""Kalau kamu tidak mau, kita bercerai saja,""Bella," Han tidak mau bercerai, meskipun perjanjian pernikahan hanya satu tahun tapi Han tidak akan pernah menceraikan Bella apapun yang terjadi. "Nanti aku bicarakan dulu dengan orang tuaku, ya?""Aku tunggu jwabanmu secepatnya.""Baiklah," Han mengambil segelas air di nakas, dan saat Bella kembali menatap ke luar jendela Han memasukan sebuah serbuk ke dalam minuman Bella, lalu berjalan menghampir

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 47

    Hari pertunangan itu berlangsung megah di kediaman keluarga Han. Taman belakang disulap menjadi tempat pesta, dihiasi bunga putih dan lampu-lampu gantung yang berkilau seperti bintang. Musik lembut mengalun, tamu-tamu berbusana elegan saling bertukar senyum, membicarakan betapa serasinya pasangan yang sedang dirayakan hari itu, Renand Wijantara dan Amanda Daraswita.Amanda tampak cantik dalam gaun krem muda, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Namun di sampingnya, Renand berdiri dengan ekspresi datar. Tatapannya dingin, terlalu kaku untuk disebut bahagia. Sesekali, matanya mencari ke sekeliling ruangan… dan berhenti pada satu sosok di kejauhan.Bella.Ia berdiri di sudut taman, mengenakan dress hitam sederhana, rambutnya dibiarkan tergerai. Senyum tipis yang dipaksakan tak mampu menyembunyikan matanya yang kosong. Sejak awal acara, Bella menghindari kontak mata dengan siapa pun, apalagi dengan Renand.Namun tatapan itu… tatapan yang sama penuh kerinduan dan luka yang terus mengikut

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 46

    Kabar itu menyebar secepat kilat, jauh melebihi dugaan Bella.Renand Wijantara, pria yang dulu memohon padanya untuk bertahan, kini resmi mengumumkan pertunangannya dengan Amanda, sepupu Han. Pengumuman itu disiarkan langsung di televisi, disaksikan oleh seluruh keluarga yang terpaku di depan layar. Bella membeku di kursinya, jemarinya mencengkeram erat cangkir kopi, seolah mencari kekuatan.Han, dari ujung meja makan, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Kabar bahagia, bukan?" ujarnya datar, sambil mengaduk teh.Bella membisu, matanya terpaku pada Renand di layar. Pria itu tersenyum kaku di samping Amanda, tangan mereka bertautan di depan kamera.Han menyandarkan tubuh, tatapannya menusuk. "Tidak ingin memberi selamat?"Bella mendengus pelan. "Untuk apa?""Untuk pria yang dulu kau bela mati-matian." Han mendekat, suaranya tajam namun rendah. "Setidaknya kau bisa tenang sekarang. Dia sudah memiliki calon istri yang jelas."Bella menoleh cepat. "Berhenti bicara seperti itu

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   bab 45

    Suara ketukan pintu terdengar pelan tapi berulang—ritmis, penuh kesengajaan. Han yang sedang menatap layar laptopnya langsung menegakkan tubuh. Ia tidak sedang menunggu siapa pun.“Masuk,” katanya datar, tanpa mengalihkan pandangan.Pintu terbuka. Aroma parfum manis yang pernah ia kenal memenuhi ruangan. Han terdiam.“Sudah lama, ya,” suara itu lembut, tapi menusuk seperti belati.Han mendongak perlahan. “Fanya.”Perempuan itu tersenyum miring. Ia menutup pintu dan berjalan santai mendekat, tumit sepatunya menimbulkan suara kecil di lantai marmer. “Kamu kelihatan kaget. Padahal aku cuma ingin ngobrol.”“Ngobrol?” Han mendengus. “Kalau kamu datang buat main-main lagi, keluar saja.”“Main-main?” Fanya tertawa pendek, matanya berkilat. “Lucu sekali kamu ngomong begitu. Padahal dulu kamu yang paling suka main dengan aku.”“Sudah cukup.” Han menekan meja dengan telapak tangannya. “Kita selesai waktu itu. Jangan buat masalah lagi.”Fanya mengangkat alis, senyumnya tidak hilang. “Kamu yakin

  • Hasrat Terlarang Sepupu Tampan   Bab 44

    Siang itu rumah keluarga Han terasa lengang. Semua orang pergi bekerja, Han, kedua orang tuanya, bahkan Amanda yang biasanya sibuk di rumah pun ikut keluar untuk menghadiri rapat bisnis. Hanya para pelayan yang lalu-lalang dengan langkah hati-hati, takut membuat kegaduhan di rumah yang kini terasa terlalu besar dan terlalu sunyi.Namun, di antara kesunyian itu, suara mobil berhenti di depan gerbang.Renand turun dari mobil dengan langkah pasti. Wajahnya tegang, matanya gelap. Sejak kejadian makan malam itu, Bella terus menghindar darinya, tidak membalas pesan, tidak menjawab telepon, bahkan menghilang setiap kali mereka berada di tempat yang sama.Hari ini, ia tidak ingin menunggu lagi. Ia harus tahu alasannya.“Selamat siang, Pak,” sapa salah satu pelayan gugup ketika Renand melangkah masuk tanpa banyak bicara. “Nyonya muda sedang di taman belakang.”Renand hanya mengangguk, lalu terus berjalan melewati lorong panjang menuju taman. Setiap langkahnya berat, seolah membawa beban yang m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status