Share

Bab 3. Bukti Cinta Gina

Aston mencari bunga mawar merah, bunga favorite Gina. Tujuannya, ingin membujuk kekasihnya itu. Aston sudah sangat paham dengan sifat kekasihnya itu. Dengan diberikan bunga mawar saja, ia akan memaafkan Aston.

Kembali mencintai dan memaafkan semua kesalahan Aston.

Aston sudah menunggu Gina tepat diluar Toko. Menggenggam beberapa tangkai bunga mawar merah yang dibalut susunan bucket. Senyum tampan pria itu telah terpancar, bahkan matanya tak henti menatap dalam Toko.

Gina dan Alya telah selesai dari pekerjaan lelah mereka, jam juga sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Gina telah bersiap untuk segera pulang, meski hatinya masih diliputi kesedihan mengingat perlakuan Aston. Gina tampak menyemangati dirinya sendiri meski sebenarnya ia pun mengalami masa sulit.

Aston memang tipe pria urakan.

Mereka berdua keluar dari Toko, Alya tetap menyemangati dengan senyuman. Sesekali membahas suatu hal terkait pekerjaan mereka sehingga mereka begitu menikmati pembicaraan ringan tersebut.

"Gina ...."

Gina tercenung.

Melihat itu, Alya membuang wajah. Pemandangan memuakan baginya bahkan ia jujur tidak setuju dengan Aston sampai kapanpun. Ia tampak mengembuskan napas, lalu tanpa permisi atau mengungkapkan apapun lagi ia langsung pergi meninggalkan Gina dan Aston.

"Kekasihku," ujar Aston sambil tersenyum.

"Aston, kamu ...."

Belum sempat Gina melanjutkan ucapannya, bibirnya langsung diserobot Aston. Pria itu mencium bibir Gina selembut mungkin, memberi sebuah bentuk kasih sayang dan juga permintaan maaf karena kesalahan yang terjadi pagi tadi.

Gina tidak bisa menolak ketika Aston semakin melumat bibirnya dengan rakus, ia memainkan lidahnya masih mencium Gina dengan napsu luar biasa.

Ciuman pun terhenti, setelah Gina merasakan napasnya mulai tersengal dan bibirnya membengkak karena kecupan hangat dari kekasihnya tersebut. Napas Gina tampak terengah-engah.

"Maafkan aku," ucap Aston serak.

"Hanya aku kekasihmu bukan?" tanya Gina ikut serak.

Betapa cinta ia pada Aston, sehingga ia tidak dapat membuka hati bahkan seolah tidak mampu melihat jika Aston sudah berkhianat padanya. Bertengkar, dan dengan mudah Aston meminta maaf mereka kembali berbaikan lagi.

Semudah itu.

"Kamu kekasihku, calon istri masa depanku dan Ibu dari anakku kelak," jawab Aston mengecup kening Gina hangat.

"Aku sangat mencintaimu, Aston," jawab Gina memeluk pria itu.

"Baiklah, bagaimana kalau kita kerumahku saja?" tawar Aston.

"Kerumah?" tanya Gina mengulang.

"Mama sedang tidak dirumah. Kamu bebas kerumah," balas Aston memasang senyum licik.

"Kamu serius?" tanya Gina merasa enggan.

"Ya, sayang."

"Ayo?" ajak Aston lagi.

Setelah memikirkan waktu yang cukup panjang, akhirnya Gina mengangguk.

"Baiklah, kita kerumah kamu saja As," ujar Gina.

Mereka pun pergi berlalu dari Toko roti tempat ia bekerja. Menaiki sepeda motor, akhirnya mereka sampai di kediamanan milik Aston. Jika teringat rumah Aston ia akan mengingat perbuatan buruk pria itu tadi pagi.

Berita yang masih hangat, namun sekejab kilat Gina memaafkan Aston.

Aston benar, tidak ada Tante Fitri dirumah. Hanya ada mereka berdua saja, ia daratkan tubuhnya duduk di sofa sambil matanya menatap sekeliling ruangan. Tampak hening dan terdengar dentangan jam dinding yang terus bergeser terus menerus.

Aston pun duduk, ia genggam tangan Gina dengan leluasa. "Gina, wanita yang kamu lihat itu hanya wanita panggilan saja. Dia memaksaku untuk melakukannya, aku sudah berusaha menolaknya."

Gina masih diam, ia mendengarkan pria itu mengungkapkan segala alasannya. Memang dalam hal rayu merayu serta meyakinkan seorang wanita Aston-lah paling handal bahkan siapapun akan jatuh kedekapnnya.

Pesona wajah tampan, rayuan salah satu membuat Gina selalu luluh.

"Aku ambilin minum, mau?" tawar Aston.

"Eh, tidak—Aston. Aku bisa mengambilnya sendiri kok," tolak Gina bernada lembut.

Keadaan yang mencekam, membuat mereka semakin sulit mengungkapkan apapun lagi.

Aston mendekatkan wajahnya, ia cium lembut bibir Gina hingga berakhir sebuah lumatan yang nikmat. Mencecap ciuman hangat itu, Gina mulai terbawa suasana. Kemudian, Aston menuju leher ia cium sambil mengembuskan napas berat. Erangan kecil mereka mulai saling bertautan, sesak dan menggairahkan.

Ia kecup sekujur aset yang berada di area wajah Gina, seolah ia tidak mau terlewatkan satupun aspek tubuh Gina terlewati.

"Gin, bagaimana kalau sekarang aku menyentuhmu seutuhnya? agar kamu menjadi milkku, dan aku akan menjadi milikmu seutuhnya?" Aston membujuk dengan nada suara parau.

"As, bagaimana kalau aku hamil nanti?" tanya Gina takut.

"Aku akan bertanggung jawab, aku akan menikah dengan kamu."

Gina menatap sendu wajah Aston, apakah ia akan merelakan kesucian yang telah ia jaga selama 20 tahun lamanya? mempercayakan Aston? Gina begitu bingung antara mengiyakan ataupun menolak. Jika ia menolak, pasti Aston akan marah bahkan yang akan menjadi taruhannya adalah kisah cinta mereka telah terajut selama 3 tahun lamanya.

Akan membiarkan begitu saja? tidak. Gina tidak akan bisa hidup tanpa Aston.

Dengan segala pertimbangan mengkelebut di pikirannya, menguras isi hati begitu gelisah akhirnya Gina memantapkan hatinya untuk mengiyakan dan merelakan kesuciannya.

Gina mengangguk. "Baiklah, bisakah kamu berjanji untuk selalu ada untukku?" tanya Gina begitu polos.

Aston bersemangat, ia cium kembali bibir Gina dan memagut semakin rakus seakan tidak ingin meninggalkan satupun cecapan setiap rasa yang ada dibibir Gina. Aston remat buah dada Gina, ia bernaung diceruk leher Gina. Mulai terbuai dalam sentuhan Aston, erangan kecil terlontar menahan perasaan membuncah karena kenikmatan.

Ia membuka tiap helai pakaian Gina, serta celana jeans telah terlepas dari tubuh mungilnya. Aston menatap jelas ketika tubuh yang ia dambakan sejak lama, pada akhirnya menjadi miliknya utuh malam ini.

Aston melepaskan pengait bra yang masih melekat, perlahan dan melonggar sehingga menampilkan buah dada Gina yang tampak tegak dan mengeras. Ujung berwarna kecokelatan masih merekah membangkitkan gairah Aston.

Ia kungkung, dan mengisap membuat Gina seketika menjerit kecil menahan betapa sentuhan Aston begitu membuat ia uringan ingin merasakan kenikmatan yang sesungguhnya.

Dalaman berwarna hitam itu berhasil terlucuti, terlihat jelas seluruh tubuh Gina tanpa sehelai benangpun menutupi. Debaran jantung Gina semakin menjadi, tatkala Aston telah melepaskan seluruh pakaiannya.

Ia dapat melihat milik Aston tampak menegang, baru kali ini ia melihat secara nyata.

"Apakah itu menyakitkan?" tanya Gina serak.

"Untuk awal, namun terasa nikmat jika terusan kita lakukan."

Gina menyerahkan semuanya juga merelakan kesucian hanya untuk Aston Nugraha seorang.

Aston menimpa tubuh Gina, ia dapat merasakan milik Aston yang sudah sangat mengeras tergesek diantara paha Gina. Pria itu kembali memagut bibir Gina, memberikan sentuhan sambil mengarahkan miliknya untuk bersatu.

Percobaan pertama, meleset.

Percobaan kedua, Aston setengah berjongkok mencoba kembali mengarahkan miliknya dan ia memaksa masuk.

"Ah!" teriak Gina spontan.

Aston berhasil memasukinya, Aston dapat melihat cucuran darah tanda keperawanan Gina telah terenggut oleh Aston. Ia bangga juga merasa pria paling beruntung pada akhirnya mendapatkan kesucian Gina Syakilla pada akhirnya.

"Rilex sayang, terima aku," ucap Aston serak dan menikmati.

Ritme pun berlangsung dengan lembat, cepat, sedikit cepat hingga hentakan memaksa masuk terusan. Nikmat tidak tertandingi, mampu menghangatkan tubuh mereka berdua. Gina mulai menikmati, sentuhan demi sentuhan Aston.

Gina telah memberikan segalanya untuk Aston. Ia melakukan itu karena besar perasaan cintanya pada Aston. Gina meyakinkan diri, bahwa tidak akan ada yang bisa memisahkan mereka karena Aston adalah miliknya dan Gina adalah milik Aston.

Cinta Gina yang berlebihan membuat ia merelakannya.

Bersambung...

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Akasiana
kalo bs dipotong barangnya thorr..
goodnovel comment avatar
Akasiana
Laki2 jahanammm...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status