แชร์

Kecemburuan Rama

ผู้เขียน: Semarapilu
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-24 14:57:49

"Ini, Bun. Cukup untuk bunda beli ponsel baru." ucap Anna menyerahkan lembaran merah untuk bunda nya.

"Terima kasih anakku semoga rejeki mu bertambah banyak," 

Anna hanya terdiam merasa uang yang dia cari seperti hilang begitu saja, dia bahkan belum pernah membeli barang yang dia inginkan. Sering kali hanya untuk kebutuhan keluarga nya.

Ting!

Suara notifikasi dari aplikasi yang di tunggu akhirnya muncul juga....

"Bisakah datang ke hotel nanti malam?" pesan dari seseorang yang dia tidak tahu wujud nya nanti seperti apa. Menggunakan nama samaran dan profil nya pun tidak jelas.

"Boleh, Mas. Nanti kirimkan saja alamat hotel nya ya," balas Anna.

Tak sabar Anna menunggu jam pulang untuk segera menuju hotel, jika tidak ia lakukan maka ia tidak bisa menyisihkan uangnya.

Terkait Rama, Anna memikirkan mengapa terkadang dia benar-benar hilang komunikasi. Tapi di saat akan menemui pelanggan, hal itu cukup membantu.

***

Tok! Tok! Tok!

Laki-laki berbadan berisi, kulit putih dan wajah ganteng yang membuka pintu. Kulit Anna saja kalah putih nya dengan pria ini.

"Oke cherry aku suka tampilan mu, ayo kita lihat kemampuan mu. Kalau kamu bisa memu4skanku, aku akan menjadi langganan tetapmu." tantang pria itu yang sudah menyiapkan bayaran Anna di meja.

Laki-laki itu sudah tidak mengenakan sehelai pakaian pun. Dia juga meminta Anna mencopot pakaian nya, mengamati dari jarak dekat dan mengendus aroma tubuh Anna.

"Ahhh wangi nya aku suka, ini bulat sekali masih bagus bentuk nya." ujar nya tanpa basa-basi merem*as bagian sensitif Anna dengan sangat kuat.

Menyesap bagian itu bak bayi yang kehausan, membuat Anna mengeluarkan d*sahan nya. 

"Ini dia sayang yang aku tunggu, gil4 kamu sempurna sekali." kec*pan nya mulai turun ke bawah.

"Bawahmu saja wangi." pria itu seperti kecanduan pada tubuh Anna.

Mulai turun ke bawah hingga meregangkan kedua paha Anna agar kepalanya bisa turun diantara pangkal paha itu. Bagian sensitif Anna terasa geli di koyak habis olehnya.

"Sayang jangan di tahan bisa?" pinta nya namun tak juga berhenti mengoyak habis dengan lidah.

"Aku ingin meminum cairan itu." dia merengek memohon sesuatu yang sulit pikir Anna. Tapi ternyata Anna salah, tanpa dia sadari dia benar-benar menikmati permainan itu.

Naik turun dengan cepat, secepat degup jantung Anna menahan agar dia tidak hanyut dalam permainan. Sesekali Anna menjambak rambut pria di depan nya itu, menjambak mendorong nya lebih kuat. Sangat kuat sampai tubuh nya mendayu mengikuti gerakan lidah itu. 

"Aaaaarkhhhh.." suara s*ksi Anna terdengar lirih tetapi menggoda.

"Enak bukan? Sekarang giliran mu..." 

Anna memasukan lolipop itu ke dalam mulut nya. Mengayun naik dan turun, di ulang nya beberapa kali dan akhirnya air mancur itu membasahi mulut Anna.

"Mas, kok sudah selesai?" tanya Anna.

"Aku tidak perlu memasukan nya, begini saja sudah cukup untuk awalan. Jaga lah milikmu, lain waktu aku akan melakukan lebih asik dari pada hari ini," ucapnya.

Anna tersenyum kecil dan beranjak untuk membersihkan diri. 

"Ini milikmu." tunjuk nya ke uang yang ada di atas meja.

"Terima kasih banyak, Mas. Aku pamit pulang dulu,"

"Tunggu dulu, aku masih ingin tahu banyak tentang mu. Berikan aku setengah jam untuk mengobrol, aku akan berikan bonus." tawar pria itu.

Sejauh ini semua pria baru yang Anna temui begitu mudah membuang uang. Semua nya mereka ukur dengan uang.

Anna menyetujui untuk menambah waktu dengan nya.

"Aku Dewa, mungkin tidak penting untukmu tahu namaku. Pelanggan mu pasti banyak dan kamu akan lupa," Dewa mengernyit.

"Tidak, aku mengingat semua nya. Mulai dari wajah nya sampai dengan nama nya," 

"Kalau permainan nya apakah ingat juga?" pria itu menggoda Anna.

Dewa, adalah seorang pengacara yang cukup banyak menangani kasus di kota Anna. Banyak orang mengenal nya, meskipun Anna baru melihat nya hari itu.

Setelah waktu nya habis Anna berpamitan untuk pulang meninggalkan nya di kamar hotel itu.

Pikiran nakal Anna mulai keluar, dia mulai menganggap mudah mencari uang. Meskipun kata hati nya sering menolak tapi tidak di pungkiri dia bahagia saat menerima bayaran atas apa yang dia lakukan.

"Senang sekali seperti nya hari ini?" pesan berisi sindirian dari Rama. 

"Maksud kamu apa?" Anna merasa aneh dengan pertanyaan yang di berikan Rama.

"Aku tahu segala nya yang kamu anggap tidak tahu," 

Pesan terakhir itu tidak mendapatkan balasan apa-apa dari Anna. Menjengkelkan bukan, ketika seseorang merasa mampu membeli diri kita dengan uang maka dia dapat mengatur segala hal.

***

Beberapa hari berlalu begitu cepat, selepas bekerja Anna berniat menghabiskan waktu nya di kafe untuk melepas penat. 

"Kamu sengaja membohongi ku? Untuk tahu respon ku?" tiba-tiba saja Rama muncul di depan kafe saat Anna memarkirkan kendaraan nya.

"Lepasin, Mas! Kamu ini pergi dan datang semaumu saja. Ngatur-ngatur hidup ku semaumu," bentak Anna.

"Ikut aku. Rama memaksa Anna untuk masuk ke dalam mobil, karena Anna tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang di sana akhirnya Anna mengikuti kemauan Rama.

Di perjalanan tidak ada satu pun yang bicara. 

Anna juga tidak menanyakan akan di bawa kemana, dia hanya diam saja sambil mengerutkan alis nya. Hingga tiba di suatu apartemen.

Sampai di sana Anna masih tidak bertanya apapun. Mengikuti langkah kaki Rama menuju lantai 10 dan kamar paling ujung. 

"Bilang saja jika ingin mengajak ku ke apartemen, kenapa harus marah-marah," batin Anna.

Pintu apartemen di buka....

Barang-barang di sana sudah lengkap, hingga semua makanan sudah di sediakan.

"Aku sudah katakan padamu untuk tidak mencari pelanggan. Kenapa masih di lakukan? Kamu pikir aku bercanda!" tegasnya.

"Kemarin bunda ku meminta ponsel baru, jika aku pakai uangmu maka tabunganku akan berkurang jadi aku mencoba mencari pelanggan," 

"Kamu bisa minta lagi ke aku berapapun itu aku akan berikan." ucap nya tegas namun tubuh nya melangkah maju mendekat ke Anna. 

Semakin dia meminta penjelasan semakin tubuh nya maju ke depan. Anna sempat takut di melakukan hal kasar.

"Hanya aku yang boleh menikmati tubuhmu. Paham?!" tangan nya mulai memegang erat kedua tangan Anna yang di angkat menempel pada tembok.

"Ah" 

"Aku marah karena tubuhmu bekas orang lain." bibir nya mulai mengecup di banyak bagian hingga berbekas.

"Kamu menikmati permainanmu kemarin? Aku akan buatmu kewalahan hari ini," 

Mengecup seluruh titik di tubuh Anna, memainkan nya dengan lidah. Anna mengerang kesakitan tapi nikmat, semakin membuat Rama bergairah.

"Katakan ampun tidak akan mengulang nya lagi." ucap Rama yang masih berada di bawah.

"Ahh, Mas!!" 

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Hasrat Terlarang: Terpaksa Jadi Pemuas   Kebohongan yang Terungkap

    "Mas, kamu di mana? Kita harus bicara."Anna membaca pesan itu sekilas dan menghela napas panjang. "Sudah cukup, Mas. Aku nggak butuh jawaban lagi. Aku tahu semua ini cuma kebohongan."Anna bangkit dari duduknya, meraih tasnya."Kita sudahi saja ini," suaranya terdengar tegas.Rama terkejut, langsung berdiri dan menahan lengannya. "Jangan gini, Anna. Aku mencintaimu."Anna menatapnya tajam, ada air mata yang tertahan di sudut matanya. "Cinta? Cinta yang penuh kebohongan?""Aku akan menyelesaikan semuanya," Rama berkata dengan nada putus asa."Terlambat," jawab Anna. "Seharusnya kamu menyelesaikan pernikahanmu sebelum mendekatiku. Hal ini pernah kita bicarakan sebelumnya, katamu sudah cerai dengan Fee setelah anak itu lahir. Kenyataannya tidak demikian bukan?"Rama terlihat semakin frustrasi. Dia meraih ponselnya, menekan nomor Fee, lalu menempelkan ponsel ke telinganya. Anna menatapnya tidak percaya.Saat panggilan tersambung, Rama berbicara dengan suara dingin. "Fee, aku ingin kita b

  • Hasrat Terlarang: Terpaksa Jadi Pemuas   Rahasia yang Terancam Terbongkar

    Anna yang masih terpaku di balik meja kasir sampai tidak sadar bahwa Welly telah menyelesaikan pesanannya.Setelah memesan dan membungkus beberapa cookies, Welly berjalan menuju meja di bagian belakang toko, memilih duduk dengan santai. Duduknya menghadap ke luar, seolah dia siap menerima Anna yang akan datang kepadanya.Tanpa menunggu lebih lama, Anna menghampirinya. Namun, sebelum dia sempat membuka suara, Welly sudah lebih dulu berbicara.“Kamu tahu kan, pria yang bersamamu kemarin itu sudah beristri?” katanya dengan nada datar, tapi penuh arti. "Dan yang di depan itu istrinya, hijab warna pink." tambahnya lagi.Anna terdiam sejenak, mencoba menampilkan ekspresi setenang mungkin. “Mereka sudah bercerai.”Welly mengangkat alisnya, ekspresinya tidak menunjukkan kepercayaan penuh. “Benarkah? Aku kurang yakin. Fee tidak pernah bercerita tentang perceraian. Aku akan menanyakannya sendiri.”"Untuk apa mencampuri urusanku? Lagipula wanita itu tidak tahu keberadaanku!" cegah Anna sebelum W

  • Hasrat Terlarang: Terpaksa Jadi Pemuas   Terbelenggu

    "Saya salah satu klient—kantor Anna," dengan cepat pria itu menjawab. Hampir saja menimbulkan kecurigaan pada Rama."Iya betul, Sayang. Klient kantorku," ucap Anna pada Rama, dia segera mengambil kue yang sudah di pilih oleh pria di depannya.Saat Anna kembali ke pantry untuk melihat proses pembuatan kue lainnya, tiba-tiba Rama mengikuti...."Siapa sebenarnya dia?""Dia mana? Klientku tadi?" jawab Anna tanpa menoleh ke arah Rama."Ya, jelaskan padaku yang sebenarnya. Klient kantormu atau bekas klientmu lainnya?""Aku tidak mau berdebat denganmu disaat seperti ini, Mas. Sudahlah kalau kamu ingin memperpanjang masalah ini aku akan memilih diam!" cetus Anna kembali ke luar duduk bersama teman-temannya.Rama menatap kepergian pria itu dengan sorot mata penuh kebencian, pria itu juga seperti meledek Rama dan Anna. Senyum yang terpancar di wajahnya penuh celaan."Kenapa bisa kebetulan seperti ini, kenapa Mas Welly harus datang?" batin Anna, nama Welly jika kalian masih ingat dia adalah pela

  • Hasrat Terlarang: Terpaksa Jadi Pemuas   Buka

    Rama terkekeh geli. “Dari mana kamu bisa simpulkan bahwa pria yang jarang pulang itu berselingkuh. Apa dari sosial media yang sering kamu lihat itu?”Fee mengerucutkan bibirnya, sambil mengusap air mata yang sudah jatuh di pipinya.“Jadi itu tidak benar? Tapi ciri-ciri yang di sebutkan tepat seperti kamu, jarang pulang, sering sibuk dengan kehidupannya sendiri, emm… bahkan aku juga tidak pernah melihat ponselmu!”“Apa aku terlihat bisa hidup tanpamu? Kita sudah pacaran sejak sekolah, aku mengenal kamu lebih dari sepuluh tahun. Begitu juga dengan kamu, kamu juga tahu apa kegiatanku, hobiku?!” jelas Rama dengan nada sangat lembut.Fee merasa bersalah dengan tuduhannya pada Rama, dia memeluk Rama dengan hasr4t yang tidak terbendung lagi. Belum juga nifasnya selesai tapi dia merasa sudah tidak bisa di tahan lagi.“Mas, kamu malam ini tidur di sini kan? Nggak di rumah satunya lagi? Nggak di pabrik kan?” tanya Fee dengan nada menggoda.“Ya, aku sudah rindu padamu… ” Rama meng3cup pundak Fee

  • Hasrat Terlarang: Terpaksa Jadi Pemuas   Toko Kue

    Suara lembut terdengar dari sebrang sana “Halo, maaf ganggu waktunya. Aku hanya ingin tahu apakah pekerjaanmu masih banyak?”“Masih, memangnya ada apa?” Rama terdengar sedikit terbata-bata saat menjawab.“Oh baiklah, maaf mengganggu waktumu. Aku hanya ingin tahu saja,” Fee mematikan teleponnya tanpa berkata apa-apa lagi.Anna semakin yakin dengan ucapan Rama bahwa mereka sudah bercerai. Karena obrolan mereka di telepon tidak seperti pasangan suami istri.“Sudah dengar kan?” ucap Rama sembari menge-cup kening Anna. Mereka melanjutkan istirahat agar keesokan harinya bisa beraktifitas kembali.**Saat mata Anna masih sayup terbuka, dia mer4ba-r4ba ranjangnya, ternyata Rama sudah tidak ada di sana. Entah kapan pria itu pergi meninggalkan Anna sendirian.“Br3ngsek sekali kamu, Mas. Pergi begitu saja tanpa pamit!” gerutu Anna saat bangun dari tempat tidur.Dia mencoba menghubungi Rama namun tidak ada jawaban sama sekali, akhirnya dia memutuskan untuk tetap berangkat ke kantor sendiri memb

  • Hasrat Terlarang: Terpaksa Jadi Pemuas   Brownies Manisku

    "Hey sayang kenapa kamu menangis, sudah tidak masalah nanti kalau memang kamu perlu motor aku bisa belikan lagi," ucap Rama dengan mudahnya.Seseorang yang belum pernah mengalami menjadi generasi sandwich tidak akan pernah mengerti apa yang di rasakan Anna."Bukan seperti itu. Semua barang yang aku beli sudah habis terjual untuk keluargaku, bahkan aku kira semuanya sudah lebih dari cukup,"“Aku tidak meminta terlahir sebagai generasi sandwich, tapi aku juga tidak bisa menghindarinya. Kadang kala aku membenci diriku, kadang kala aku menyalahkan orang tuaku. Kenapa mereka memerahku seperti sapi? Maaf, aku hanya manusia biasa yang bisa kapan saja lelah. Bisa kapan saja mengeluh dan bisa kapan saja menangis. Peluk aku, aku butuh sebuah pelukan hangat yang dapat menenangkanku dan dapat mengatakan bahwa aku hebat! Aku dapat melalui semua ini hingga selesai,”Rama menepikan mobilnya, memberikan pelukan hangat pada Anna. Mengelus kepalanya dengan lembut, lalu berkata ;“Kamu tahu apa yang mem

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status