Home / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 04. Makanan Enak (1)

Share

04. Makanan Enak (1)

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-09-19 07:59:58

Sophia terbangun dari tidurnya dengan kesiap, seolah seseorang telah menyadarkannya dari alam mimpi, dia langsung bangkit dari posisinya dan mengedarkan pandang.

Albert tengah bersandar di kepala ranjang, menatapnya datar. Dia tampak lebih baik dari sebelumnya. Sementara itu, Sophia berbaring di sampingnya. Padahal seingat Sophia dia tadi duduk di lantai dan bersandar pada pinggiran ranjang. Kapan dia tertidur dan pindah ke sini?

Sophia berdeham, tidak ingin menerka-nerka kenapa dia bisa ada di atas ranjang ini, tidur di samping Albert.

“Sudah merasa lebih baik?” tanya Sophia pada Albert sambil menurunkan kakinya ke lantai.

Albert mengangguk singkat, menatap setiap pergerakan Sophia dengan raut datar.

“Baguslah,” sahut Sophia, lalu melirik nampan di atas nakas yang entah sejak kapan isinya telah tandas. Dan tidak mungkin orang lain yang memakannya selain Albert, kan? Ketika Sophia menoleh ke belakang, Albert masih menatapnya, lalu dia tidak sengaja melihat buku di pangkuan Albert dan pensil di tangannya, pria itu tengah menggambar sesuatu yang tidak bisa Sophia lihat dengan jelas dari tempatnya saat ini.

Sophia bangkit berdiri. “Maafkan aku, karena sudah lancang masuk ke kamarmu dan tidak kepikiran untuk memanggil seorang dokter sehingga memutuskan untuk merawatmu seorang diri.”

Albert mengangguk, saat itulah dia mengalihkan pandang dari Sophia pada lembaran di bukunya, menggores garis berulang kali dengan pensil.

“Lain kali, jangan pernah melakukan ini tanpa seizinku,” katanya dengan suara yang masih terdengar lemah.

Sophia nyaris menganga tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “You’re welcome, Albert,” sahutnya sarkastik. Lalu tanpa menungu respon pria itu, Sophia berbalik.

“Sophia.”

Di ambang pintu, Sophia berhenti dan menghadap lelaki itu lagi, lalu berkata, “Di lain kali, aku akan membiarkanmu sekarat seorang diri!”

Sekembalinya Sophia di kamarnya, dia buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Bersumpah jika sampai dirinya tertular, dia akan mencekik pria tidak tahu terima kasih itu.

Sedangkan Albert, tampak menghela napas kasar setelah kepergian Sophia. Matanya menunduk menatap hasil goresan pensilnya di atas kertas. Seorang perempuan tengah tertidur bersandar di ranjang, itu adalah Sophia. Albert kemudian merobek kertas itu dan meremasnya, melemparnya ke tempat sampah.

Dia membaringkan kembali tubuhnya ke atas bantal, memejamkan mata, dan meresapi denyutan menyiksa di kepalanya.

***

Setelah Dana tahu mengenai keadaan Albert, dia langsung menghubungi dokter keluarga untuk memeriksanya. Sedangkan Sophia memilih untuk menjauh setelah hari itu, dia bahkan hanya keluar kamar jika dirinya merasa lapar saja. Untuk apa? Tentu saja untuk menghindari Albert. Dan untuk menhindari keingintahuan Dana mengenai hari di mana Sophia tanpa pikir panjang merawat Albert.

Hari ini sudah hari Senin, Albert biasanya telah kembali bekerja dan kemungkinan besar tidak akan pulang. Dana keluar untuk membantu suaminya di ladang yang memang dikhususkan hanya untuk keluarga Raymond saja. Dan karena hari ini Sophia berniat untuk memasak makan malamnya sendiri, dia pun meminta Dana untuk pulang.

Artinya, saat ini Sophia seorang diri di rumah. Dia berjalan ke arah dapur dengan senandung pelan sambil menguncir tinggi rambut panjangnya, membuka lemari pendingin dan memilih beberapa bahan yang dia butuhkan. Sophia tidak tahu mau memasak apa, tapi kemarin dia melihat Dana membeli daging dan Sophia tiba-tiba saja ingin memakan tumis daging yang digoreng dengan sayuran-sayuran segar.

Pasti akan lezat, pikirnya penuh optimis.

Namun, dua jam berikutnya, Sophia menatap penuh kecewa pada hidangan di hadapannya. Daging sapi yang dimasaknya dipotong dadu besar dan terasa alot, sayur-sayurannya gosong, tampak kering dan sama sekali tidak menggugah selera. Belum lagi dengan rasanya yang terlalu pedas, Sophia tidak yakin dia bisa memakannya, rasa membakar di lidahnya bahkan belum hilang.

Sophia berdecak setelah menggigit lidahnya cukup lama, lalu melepas kuncir rambutnya dan berbalik pergi.

Persetan dengan masakannya yang gagal!

Lagipula, kenapa juga dia sempat berpikir untuk memasak? Kenapa dia tidak belajar dari kejadian sebelumnya? Dia tidak bisa masak! Itu adalah final. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba.

Perasaan Sophia semakin kelabu, dan dia harap air hangat dan aroma terapi dapat membuatnya merasa lebih baik.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Bab 6 - Family ( END)

    Matahari pagi menerpa wajahnya, memberikan ilusi seolah sinar suci keluar dari pori-porinya. Dan semua anak rambutnya yang berantakan di kepala dan sekitar wajah nya, berwarna keemasan alih-alih cokelat gelap.Albert tersenyum, menatap Sophia dengan mata teduh. Kebiasaan yang sudah dimilikinya sejak lama; bangun pagi-pagi supaya bisa menyisihkan waktu setidaknya setengah jam untuk berpuas diri menatap wajah istrinya itu.Anak pertama mereka sudah lahir, putra bermahkota yang membawa pesan baik; Istvanzino Raymond.Perhatian keduanya jadi terbagi antara satu sama lain dengan anak mereka yang baru berusia satu tahun. Tidak banyak waktu yang Albert habiskan bersama Sophia, begitu pun sebaliknya. Tapi itu tidak apa, karena dia menyayangi putranya lebih dari apapun, dia akan mengorbankan segalanya. Dan Albert tidak ragu bahwa Sophia juga pasti akan melakukan hal yang sama.Hanya pada waktu pagi hari, beberapa saat sebelum Istvanzino terbangun, Albert memiliki

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 5 - Something Very Valuable

    “Albert.”Albert yang tengah memusatkan tatapannya pada layar laptop menoleh pada Sophia yang berdiri di hadapannya sembari berkacak pinggang. Perutnya yang telah membesar mengintip keluar dari kaus polos yang dia kenakan, dan pemandangan itu benar-benar menggemaskan, sukses mengalihkan fokus Albert seketika.“Ada apa, Sophie?”Kening wanita itu berkerut-kerut dalam. Albert mengernyit, kemudian bertanya dengan nada cemas. “Kenapa? Apa perutmu sakit?”Sophia menggeleng.“Lalu?”“Apa kau ingat dengan kalung yang … dulu aku berikan padamu?”“Kalung yang mana?”Tatapan mata Sophia tampak gelisah. Dia mencoba untuk menjelaskan sesuatu yang tampaknya sulit untuk dia jelaskan.“Kalung … yang dulu sering aku kenakan,” ucapnya.Albert mencoba untuk mengingat-ingat, tidak butuh lama dia pun langsung teringat. Tapi keberadaan benda tersebut memang benar-benar telah Albert lupakan.“Ya, kenapa dengan kalung itu?” tanya

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 4 - In a Sunny Day

    Bulan-bulan berlalu begitu saja.Musim dingin telah berganti menjadi musim semi, kemudian matahari terasa semakin tinggi dan musim panas pun datang. Usia kandungan Sophia sudah menginjak minggu ke dua puluh enam, atau sekitar tujuh bulan.Semuanya masih terasa sama, kecuali tubuhnya yang membesar dan keposesifan suaminya yang semakin menjadi. Selain perut yang membuncit, Sophia tidak mengalami perubahan signifikan pada area tubuhnya yang lain, tapi justru Albert yang mengalami perubahan-perubahan itu.Selama tiga minggu terakhir, Albert merutinkan olahraga untuk menjaga kondisi tubuhnya dalam bentuk yang ideal. Dia telah memakan makanan yang seharusnya Sophia makan, dia melakukan hal-hal yang seharusnya Sophia ingin lakukan. Dia juga masih sangat sensitif pada aroma dan masing sering muntah-muntah.Sophia tidak mengerti kenapa justru Albert yang mengalami semua itu. Bukankah seharusnya dirinya sebagai ibu yang mengandung? Tapi Dokter mengatakan bahwa itu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 3 - Sweet Honey (19)

    Siang yang mendung ini Sophia bangun dengan perasaan ringan di dadanya. Dia menggeliat sekaligus menguap untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku. Saat melirik pada jendela yang gordennya telah terbuka, salju turun dari langit dan semuanya nyaris tampak berwarna putih.Sophia pun bangkit duduk sembari menahan selimut untuk menutupi dadanya. Dia mengusap leher ketika mengingat aktivitasnya semalam dengan sang suami, Sophia nyaris merasa bahwa sentuhan pria itu masih tertinggal di kulitnya.Saat menoleh ke samping, dia tidak menemukan Albert di sana, dan seprai terasa dingin yang artinya Albert sudah bangun cukup lama. Sophia lantas bangkit, lalu dilepasnya selimut yang tadi menutupi tubuhnya, kemudian berjalan tanpa sehelai benang pun menuju tempat lilin aroma terapi masih menyala, Sophia meniupnya.Dia membutuhkan benda itu, karena ada begitu banyak lukisan di kamarnya ini sekarang. Aroma cat minyak masih tercium dari lukisan-lukisan yang belum sepenuhnya kering,

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 2 - Unexpected Encounter

    Suara deburan ombak memecah kesunyian malam. Semilir angin kencang bertiup, membawa aroma laut yang khas, menerbangkan embun air asin ke bibir pantai. Paula yakin kalau dia berdiri lebih lama di sana dia mungkin akan kembali ke kamar hotelnya dengan pakaian basah.Di akhir tahun yang terasa dingin di Inggris, membuat Paula memutuskan untuk berlibur ke Miami. Dia tidak pernah menyukai musim dingin. Baginya fashion di musim dingin itu terlalu membosankan, dia punya segudang pakaian untuk dipadupadankan di lemarinya.Namun jauh di dalam, alasan mengapa Paula pergi adalah bukan karena itu. Melainkan sesuatu yang mengganggu sikap rasionalnya akhir-akhir ini.Alexander Harrison. Pria yang dia pikir akan benar-benar memberinya cincin pertunangan, pergi meninggalkannya, sama seperti pria-pria sebelumnya.Melihat bagaimana Sophia, adik bungsunya yang kaku itu, bahagia dengan curahan cinta dari seorang pria, membuat Paula iri. Terlebih, pria itu adalah Albert Raymo

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status