Anna yang merupakan tulang punggung keluarga nya harus mengambil jalan singkat agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Meskipun status nya juga sebagai karyawan pada suatu perusahaan, namun pendapatan nya tidak cukup untuk membiayai seluruh keluarga nya. Hingga dia bertemu dengan Rama salah satu pelanggan nya, ternyata Rama mengubah hidup Anna. Apakah Rama akan mengubah hidup nya menjadi lebih baik atau justru Rama semakin membuat hidup nya terpuruk? Kisah pilu Anna tersirat banyak pesan di dalam nya.
View More“Kamu sudah dapat uang tambahan untuk berobat ayahmu, Na?” tanya ibunda Anna Pradeepa.
“Belum, Bun. Aku sudah ambil tambahan pekerjaan di resto usai jam kantor, ini bayaran nya dalam satu hari,” jawab Anna mengulungkan satu lembar uang berwarna merah dari dalam tas nya.
“Sebenarnya kurang tapi tidak apa-apa bisa buat tambahan bunda belanja,”
.
Kehidupan keluarga mereka terjun payung semenjak ayah Anna sakit. Dia menjadi tulang punggung yang harus membiayai pengobatan ayahnya juga membiayai sekolah 3 orang adik laki-lakinya. Sedangkan bundanya hanya ibu rumah tangga selama ini.
Anna meneteskan air mata selama perjalanan ke kantor menggunakan motor matic hasil kerja kerasnya. Hari ini dia hanya mengantongi sepuluh ribu saja untuk mengisi bensin motor itu.
“Dor! Pagi-pagi kok lesu sekali sih Ann," ucap Dinda gadis rumahan yang selalu ceria. Dia adalah salah satu teman dekat Anna di kantor.
“Biasa lah, aku pusing kemana lagi harus cari uang.” jawab Anna lemas di sertai cacing dalam perut nya yang sudah demo.
“Kamu belum sarapan ya, aku bawa bekal lebih ayo sarapan dulu sebentar,” goda Dinda.
Mereka berdua sarapan di ruang makan khusus karyawan yang cukup besar. Selain desain nya yang keren, kantor startup tempat mereka bekerja juga fleksibel.
Saat tengah asik makan sembari bercanda, lewat di depan mereka seorang wanita berbadan lencir nan cantik yang akan sarapan di kursi belakang paling ujung. Spontan mereka berdua saling lirik, yang mana satu sama lain mengerti arti dari lirikan itu.
“Itu anak baru yang ada di divisi penjualan kan?” tanya Anna saat jalan menuju ruangan setelah sarapan.
“Iya, kasihan lho dia?! Gosip nya sih dia cewek bayaran gitu bisa pesan dari aplikasi apalah namanya aku lupa,” jawab Dinda.
Jawaban Dinda membuat Anna penasaran, pikiran buntu nya muncul untuk mencoba menjajakan dirinya lewat aplikasi yang di maksud Dinda itu.
"Aplikasi apa sih?"
“Mana aku tahu, ih. Aplikasi nya warna kuning kata teman-teman yang lain,” jawab Dinda.
Percakapan mereka berhenti di situ, Anna tidak mau membuat Dinda curiga tentang rencana buruk yang ada di otaknya. Mereka pun lanjut bekerja hingga menunggu waktu pulang tiba…
***
“Daaa, sampai ketemu besok Senin.” teriak Dinda meninggalkan kantor tepat pukul 5 sore. Sedangkan Anna harus melanjutkan perjalanannya menuju resto untuk bekerja.
Sesampainya di resto Anna mengganti kemeja kantornya dengan kemeja hitam, serta menggunakan apron atau lebih di kenal dengan sebutan celemek. Lanjut membasuh wajahnya yang terlihat lelah lalu memoles kembali dengan riasan tipis.
Pekerjaan sampingannya sebagai waitress mengharuskan Anna berdiri 8 jam lamanya. Anna sedang memikirkan niat buruk itu berkali-kali apakah dia yakin akan terjun ke dunia hitam itu atau tidak.
“Eh Anna, itu ada tamu yang manggil tuh," ucap salah satu senior waitress di resto itu.
Anna berjalan menghampiri tamu tersebut, belum sempat menanyakan apa yang dia butuhkan dirinya justru kena semprot. “Lama sekali makanan saya keluar!! Cepat bawa ke sini saya lapar!!”
“Maaf, Pak. Saya bantu cek pesanan nya dulu,” jawab Anna yang lekas meninggalkan tamu tersebut.
Setelah di konfirmasi dan ditunggu beberapa saat pesanan yang sudah siap itu di antarkan oleh Anna ke meja tamu. “Permisi ini makanan nya, Pak. Silahkan.”
“Kamu anak baru ya, pantas saja lelet.” ucap nya sembari menyeruput sop yang baru saja datang.
.
Bukan nya membantu senior Anna ini justru sedang sibuk bermain ponsel secara sembunyi-sembunyi di balik tembok.
“Kak Andre, bukankah lebih baik jika membantu kami merapikan meja-meja tamu yang sudah selesai?!” pekik Anna.
“Cerewet sekali kamu. Apa guna nya resto ini membayar kamu sebagai pekerja tambahan kalau aku juga yang mengerjakan!” sahutnya dengan kata-kata pedas.
Anna tidak membalas lagi kata-kata itu dia memilih pergi berjaga di sudut lainnya. Hingga waktu sudah menunjukan pukul 02;00 dini hari waktu nya Anna pulang ke rumah. Rasa takut akan orang jahat di jalan kalah dengan rasa lelah nya seharian bekerja.
.
Anna bergegas mandi saat tiba di rumah, seisi rumah sudah tertidur lelap ketika dirinya baru saja pulang. Masuk lah dia ke kamar, membuka ponsel yang sedari tadi ada di dalam tas untuk memberi kabar ke pacar nya. Randy Pratama, seorang laki-laki yang cukup mapan dan sudah menjalanin hubungan dengan Anna kurang lebih 1 tahun.
Anna mengirimkan pesan ke Randy.
Anna: "Halo sayang, maaf aku baru sempat memberi kabar. Semoga perjalanan dinasmu akhir pekan ini menyenangkan,”
Ternyata pesan itu mendapat respon berupa telpon, saat di angkat. “Apa perlu bekerja hingga larut begini, aku kemarin sudah memberimu uang untuk membantu kebutuhan orang tuamu. Tidak habis pikir aku denganmu,” oceh Randy.
“Maafkan sayang uang itu sudah aku gunakan untuk biaya piknik adik. Kasihan kalau dia tidak ikut,” jawab Anna. Ternyata Randy memilih menutup telepon.
Semua kejadian yang Anna alami hari ini sungguh menyakitkan baginya. Hidup nya luluh lantak tak seperti dulu saat ayahnya masih sehat. Tekad bulat nya untuk menjadi wanita bayaran semakin besar, dengan niat dia ingin mengakhiri penderitaan tersebut. Akhirnya detik itu juga dia mencoba mencari tahu tentang aplikasi kencan dan memasarkan dirinya di sana.
.
“Cherry” adalah nama yang dia pilih sebagai nama samaran agar tidak ada yang mengenalinya. Menggunakan foto tanpa muka seperti yang dia lihat oleh kebanyakan wanita di aplikasi itu.
Dalam beberapa menit saja sudah banyak pria yang menawar bagai barang loak. Sampai di pilih lah satu pria berdasarkan kata hatinya. Anna segera mengatur janji untuk bertemu secepat mungkin, karena sudah hampir fajar Anna meminta pria itu untuk bertemu dengannya siang nanti.
Anna tertidur setelah membalas pesan dari aplikasi itu…
“Aku ada di hotel Raja kamar No.10 di lantai 1,” laki-laki itu mengirimkan alamat hotel.
Anna bingung apa yang harus dia lakukan sementara ini adalah pertama kalinya dia menjajakan diri. Degup jantungnya kencang sekali hingga akan menembus tubuh lencirnya.
.
.
Tok tok tok !!
Tangan Anna gemetar dan keluar keringat dingin dari pelipisnya saat berada di depan pintu, lalu terlihat pria dewasa membuka pintu, umur nya kisaran empat puluh tahun…
“Hai kamu Cherry ya, masuk masuk." Laki-laki itu membukakan pintu kamar lebar agar Anna segera masuk.
Anna duduk terdiam di pinggir kasur, dia bingung harus melakukan apa dan juga dia takut jika ternyata pria ini adalah orang jahat yang akan membunuh dirinya.
“Cantik banget, badan mu oke sekali." ucap laki-laki itu sembari memegang buah bulat Anna.
Saat laki-laki itu tersenyum lebar Anna sangat kaget melihat gigi nya yang begitu jorok seperti tidak pernah di sikat. Dirinya membayangkan jika harus menci*um mulut bau itu.
Entah mengapa pandangannya justru terfokus pada mulut pria itu, tapi bukankah sebagai seorang wanita bayaran dia tidak bisa memilih?!
"Mas, kamu di mana? Kita harus bicara."Anna membaca pesan itu sekilas dan menghela napas panjang. "Sudah cukup, Mas. Aku nggak butuh jawaban lagi. Aku tahu semua ini cuma kebohongan."Anna bangkit dari duduknya, meraih tasnya."Kita sudahi saja ini," suaranya terdengar tegas.Rama terkejut, langsung berdiri dan menahan lengannya. "Jangan gini, Anna. Aku mencintaimu."Anna menatapnya tajam, ada air mata yang tertahan di sudut matanya. "Cinta? Cinta yang penuh kebohongan?""Aku akan menyelesaikan semuanya," Rama berkata dengan nada putus asa."Terlambat," jawab Anna. "Seharusnya kamu menyelesaikan pernikahanmu sebelum mendekatiku. Hal ini pernah kita bicarakan sebelumnya, katamu sudah cerai dengan Fee setelah anak itu lahir. Kenyataannya tidak demikian bukan?"Rama terlihat semakin frustrasi. Dia meraih ponselnya, menekan nomor Fee, lalu menempelkan ponsel ke telinganya. Anna menatapnya tidak percaya.Saat panggilan tersambung, Rama berbicara dengan suara dingin. "Fee, aku ingin kita b
Anna yang masih terpaku di balik meja kasir sampai tidak sadar bahwa Welly telah menyelesaikan pesanannya.Setelah memesan dan membungkus beberapa cookies, Welly berjalan menuju meja di bagian belakang toko, memilih duduk dengan santai. Duduknya menghadap ke luar, seolah dia siap menerima Anna yang akan datang kepadanya.Tanpa menunggu lebih lama, Anna menghampirinya. Namun, sebelum dia sempat membuka suara, Welly sudah lebih dulu berbicara.“Kamu tahu kan, pria yang bersamamu kemarin itu sudah beristri?” katanya dengan nada datar, tapi penuh arti. "Dan yang di depan itu istrinya, hijab warna pink." tambahnya lagi.Anna terdiam sejenak, mencoba menampilkan ekspresi setenang mungkin. “Mereka sudah bercerai.”Welly mengangkat alisnya, ekspresinya tidak menunjukkan kepercayaan penuh. “Benarkah? Aku kurang yakin. Fee tidak pernah bercerita tentang perceraian. Aku akan menanyakannya sendiri.”"Untuk apa mencampuri urusanku? Lagipula wanita itu tidak tahu keberadaanku!" cegah Anna sebelum W
"Saya salah satu klient—kantor Anna," dengan cepat pria itu menjawab. Hampir saja menimbulkan kecurigaan pada Rama."Iya betul, Sayang. Klient kantorku," ucap Anna pada Rama, dia segera mengambil kue yang sudah di pilih oleh pria di depannya.Saat Anna kembali ke pantry untuk melihat proses pembuatan kue lainnya, tiba-tiba Rama mengikuti...."Siapa sebenarnya dia?""Dia mana? Klientku tadi?" jawab Anna tanpa menoleh ke arah Rama."Ya, jelaskan padaku yang sebenarnya. Klient kantormu atau bekas klientmu lainnya?""Aku tidak mau berdebat denganmu disaat seperti ini, Mas. Sudahlah kalau kamu ingin memperpanjang masalah ini aku akan memilih diam!" cetus Anna kembali ke luar duduk bersama teman-temannya.Rama menatap kepergian pria itu dengan sorot mata penuh kebencian, pria itu juga seperti meledek Rama dan Anna. Senyum yang terpancar di wajahnya penuh celaan."Kenapa bisa kebetulan seperti ini, kenapa Mas Welly harus datang?" batin Anna, nama Welly jika kalian masih ingat dia adalah pela
Rama terkekeh geli. “Dari mana kamu bisa simpulkan bahwa pria yang jarang pulang itu berselingkuh. Apa dari sosial media yang sering kamu lihat itu?”Fee mengerucutkan bibirnya, sambil mengusap air mata yang sudah jatuh di pipinya.“Jadi itu tidak benar? Tapi ciri-ciri yang di sebutkan tepat seperti kamu, jarang pulang, sering sibuk dengan kehidupannya sendiri, emm… bahkan aku juga tidak pernah melihat ponselmu!”“Apa aku terlihat bisa hidup tanpamu? Kita sudah pacaran sejak sekolah, aku mengenal kamu lebih dari sepuluh tahun. Begitu juga dengan kamu, kamu juga tahu apa kegiatanku, hobiku?!” jelas Rama dengan nada sangat lembut.Fee merasa bersalah dengan tuduhannya pada Rama, dia memeluk Rama dengan hasr4t yang tidak terbendung lagi. Belum juga nifasnya selesai tapi dia merasa sudah tidak bisa di tahan lagi.“Mas, kamu malam ini tidur di sini kan? Nggak di rumah satunya lagi? Nggak di pabrik kan?” tanya Fee dengan nada menggoda.“Ya, aku sudah rindu padamu… ” Rama meng3cup pundak Fee
Suara lembut terdengar dari sebrang sana “Halo, maaf ganggu waktunya. Aku hanya ingin tahu apakah pekerjaanmu masih banyak?”“Masih, memangnya ada apa?” Rama terdengar sedikit terbata-bata saat menjawab.“Oh baiklah, maaf mengganggu waktumu. Aku hanya ingin tahu saja,” Fee mematikan teleponnya tanpa berkata apa-apa lagi.Anna semakin yakin dengan ucapan Rama bahwa mereka sudah bercerai. Karena obrolan mereka di telepon tidak seperti pasangan suami istri.“Sudah dengar kan?” ucap Rama sembari menge-cup kening Anna. Mereka melanjutkan istirahat agar keesokan harinya bisa beraktifitas kembali.**Saat mata Anna masih sayup terbuka, dia mer4ba-r4ba ranjangnya, ternyata Rama sudah tidak ada di sana. Entah kapan pria itu pergi meninggalkan Anna sendirian.“Br3ngsek sekali kamu, Mas. Pergi begitu saja tanpa pamit!” gerutu Anna saat bangun dari tempat tidur.Dia mencoba menghubungi Rama namun tidak ada jawaban sama sekali, akhirnya dia memutuskan untuk tetap berangkat ke kantor sendiri memb
"Hey sayang kenapa kamu menangis, sudah tidak masalah nanti kalau memang kamu perlu motor aku bisa belikan lagi," ucap Rama dengan mudahnya.Seseorang yang belum pernah mengalami menjadi generasi sandwich tidak akan pernah mengerti apa yang di rasakan Anna."Bukan seperti itu. Semua barang yang aku beli sudah habis terjual untuk keluargaku, bahkan aku kira semuanya sudah lebih dari cukup,"“Aku tidak meminta terlahir sebagai generasi sandwich, tapi aku juga tidak bisa menghindarinya. Kadang kala aku membenci diriku, kadang kala aku menyalahkan orang tuaku. Kenapa mereka memerahku seperti sapi? Maaf, aku hanya manusia biasa yang bisa kapan saja lelah. Bisa kapan saja mengeluh dan bisa kapan saja menangis. Peluk aku, aku butuh sebuah pelukan hangat yang dapat menenangkanku dan dapat mengatakan bahwa aku hebat! Aku dapat melalui semua ini hingga selesai,”Rama menepikan mobilnya, memberikan pelukan hangat pada Anna. Mengelus kepalanya dengan lembut, lalu berkata ;“Kamu tahu apa yang mem
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments