Share

3. Ajakan Sensual

Penulis: JasAlice
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-10 00:59:09

Amarise menyisir luas kamar yang sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan kamar kecilnya. Ia memang berada di stratas sosial menengah saja. Kebutuhan tercukupi selama bersama orangtua. Hanya saja, pendapatan terbesar dari perkebunan tidak menentukan selamanya akan stabil dengan hasil panen juga kebutuhan lain.

“Bagaimana aku menjalani hari di mansion megah ini?” Ia menggigit bibir bawah.

Amarise merasa sekujur tubuhnya menggigil, meskipun belum ada tanda pergantian musim. “Bahkan, aku sudah lancang tidak menghadiri makan malam untuk kali pertama,” lanjutnya merasa frustrasi.

Ia belum terbiasa dengan satu anggota keluarga baru yang tidak memiliki hubungan darah, tapi memperlakukan Amarise seperti ini. “Demi Tuhan. Dia pria dewasa yang sangat memesona. Hanya disentuh dan dipeluk, pikiran dan tubuhku mulai bergejolak,” keluh Amarise memukul pelan kepala berulang kali.

“Aku merasa sudah gila,” desis perempuan berkulit putih yang mengenakan setelan piama.

Suara erangan Amarise mengisi keheningan ruang kamar kedap suara tersebut. “Lebih baik aku meminta maaf atas ketidakpedulianku ini,” cetusnya beranjak cepat sebelum berubah pikiran.

Amarise harus mencari keberadaan Nic, lalu meminta maaf karena tidak bisa memenuhi panggilan makan malam bersama. Setidaknya, cukup sedari siang ia berasalan lelah dan tidak keluar kamar sama sekali.

Malam ini, Amarise harus meminta maaf.

“Tuan sedang berada di area kolam renang, Nona.”

Sebelah alis Amarise terangkat. Di balkon kamar saja, udara sudah cukup dingin menurutnya. “Sendirian?” tanya perempuan itu memastikan.

“Benar. Baru sekitar dua puluh menit lalu Tuan berada di sana,” jelas pelayan muda yang Amarise temui sembarang di ruang tengah.

Perempuan muda itu mengangguk perlahan, meskipun ia mulai melirik sekitar. Ada pikiran penuh tanya yang ingin ia dapatkan jawabannya dari pekerja di sini. “Apa Tuanmu sudah memiliki keluarga? Ah, maaf. Maksudku, keadaan mansion ini terasa sepi tanpa keluarga terdekat atau keluarga kecil Pamanku,” jelas Amarise yang mengabaikan raut bingung pelayan muda itu.

“Tuan pria lajang, Nona. Sedangkan untuk keluarga besar, mereka tinggal di kota lain di negara ini. Setidaknya, itu yang aku ketahui selama tiga tahun bekerja di mansion ini.”

Amarise segera mengangguk, berterima kasih dan melanjutkan jalan menemui sang tuan rumah.

Langkah dari kaki jenjang itu melambat saat gelombang dan percikan air menandakan baru ada seseorang yang balik menenggelamkan tubuh.

Bayangan tubuh dari pantulan air jernih ditambah area temaram, membuat Amarise mendekati pinggir kolam. “Paman!”

Seruan Amarise digubris dalam sepersekian detik. Paras tampan menyembul di tengah kolam renang. Amarise harus menahan gejolak desiran melihat kedua lengan itu terangkat sekadar mengusap wajah dan rambut coklat Nic.

Astaga! Belum genap dua puluh empat jam aku berada di dekat pria berbahaya dengan sorot manis ini. Apa yang bisa kulakukan saat harus disuguhkan pesona pria lajang ini?! Amarise menjerit dalam hati, meskipun kedua pipi putih itu menunjukkan respons kentara.

Kedua sudut bibir Nic terulas kecil. “Kamu ingin bergabung?”

Amarise merasa kedua bola matanya ingin keluar. “T-tidak. Maksudku, aku ingin berbicara padamu, Paman.” berulang kali Amarise kehilangan keseimbangan saat harus berbicara pada Nic di keadaan tidak terduga.

“Kamu tampak sangat serius,” cetus Nic di tengah kolam, sedangkan Amarise mengangguk cepat.

“Aku ingin berbicara padamu sebentar, Paman.”

“Berapa kali harus memintamu untuk memanggilku Nic saja?”

Napas Amarise tercekat. Ia gugup saat harus melupakan status baru tersebut. Amarise bisa melupakan banyak hal jika kesadarannya menganggap Nic hanyalah pria asing yang begitu panas dan menggoda.

“Tunggu sebentar. Aku akan mendekatimu saja,” lanjut pria itu berenang ke arah tangga kolam.

Bukan segera mengendalikan diri yang hampir mencapai titik tenang. Amarise merasakan tubuhnya memanas melihat kemunculan Nic menaiki tangga.

Tubuh atletis Nic selaras dengan bentuk dada bidang juga perut liat. Amarise meneguk saliva sebanyak mungkin, lalu mengatur deru napas yang balik tidak stabil. Semakin dekat, celana renang itu menganggu pemandangan Amarise.

Nic meraih handuk kecil di kursi jemur. “Apa yang membuat tidur malammu terganggu, Sayang?”

Amarise gemetar saat jemari dingin beradu dengan pipi panas dan hangat Amarise. Ia tanpa sadar sedikit mundur, ditangkap bingung Nic.

Perempuan itu segera menunduk dalam. “Maafkan aku yang menolak ajakan makan malam untuk kali pertama tinggal di mansionmu, Paman,” ucapnya memejamkan mata, sengaja mengalihkan kontak dari milik Nic.

Ia benar-benar berubah menjadi perempuan dewasa yang haus belaian juga hasrat membumbung tinggi. Sial! Entah karena dikhianati Dion atau karena Nicholas Isaac memanjakan Amarise dengan banyak hal.

“Pertama, berhenti memanggilku dengan sebutan Paman, meskipun sekarang statusmu sebagai keponakanku. Kedua, aku memaklumi karena dirimu harus beradaptasi secara perlahan di negara dan tempat bernaungmu yang baru.”

Amarise mengangguk cepat. “Tapi aku masih merasa bersalah karena pernah menawarimu tubuhku,” cicit Amarise bersemu. Sampai kapan pun permasalahan ini tidak akan pernah hilang dari benaknya.

“Kamu terlalu banyak berbohong di awal pertemuan kita,” lanjut Amarise tanpa sadar mengerucutkan bibir.

Nic tertawa kecil seraya meraih dagu Amarise, membawa mereka saling bersitatap. “Bahkan, aku tidak tahu jika kamu sedang berada di Paradise Cruise.”

Sifat asli Amarise keluar seiring tatapan yang mulai memicing. “Kamu sangat berbakat mempermainkan sebuah sandiwara.”

Pria dewasa di hadapan Amarise tidak dapat menutupi tawa puasnya. Ia menepuk hangat pipi Amarise dan menjawab, “Maafkan aku, Rishi. Apa kamu membutuhkan banyak permintaan sebagai bentuk memaafkan kesalahanku?”

“Tidak perlu. Aku sudah lebih baik dengan banyak pakaian dan juga perhiasan di kamar baruku,” cetusnya dengan berbinar.

Selain dibuat kagum oleh kemewahan mansion, koleksi mobil mahal Nic. Ia juga dibuat melongo dari isi walk in closet yang sudah menjadi miliknya. Pakaian dengan harga mahal dari brand terkenal belum pernah dicicipi Amarise.

“Wajahmu sedikit pucat. Apa kamu belum memasukkan sedikitpun makanan untuk mengisi perutmu?”

“Eh?”

Amarise terkesiap. Ia bergetar saat pelukan dari lengan itu meraih pinggang bagian kiri Amarise. Bulir air masih menetes dari ujung rambut Nic. Bahkan, sensasi panas kembali menjalar saat Amarise harus menempel sedikit lekat dengan pria dewasa bertelanjang dada itu. “N-nic, kamu ....”

“Ada apa?”

“Jangan terlalu dekat,” cicitnya tidak bisa lagi menyembunyikan rasa salah tingkah.

Sudut bibir Nic tertarik, lalu berbisik lirih di telinga Amarise membawa debaran dan tubuh yang beranjak kaku. “Jika kamu bukanlah keponakan angkatku. Mungkin, kita bisa menghabiskan satu malam panas sesuai tawaranmu, Rishi Sayang,” bisiknya menggoda dengan satu gigitan kecil di cuping Amarise.

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO   83. Final Chapter

    “Yeay! Kakakku paling hebat!” kedua tangan Alona bertepuk semangat.Ia begitu berseri, bangga dan takjub dengan sosok pria tinggi bertubuh atletis dalam balutan jas formal baru saja menyampaikan pidato perdananya sebagai CEO baru, resmi menggantikan seorang Nicholas Isaac yang sudah pensiun.Lelaki itu berhasil membimbing putranya sedari masa remaja dan kuliah. Nic menempatkan putra semata wayangnya di posisi menengah, salah satu anak cabang perusahaan agar putra kandungnya bisa mulai mengemban pekerjaan.Dan hasilnya, sungguh luar biasa. River Isaac, mampu melakukan semuanya di usia matangnya, tiga puluh tahun.“Kakakmu semakin tampan saja. Bagaimana cara mendaftar menjadi kekasihnya? Atau jika perlu, beri aku tips ampuh agar bisa menjadi kakak iparmu, Lona.”Alona memutar bola mata dengan pandangan kesal. “Tidak! Sampai kapan pun kamu tetap menjadi sahabatku, bukan kakak ipar perempuanku!” ketusnya membuat Amarise yang mendengar percakapan tertawa kecil.Alona adalah perpaduan menari

  • Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO   82. Extra Chapter (2)

    “Kamu pikir aku tidak tahu apa yang terjadi selama ini di antara kamu bersama River?”“Bibi-mu ini tahu segalanya, Ivory,” desis wanita itu menyeringai layaknya iblis.“Sikap binalmu, hasrat yang menggebu-gebu kamu salurkan pada pria muda yang dulu lebih memilih mengisi pikirannya dengan banyak pelajaran. Dan sekarang? Kamu mengubah pria itu lebih berani bertindak.”Ruangan sempit itu bergema saat suara tawa mengejek sangat memekakan dan risih di telinga Ivory. Gadis cantik bertubuh semampai itu mengepalkan kedua tangan. Embusan napasnya terkesan memburu seraya mengetatkan rahang.Sekalipun ruangan cukup temaram. Ivory sudah lebih dari cukup untuk tidak menelisik wajah menjengkelkan Bibi kandungnya. Wanita jalang ini tidak lebih baik dari kelakuan nakal Ivory sejak kecil.“Dua bulan lalu adalah perayaan pesta ulang tahunmu ketujuh belas. Keluarga Isaac memberikan perayaan sederhana, kekeluargaan yang hangat. Tapi saat malam hari, mereka semua tidak tahu jika kamu sedang berbagi peluh

  • Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO   81. Extra Chapter (1)

    Alona Isaac. Siswi paling cantik menjadi incaran banyak siswa di sekolah menengah pertamanya. Hanya saja, gadis itu terlalu angkuh dan memiliki selera sendiri dalam memilih pria mana yang ingin ia balas perasaannya.Lebih tepatnya, sejauh mana mereka bisa membahagiakan masa muda Alona.“Lona. Apa kamu mendengar berita terbaru?”“Berita apa?” tanya Alona melepas headset dan melirik malas teman dekatnya.Gadis berambut sebahu itu mendekat dan berbisik dengan raut sedih, “Kita akan mulai kehilangan pria paling tampan dan populer di tahun terakhir sekolah ini.”Alona mendelik bingung. “Siapa?”“Astaga! Siapa lagi jika bukan pria yang selalu menjadi pusat perhatian di sekolah kita.”“Satu angkatan dan satu kelas,” desisnya hampir melotot karena respons Alona terkesan acuh tak acuh.Teman dekat Alona menggerakkan dagu, memberikan atensi pada satu pria yang duduk tenang dan berekspresi dingin di sudut depan kelas. Pria itu tidak sedang berniat mengisi jam istirahat ke kantin atau seperti bia

  • Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO   80. Ending

    “Sudah tidak ada lagi sekretaris dan anak buahmu! Jadi tidak perlu bersikap manis padaku di depan mereka!” ketus Amarise menurunkan kasar lengan Nic di pinggang Amarise.Wanita itu sangat kesal mendapati sikap posesif Nic yang terlihat dibuat-buat. Hati Amarise merasa diremas, sakit dan sesak. Air mata Ibu dari tiga anak itu hampir saja tumpah, membuat Nic terpaku di depan lift.Baru saja lelaki itu ingin menuntun istrinya masuk terlebih dulu. “Rishi? Kenapa menangis?”“Dasar lelaki berengsek!” umpat Amarise sedikit menjauh.Tiba-tiba saja suasana hatinya memburuk. Nic sudah hampir satu minggu tidak bisa menjemput Amarise di lobi perusahaan. Awalnya ia merasa bingung dan takut. Karena Nic tidak pernah menolak permintaan manja Amarise.Bahkan, terkadang lelaki itu berinisiatif sendiri menjemputnya, memperlihatkan kemesraan lewat gandengan tangan atau pelukan di pinggang Amarise. Lelaki itu ingin sekali memperkenalkan Amarise berulang kali di depan para pegawai perusahaan.Tapi hari ini

  • Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO   79. Cinta yang Salah

    “Menurutmu, bagaimana dengan Margareth? Dia cantik, cerdas dan terlihat dewasa dari segi pemikiran dan tata krama. Di masa depan dia sangat pantas bersanding dengan River.”Kalimat antusias dan tatapan penuh harap lewat binar-binar di mata Amarise, membuat tenggorokan Ivory serat. Ia menelan makanan susah payah, secara alamiah penasaran dan menoleh ke arah River.Pria yang duduk di sampingnya ikut menoleh. Alhasil, Ivory lebih dulu membuang pandangan.Ada perasaan tidak suka saat Amarise membanggakan gadis lain untuk River. Apalagi mempersiapkan pasangan hidup untuk pria tampan itu.“Margareth? Dia yang minggu lalu datang kan, Ma?” tanya Alona.“Iya, Sayang. Kamu bersama Margareth juga terlihat akrab,” lanjutnya merasa ada di situasi melihat sosok Elena di diri Margareth.Gadis satu angkatan dan satu kesal dengan River. Tidak sedikit teman di kelasnya berharap pasangan cerdas, sama-sama rupawan itu segera menjalin kasih.“Rishi. Jika kamu meminta sebuah perjodohan untuk anak-anak kita

  • Hasrat Terpendam Keponakan Tuan CEO   78. Ciuman Pertama River

    “Papa ... Mama ....” “River tidak mau main bersama adik perempuannya!” “Oh, sial!” umpat Nic baru saja mengerang sebagai pembuka. Ia hampir saja menghentakkan tubuh setelah melesak masuk diimpit kenikmatan yang ditawarkan Amarise. “Hei, jangan mengumpati anak perempuanmu,” tegur Amarise tajam, meskipun berakhir dengan tawa bahagia. Ia bahagia melihat rasa frustrasi di wajah Nic dan milik pria itu yang membutuhkan tempat ternyamannya. Dengan gesit Amarise meraih kaus dan celana pendek Nic, berbanding terbalik dengan kemalasan Nic duduk menatap dirinya datar. “Kenapa? Kamu ingin melampiaskan kekesalanmu padaku?” “Tidak,” balasnya bergerak malas memakai kaus dan celana pendek. Amarise terkekeh melihat Nic jalah tertatih, merasa dunia panasnya hilang digantikan pusing yang mulai mendera. Pintu terbuka dan menampilkan wajah cantik nan mungil Amarise versi kecil. Darah Asia lebih kuat karena gen keluarga Amarise dari pihak Ayahnya memiliki duplikat indah. “Papa,” suara Alona dibuat s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status