Suasana di ruang VIP seketika hening saat semua mendengar ucapan Rafael.
"Istri? Apa ini, Rafael? Istri?" tanya pria tua yang merupakan kakek Rafael.Rafael pun segera membawa Alba melangkah mendekat."Iya, Kakek, ini istriku, Alba. Kami menikah dua minggu yang lalu dan maaf baru memperkenalkannya sekarang," jawab Rafael begitu santai."Jangan gila, Rafael! Apa yang kau katakan? Istri?" pekik Ivana, ibu tiri Rafael yang mendadak bangkit berdiri dari kursinya."Jangan main-main dengan pernikahan, Rafael! Bagaimana kau bisa menikah tanpa memberitahu keluargamu dulu?" Thomas yang merupakan ayah Darren pun akhirnya bersuara dengan tegas juga.Hubungan Thomas dan Rafael memang tidak terlalu harmonis sejak Thomas memutuskan untuk menikah lagi dengan Ivana, dan mereka jadi jarang berkomunikasi sejak itu."Aku tidak sedang bercanda, Ayah. Aku sudah menikahi Alba secara sah dan Alba adalah istriku. Bahkan kalau Ayah perlu bukti foto dan lainnya, aku bisa memberikannya," tegas Rafael lagi yang membuat Thomas dan Ivana pun menganga tidak percaya.Seorang pria lain nampak memicingkan matanya menatap Rafael, dan pria itu adalah Dario, sepupu Rafael yang sedang mengincar jabatan CEO di Williams Group.Sebagai sepupu Rafael yang umurnya hanya selisih beberapa bulan dengan Rafael, memang Dario dan Rafael sering sekali dibanding-bandingkan.Tentu saja selama ini Rafael lebih unggul dibanding Dario sampai Dario yang kesal pun memilih untuk tinggal di Paris dan bekerja di sana saja. Dario pun belum lama ini menikah dengan kekasihnya yang juga sudah lama tinggal di Paris.Namun, Kakek Robert memanggilnya kembali untuk bergabung di Williams Group dan menjadi ancaman bagi Rafael sekarang."Wow, ini kejutan sekali, Rafael. Aku tidak pernah melihatmu bersama wanita dan mendadak kau membawa pulang istri. Ah, tapi perkenalkan, aku Dario, sepupu Rafael." Dario bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya. Alba pun langsung menyambut uluran tangan itu."Aku Alba. Kakek, Om, Tante, senang bertemu dengan semua," sapa Alba yang berusaha untuk tetap tenang padahal jantungnya sudah jumpalitan tidak karuan.Thomas terlihat kecewa sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi, sedangkan Ivana sendiri terlihat marah karena sebenarnya ia sudah punya calon istri untuk Rafael yang berasal dari keluarga yang sudah jelas bibit, bobot, bebetnya, bukan wanita tidak jelas yang dibawa oleh Rafael itu.Dario sendiri juga masih menatap Rafael dan Alba dengan penuh tanya, sedangkan Kakek Robert nampak lebih bijak dan mulai tersenyum menatap Alba."Ah, Alba, maafkan kami sebelumnya. Semua orang hanya masih terkejut saja, tapi ayo duduklah dan selamat datang di keluarga Williams," seru Kakek Robert dengan ramah."Hmm, terima kasih banyak, Kakek!" sahut Alba yang merasa beruntung ada Kakek Robert yang sangat baik di dalam keluarga itu.Namun, Alba tetap tidak berani bergerak karena takut salah langkah. Alba baru bergerak saat Rafael sudah menuntunnya."Duduklah, Sayang!" Rafael langsung menarik kursi untuknya dan Alba pun akhirnya duduk di samping Rafael.Suasana pun masih begitu tegang karena kedua orang tua Rafael menunjukkan sikap yang tidak bersahabat sampai Alba merasa tidak nyaman, apalagi Dario nampak begitu sinis pada Rafael dan Alba."Maafkan aku sebelumnya, tapi aku masih terkejut dengan kondisi ini. Kalian sudah menikah, tapi apa kau tidak keberatan dinikahi tanpa dikenalkan dulu pada keluarga Rafael, Alba? Apa orang tuamu juga mengijinkan kalian menikah begitu saja? Di mana orang tuamu sekarang, Alba?"Dario mencoba memancing untuk memastikan sebenarnya dari mana istri Rafael ini berasal. Alba yang tegang hanya tetap diam, dan Rafael yang mengambil alih semua jawabannya."Keluarga Alba ada di luar negeri dan tentu saja mereka sudah setuju karena itu, aku bisa menikahi Alba. Kau tahu sendiri kan pernikahan itu bukan main-main, Dario. Lagipula kau bisa menikahi wanita yang kau cintai, mengapa aku tidak?"Alba sudah menahan napasnya mendengar kebohongan Rafael, tapi Alba berusaha tetap tenang, sedangkan Dario sendiri sudahbegitu emosi menatap Rafael."Kau bisa, Rafael! Tentu saja kau bisa menikahi wanita yang kau cintai juga! Hanya saja aku terkejut karena selama ini kau tidak pernah terlihat dekat dengan siapa pun.""Hanya karena kau tidak pernah melihat bukan berarti tidak ada kan? Aku tidak suka mengumbar kehidupan pribadiku. Aku dan Alba sendiri sudah berhubungan cukup lama sebelum akhirnya kami memutuskan untuk menikah. Benar kan, Sayang?"Secara mengejutkan, Rafael menangkup satu tangan Alba, menggenggamnya, dan mengecupnya singkat sampai Alba pun langsung menahan napasnya sejenak. Debar jantung Alba pun makin tidak terkendali.Alba pun memaksakan senyumnya pada Rafael, tapi Dario tetap mencurigai hubungan tiba-tiba antara Rafael dan Alba ini. Dario pun baru saja akan membuka mulutnya untuk bicara lagi saat tiba-tiba Kakek Robert pun menyelanya."Sudah! Sudah! Rafael membawa istri pulang, seharusnya kita bersyukur, bukannya malah menekan mereka. Ck, ada apa juga dengan ekspresi kalian, hah? Kalian membuat Alba takut. Tapi ayo makan, Alba, santailah sedikit, jangan tegang."Ucapan Kakek Robert membuat Alba sedikit tenang, tapi Dario lagi-lagi tidak ingin membuat Rafael dan Alba tenang dengan kembali bertanya tentang banyak hal."Jadi di mana kau tinggal sekarang, Alba? Kau istrinya Rafael, tapi Rafael belum pernah membawamu pulang," seru Dario lagi."Alba tinggal di apartemenku," jawab Rafael singkat."Di apartemen? Sendirian? Mengapa tidak tinggal di rumah saja bersama?""Setelah memperkenalkannya secara resmi barulah aku berniat mengajak Alba tinggal di rumah!" jawab Rafael lagi."Ah, kalau begitu segeralah bawa Alba pulang dan ajak bergabung di perusahaan juga. Kakek senang sekali melihat dua cucu Kakek yang sama-sama bisa bekerja dengan baik bersama istri kalian!" Robert terlihat tertawa sumringah, sedangkan Dario pun makin mengernyit."Well, seharusnya pengantin baru itu jangan tinggal terpisah. Lagipula, kau tidak berniat menyembunyikan istrimu kan, Rafael? Ini aneh sekali bagiku," seru Dario lagi yang seolah terus memprovokasi Rafael.Walaupun Dario adalah sepupu Rafael, tapi terlihat jelas Dario yang selalu berusaha mencari kelemahan Rafael. Alba pun akhirnya memahami maksud cerita Yola tentang keluarga Rafael yang bukan keluarga yang baik.Bahkan Alba ikut emosi dan gemas karena terus ditekan oleh Dario. Alba juga akhirnya terlecut untuk berakting dengan baik karena Alba sendiri tidak mau dirinya direndahkan begitu saja oleh sepupu Rafael itu."Maaf, tapi aku dan Rafael sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum tinggal terpisah. Lagipula aku juga adalah wanita yang mandiri dan aku tidak masalah tinggal sendiri di apartemen," sahut Alba secara tiba-tiba.Rafael yang awalnya sudah mengepalkan tangannya mendengar suara Alba karena Alba tidak menurutinya pun mendadak lega mendengar jawaban Alba yang luar biasa.Dario sendiri terdiam sejenak mendengar jawaban itu. Dario bahkan sudah berpikir bahwa istri Rafael adalah wanita cantik yang bodoh karena sejak tadi wanita itu hanya diam saja dan membiarkan Rafael yang menjawab semua untuknya.Namun, ternyata wanita itu bisa menjawab juga dengan jawaban yang menyebalkan bagi Dario.Rafael sendiri yang begitu puas dengan jawaban Alba pun tersenyum menatap Dario."Kau sudah dengar kan, Dario? Sebuah hubungan itu tidak harus dijalani seperti yang biasanya saja. Suami istri harus tinggal bersama di keluarga mereka, harus selalu bersama ke mana pun, dan lain sebagainya. Bukankah tidak ada aturan baku bagaimana kita harus menjalani sebuah hubungan?""Aku mencintai Alba dan aku juga mau membuatnya nyaman. Kemarin ada keperluan yang harus kami lakukan masing-masing, karena itu, kami tinggal terpisah. Dan sekarang setelah mengenalkan Alba pada semuanya, aku akan membawa Alba pulang!" imbuh Rafael sambil tersenyum penuh kemenangan.Namun, Dario nampak makin tidak terima saat ini. Dario pun menatap wajah nyolot Rafael itu dengan otak yang berpikir keras untuk membuat Rafael terlihat malu di depan Kakek Robert dan keluarga yang lain.Entah mengapa mengalahkan Rafael sudah menjadi obsesi bagi Dario. Dengan penuh maksud, Dario pun melirik Alba dan Rafael bergantian."Ah, baiklah, kalian pasti menjalani hubungan yang menyenangkan dan aku ikut bahagia mendengarnya. Tapi Alba, bukankah tadi Rafael bilang keluargamu tinggal di luar negeri? Di negara mana? Kau pasti pintar bahasa asing kalau begitu kan? Istriku ini menguasai banyak sekali bahasa asing dan kemampuannya itu sangat membantu bisnisku!""Sebagai istri dari Rafael williams, seorang pengusaha yang terkenal, kau juga harus memiliki keahlian seperti istriku, Alba! Jadi berapa banyak bahasa asing yang kau kuasai, hah?" imbuh Dario.Dario tersenyum sinis menatap Alba sebelum ia mendadak berbicara dengan istrinya menggunakan bahasa Prancis, bahasa sehari-hari yang ia pakai selama ia tinggal di Paris."Kau harus menunjukkan keahlianmu berbahasa, Sayang! Aku yakin dia tidak akan bisa sehebat kau karena bahkan asal usulnya saja tidak jelas!" seru Dario pada istrinya dalam bahasa Prancis."Tentu saja, Sayang! Aku akan mengajaknya berbicara dengan bahasa Prancis!" sahut sang istri dalam bahasa Prancis juga dengan penuh percaya diri.Istri Dario pun langsung menoleh menatap Alba sampai Alba pun menegang melihatnya.Rafael sendiri sudah membelalak kesal pada Dario yang jelas akan mempermalukan Alba."Sial kau, Dario! Kurasa hal itu sama sekali tidak penting untuk dibuktikan karena tidak semua orang mahir berbahasa kan?"Rafael pun masih berbicara untuk membela Alba sebelum tiba-tiba Alba pun menyelanya dan menyahut dalam bahasa Prancis yang juga sangat fasih sampai membuat semua orang pun tercengang."Kehebatan seorang istri dalam mendukung suaminya bisa dilihat dari bagaimana wanita itu bisa membawa diri dan bersikap di hadapan orang banyak, bukan sekedar kecakapannya dalam berbahasa asing!""Dan kalau bicara tentang asal usulku, aku pastikan aku memiliki asal usul dan orang tua yang juga jelas, sama seperti kalian!" imbuh Alba dengan begitu percaya diri.**"Oek ... oek ...." Satu bulan lebih sejak pernikahan Onad dan Yola akhirnya Sophia pun melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat gemuk dan tampan. Sungguh, prosesnya sama sekali tidak mudah karena Sophia mengalami sakit seharian sejak kemarin, sebelum hari ini akhirnya bayinya berhasil lahir dengan selamat juga. Sophia sendiri sudah lama memutuskan untuk melahirkan secara normal. Rafael yang tidak tega melihat istrinya kesakitan pun sudah berulang kali hampir menyerah dan meminta operasi saja, tapi Sophia bertahan dan ia masih yakin mampu menahan semua rasa sakit itu. Dan perjuangannya tidak sia-sia. Semua rasa sakitnya pun mendadak lenyap saat mendengar tangisan merdu dari bayi mereka. "Oh, Sophia, Sayang, bayi kita, Sayang. Bayi kita!" seru Rafael yang terus menciumi wajah Sophia yang masih berkeringat itu. Rafael terus menggenggam tangan Sophia saat Sophia mengejan dan setiap detik kesakitan Sophia membuat hati Rafael begitu pilu. Kalau bisa, Rafael saja yang sakit, janga
"Hmm, akhirnya kita satu kamar lagi, Rafael." "Dan selamanya kita akan satu kamar sekarang, Sayang!" Rafael dan Sophia saling bertatapan mesra di kamar mereka malam itu. Setelah pesta sederhana di pagi hari, mereka kembali menjamu beberapa tamu makan malam sebelum mereka bisa beristirahat di malam pengantin mereka itu. Keduanya saling bertatapan mesra dan mereka pun menyatukan bibir mereka dengan mesra juga. Kali ini pagutan bibir mereka begitu menghayati karena tidak ada penonton seperti wedding kiss tadi, hanya ada mereka berdua di kamar sampai tangan Rafael pun leluasa membelai punggung Sophia. Tangan Sophia sendiri juga sama membelai punggung Rafael sambil ia terus memagut bibir suaminya. Mereka baru saling melepaskan bibir mereka saat mereka mengambil napas, namun napas mereka sendiri sudah tersengal. Rafael pun menatap Sophia dengan penuh cinta. "Dokter bilang kita sudah boleh melakukannya kan, Sayang? Aku sudah menahan diriku begitu lama," bisik Rafael dengan suara parau
"Apa itu anak Jackson, Sophia?" Sophia langsung dibawa ke ruang keluarga begitu Jenni mengetahui Sophia hamil. Sungguh, perasaan Sophia tidak karuan saat ini. Sebenarnya bukan hal aneh Sophia hamil karena memang ia punya suami sebelumnya, tapi yang jadi masalah adalah suaminya sudah meninggal dan anak ini bukan anak suaminya. "Ayah senang sekali akan mempunyai cucu, tapi Ayah sedih karena cucu Ayah akan lahir tanpa Papanya," seru Lewis lagi. Namun, baik Jenni maupun Sophia tidak berkomentar apa pun. "Tunggu dulu, Lewis. Sophia, bukankah kau pernah bilang kalau kau belum pernah berhubungan dengan Jackson?" tanya Jenni tiba-tiba. Lewis mengernyit mendengarnya. Tentu saja bagi Lewis, suami istri itu sudah biasa berhubungan ranjang, malahan kalau belum pernah berhubungan itu baru tidak biasa. Dan Lewis tidak tahu kalau Sophia dan Jackson belum pernah berhubungan karena Sophia tidak terbuka pada ayahnya. Sophia hanya terbuka tentang hubungan ranjang pada ibunya. "Apa maksudmu, Jenni?
Beberapa hari berlalu sejak meninggalnya Gemma dan semua ritual untuk penghormatan terakhir pun sudah selesai keluarga Lewis lakukan. Semua prosesnya berjalan lancar dan kali ini, keluarga Rafael datang semua untuk mengucapkan belasungkawa. Kakek Robert dan orang tua Rafael datang sebagai teman dan Lewis pun menyambut mereka dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. "Kami turut berduka cita, Pak Lewis." "Terima kasih, Pak Robert. Terima kasih, Pak Thomas dan Bu Ivana. Terima kasih." "Turut prihatin dan berduka cita, Bu Jenni," ucap Ivana sambil memeluk wanita itu. "Terima kasih, Bu Ivana. Aku tidak akan melupakan bantuanmu menemaniku di rumah sakit waktu itu. Terima kasih." Jenni masih begitu melow dan berpelukan erat dengan Ivana dan Ivana pun seolah bisa merasakan kesedihan Jenni. Bagaimanapun, kehilangan anak adalah hal yang sangat menyakitkan. "Yang sabar ya, Bu. Gemma sudah tenang di sana." Jenni hanya mengangguk dengan air mata yang belum mau berhenti menetes. Sophia
Dua minggu berlalu dan kondisi Lewis terus berangsur membaik. Lewis sudah diijinkan keluar dari rumah sakit dan Rafael adalah orang yang selalu setia menemani di rumah sakit serta membantu semua untuk Lewis. Bahkan, Rafael membantu memapah Lewis ke mobil hari itu lalu mengantarnya pulang ke rumah. "Untung ada Rafael, terima kasih, Rafael," seru Jenni. "Mengapa harus merepotkan Rafael? Bukankah ada sopir?" seru Lewis yang masih kaku. Lewis sendiri sebenarnya sudah membuka hatinya. Bahkan, selama dua minggu ini, Lewis sudah tidak pernah protes melihat Rafael di kamarnya. Rafael membantu Lewis melakukan banyak hal dan menjaga Lewis saat semua orang tidak ada. Hanya saja, untuk mengatakan secara langsung masih berat bagi Lewis. Sophia yang mendengar ucapan Lewis hanya tertawa geli. "Rafael dan sopir tentu saja berbeda, Ayah. Bahkan, Rafael sampai sering meninggalkan pekerjaannya hanya demi menemani kita." "Ayah tidak pernah menyuruhnya. Tapi mana kakekmu yang tua itu? Mengapa dia t
"Kondisi pasien sangat kritis. Kami hanya bisa bilang kami akan berusaha semaksimal kami." Setelah menangis begitu lama melihat jasad Jackson, akhirnya keluarga Sophia kembali menunggu Gemma di depan ruang operasi. Operasi besar berjalan sangat lama karena luka yang serius di tubuh dan kepala Gemma. Dan setelah menunggu begitu lama sejak Gemma dioperasi dan dipindahkan ke ruangan lain, akhirnya dokter pun menemui Sophia dan Jenni untuk memberitahu kabar yang sama sekali tidak baik itu. "Apa maksudnya, Dokter? Apa maksudnya?" tanya Jenni lemas. Namun, Sophia terus memeluk dan menenangkan Jenni. "Tenanglah, Ibu. Dokter bilang akan berusaha semaksimal mungkin kan? Kita tunggu saja. Kita tunggu saja." Jenni hanya bisa menggeleng dan terus menangis di pelukan Sophia, sedangkan Rafael mencoba bicara dengan dokter tentang kondisi Gemma yang ternyata memang sangat kritis, tapi Gemma masih tetap bertahan. Ivana juga tetap ada di rumah sakit untuk memberikan Jenni semangat, sedangkan Yol