Home / Romansa / Hasrat Terpendam Suamiku / 05. Makanan Enak (2)

Share

05. Makanan Enak (2)

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-09-19 08:00:44

Berendam, memang pilihan yang tepat.

Sophia kembali ke dapur dengan perasaan lebih baik. Namun perasaan itu tidak bertahan terlalu lama. Wajah Sophia memberengut saat melihat Albert, yang sedetik kemudian berubah terkejut melihat apa yang ternyata sedang laki-laki itu lakukan. Dia tengah mengangkat sesendok penuh masakan Sophia ke mulutnya.

“Jangan dimakan!” cegah Sophia dengan cepat.

Gerakan Albert langsung terhenti. “Kenapa?”

“Pokoknya jangan!”

“Memang kenapa? Apa kau sekarang sudah tidak sudi berbagi makanan denganku?” tanya Albert dengan tatapan jengah lalu menyuap potongan daging itu masuk ke dalam mulutnya.

Tepat pada kunyahan pertama, Albert langsung berhenti dan matanya membelalak.

Sophia hanya bisa meringis. “Aku sudah memperingatimu,” gumamnya.

Albert melanjutkan kunyahannya dan menelan gumpalan daging alot super pedas itu dengan susah payah, lalu meminum segelas air setelahnya dalam sekali tegukan. “Kau memasak ini?!” tanyanya tidak percaya.

Sophia mengangguk perlahan.

“Lain kali, jangan pernah mencoba untuk memasak apa pun!” tukas Albert dengan kejam.

Sophia berdecak jengkel, lalu meraih masakannya dan membuangnya begitu saja ke tempat sampah. Setelah itu, dia berdiri di hadapan Albert, mendongak menatap lelaki itu penuh berani—yang sebenarnya didorong oleh rasa jengkel.

“Aku akan melakukan apa pun yang mau aku lakukan! Besok, aku akan memasak banyak daging lagi dan menjadikannya makan malammu!”

Albert mundur dan menatap Sophia ngeri.

Tersadar dengan amarahnya yang konyol, Sophia pun juga mundur, dan menunduk. Kenapa dia marah-marah dengan bodoh seperti itu? sesalnya.

“Apa aku menyinggingmu?” tanya Albert setelah mereka cukup lama saling terdiam.

Sophia kembali mengangkat wajahnya menatap Albert. “Tidak sama sekali,” jawabnya cepat.

“Sepertinya iya. Kalau begitu, baiklah, aku yang akan memasak makan malam untuk kita.”

Sophia tidak yakin Albert serius, tapi laki-laki itu benar-benar melakukannya.

Dia mulai memasak, mengabaikan Sophia yang hanya bisa menatap lelaki itu tidak percaya.

Tentu saja, karena ini pertama kalinya Sophia melihat Albert memasak dan tahu bahwa ternyata lelaki itu memang benar-benar bisa melakukannya.

Lengan kemeja Albert digelung sampai siku. Dua kancing teratasnya sengaja dibuka, menampakkan kulit kecokelatan yang mulus. Pipi tirus dan rahang tegasnya mengencang dan tatapan matanya yang tajam menatap penuh konsentrasi.

 Albert bergerak di dapur seperti seorang profesional, melakukan segalanya dengan cekatan. Dan melihatnya memasak seperti ini benar-benar membaut Sophia kehilangan fokus pada segala hal selain dirinya.

Dan dengan bodoh, Sophia telah berdiri di sana memperhatikan Albert memasak selama hampir setengah jam.

“Kau pandai memasak,” komentar Sophia kemudian.

Albert menoleh padanya sekilas. “Duduklah.”

“Aku jadi tidak enak. Beri tahu apa yang harus aku lakukan.”

Albert berhenti sejenak, tampak berpikir, lalu menunjuk meja makan. “Kau bisa menata meja.”

Dan tanpa banyak tanya, Sophia pun melakukannya. Dia menghamparkan taplak meja, meletakkan semua perlengkapan makan dengan rapi, lalu menaruh sebuah vas bunga sebagai pemanis di tengah-tengahnya. Tidak lupa juga, Sophia menyalakan lilin.

Sophia tahu bahwa Albert tengah memasak sisa daging yang tadi digunakannya, jadi Sophia pergi mengambil wine dan es batu untuk mereka.

Setelah semuanya selesai, Albert membawa dua piring daging panggang dan saos yang ia buat sendiri, ke meja makan yang telah Sophia tata.

“Apa kau tidak perlu mandi? Tubuhmu berkeringat,” kata Sophia, mengutarakan isi kepalanya tanpa berpikir lebih dulu. Dia segera meralat, “Aku tidak berpikir bahwa kau bau, hanya saja ... kupikir mandi akan membuatmu merasa lebih nyaman. Ya, kan? Yah, aku tidak tahu. Terserah kau saja!”

Albert langsung menatapnya dengan tatapan aneh.

Sophia nyaris tersedak dengan ludahnya sendiri. “Ke-kenapa?”

Albert langsung menggeleng. “Bukan apa-apa,” jawabnya, sembari menarik kursi ke belakang dan duduk di sana.

Sophia pun melakukan hal yang sama. Dia mengambil gelas dan menuangkan anggur merah ke gelas Albert, serta ke gelasnya sendiri.

Setelah cairan merah bening itu lolos ke tenggorokannya, Sophia sedikit mengernyit merasakan sisa panasnya. Lalu dia meletakkan gelasnya dan mendongak menatap Albert yang duduk di hadapannya—juga tengah meluruskan pandang menatap balik Sophia.

Tiba-tiba saja, Sophia merasa setiap jengkal kulitnya meremang, dan detak jantungnya melaju semakin kencang. Dia tersadar, ini adalah makan malam pertama mereka.

Makan malam yang benar-benar terasa seperti makan malam, bukan paksaan untuk menelan gumpalan daging ke tenggorokan di restoran bintang lima di mana semua orang mengawasi mereka dengan penuh minat. Makan malam yang mereka lakukan selama ini selalu dipenuhi dengan kepalsuan dan kepura-puraan semata untuk menegaskan kepada media bahwa mereka masih berstatus suami istri. Ya, beberapa orang terkadang memang lupa, Sophia selalu ingin tertawa setiap mengingat alasannya berada di sana dengan gaun mahal dan makeup tebal untuk mempercantik wajahnya.

Sedangkan sekarang, Sophia tidak mengenakan gaun mahal, hanya kaos kebesaran dan jeans pendek. Dia juga bahkan tidak mengenakan sedikit pun polesan makeup di wajahnya. Namun, ini adalah makan malam terbaik yang ia miliki.

Albert tidak banyak bicara, tapi setiap kali Sophia bertanya, lelaki itu selalu menjawab dengan santai.

Hal ini mengingatkan Sophia lagi pada malam di kapal itu. Dan sejenak, dia pikir dia melihat sosok Albert yang selama ini dicarinya. Namun setiap kali hatinya mencoba untuk luluh, akal sehat memperingatinya dengan memperlihatkan kembali foto-foto kemesraan Albert dengan banyak wanita di luaran sana.

Tapi tetap saja, makan malam berjalan dengan baik.

Maksudnya, mereka tidak sedikit pun berargumen atau mengeluarkan kata-kata penuh sinisme. Hanya obrolan biasa. Sophia merasa santai, begitu pun juga dengan Albert. Mereka melupakan sejenak semua urusan di belakang dan hanya berfokus pada apa yang ada di momen ini.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Bab 6 - Family ( END)

    Matahari pagi menerpa wajahnya, memberikan ilusi seolah sinar suci keluar dari pori-porinya. Dan semua anak rambutnya yang berantakan di kepala dan sekitar wajah nya, berwarna keemasan alih-alih cokelat gelap.Albert tersenyum, menatap Sophia dengan mata teduh. Kebiasaan yang sudah dimilikinya sejak lama; bangun pagi-pagi supaya bisa menyisihkan waktu setidaknya setengah jam untuk berpuas diri menatap wajah istrinya itu.Anak pertama mereka sudah lahir, putra bermahkota yang membawa pesan baik; Istvanzino Raymond.Perhatian keduanya jadi terbagi antara satu sama lain dengan anak mereka yang baru berusia satu tahun. Tidak banyak waktu yang Albert habiskan bersama Sophia, begitu pun sebaliknya. Tapi itu tidak apa, karena dia menyayangi putranya lebih dari apapun, dia akan mengorbankan segalanya. Dan Albert tidak ragu bahwa Sophia juga pasti akan melakukan hal yang sama.Hanya pada waktu pagi hari, beberapa saat sebelum Istvanzino terbangun, Albert memiliki

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 5 - Something Very Valuable

    “Albert.”Albert yang tengah memusatkan tatapannya pada layar laptop menoleh pada Sophia yang berdiri di hadapannya sembari berkacak pinggang. Perutnya yang telah membesar mengintip keluar dari kaus polos yang dia kenakan, dan pemandangan itu benar-benar menggemaskan, sukses mengalihkan fokus Albert seketika.“Ada apa, Sophie?”Kening wanita itu berkerut-kerut dalam. Albert mengernyit, kemudian bertanya dengan nada cemas. “Kenapa? Apa perutmu sakit?”Sophia menggeleng.“Lalu?”“Apa kau ingat dengan kalung yang … dulu aku berikan padamu?”“Kalung yang mana?”Tatapan mata Sophia tampak gelisah. Dia mencoba untuk menjelaskan sesuatu yang tampaknya sulit untuk dia jelaskan.“Kalung … yang dulu sering aku kenakan,” ucapnya.Albert mencoba untuk mengingat-ingat, tidak butuh lama dia pun langsung teringat. Tapi keberadaan benda tersebut memang benar-benar telah Albert lupakan.“Ya, kenapa dengan kalung itu?” tanya

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 4 - In a Sunny Day

    Bulan-bulan berlalu begitu saja.Musim dingin telah berganti menjadi musim semi, kemudian matahari terasa semakin tinggi dan musim panas pun datang. Usia kandungan Sophia sudah menginjak minggu ke dua puluh enam, atau sekitar tujuh bulan.Semuanya masih terasa sama, kecuali tubuhnya yang membesar dan keposesifan suaminya yang semakin menjadi. Selain perut yang membuncit, Sophia tidak mengalami perubahan signifikan pada area tubuhnya yang lain, tapi justru Albert yang mengalami perubahan-perubahan itu.Selama tiga minggu terakhir, Albert merutinkan olahraga untuk menjaga kondisi tubuhnya dalam bentuk yang ideal. Dia telah memakan makanan yang seharusnya Sophia makan, dia melakukan hal-hal yang seharusnya Sophia ingin lakukan. Dia juga masih sangat sensitif pada aroma dan masing sering muntah-muntah.Sophia tidak mengerti kenapa justru Albert yang mengalami semua itu. Bukankah seharusnya dirinya sebagai ibu yang mengandung? Tapi Dokter mengatakan bahwa itu

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 3 - Sweet Honey (19)

    Siang yang mendung ini Sophia bangun dengan perasaan ringan di dadanya. Dia menggeliat sekaligus menguap untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku. Saat melirik pada jendela yang gordennya telah terbuka, salju turun dari langit dan semuanya nyaris tampak berwarna putih.Sophia pun bangkit duduk sembari menahan selimut untuk menutupi dadanya. Dia mengusap leher ketika mengingat aktivitasnya semalam dengan sang suami, Sophia nyaris merasa bahwa sentuhan pria itu masih tertinggal di kulitnya.Saat menoleh ke samping, dia tidak menemukan Albert di sana, dan seprai terasa dingin yang artinya Albert sudah bangun cukup lama. Sophia lantas bangkit, lalu dilepasnya selimut yang tadi menutupi tubuhnya, kemudian berjalan tanpa sehelai benang pun menuju tempat lilin aroma terapi masih menyala, Sophia meniupnya.Dia membutuhkan benda itu, karena ada begitu banyak lukisan di kamarnya ini sekarang. Aroma cat minyak masih tercium dari lukisan-lukisan yang belum sepenuhnya kering,

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 2 - Unexpected Encounter

    Suara deburan ombak memecah kesunyian malam. Semilir angin kencang bertiup, membawa aroma laut yang khas, menerbangkan embun air asin ke bibir pantai. Paula yakin kalau dia berdiri lebih lama di sana dia mungkin akan kembali ke kamar hotelnya dengan pakaian basah.Di akhir tahun yang terasa dingin di Inggris, membuat Paula memutuskan untuk berlibur ke Miami. Dia tidak pernah menyukai musim dingin. Baginya fashion di musim dingin itu terlalu membosankan, dia punya segudang pakaian untuk dipadupadankan di lemarinya.Namun jauh di dalam, alasan mengapa Paula pergi adalah bukan karena itu. Melainkan sesuatu yang mengganggu sikap rasionalnya akhir-akhir ini.Alexander Harrison. Pria yang dia pikir akan benar-benar memberinya cincin pertunangan, pergi meninggalkannya, sama seperti pria-pria sebelumnya.Melihat bagaimana Sophia, adik bungsunya yang kaku itu, bahagia dengan curahan cinta dari seorang pria, membuat Paula iri. Terlebih, pria itu adalah Albert Raymo

  • Hasrat Terpendam Suamiku   Extra Part 1 - Apologize

    Rasanya dingin.Sekujur tubuh dan ulu hatinya seolah membeku. Jalanan yang ramai tidak berhasil menepis rasa kesepian dan keputusasaan yang dia rasakan di dalam. Ucapan wanita itu terus terngiang dalam benaknya.Sophia Raymond.Apakah ini karma? pikir Cecilia.Sekarang, setelah dia tahu bahwa anak di dalam perutnya bukanlah anaknya bersama Albert, rasanya sedikit menyakitkan dan sulit dipercaya. Tapi kalau bukan Albert, siapa? Cecilia tahu bahwa dia telah bersikap seperti wanita murahan ketika memutuskan untuk mendekati Albert Raymond, namun pesona pria itu tidak bisa dia bantah, dan ayahnya saat itu begitu bangga ketika tahu Cecilia memiliki hubungan dekat dengan seorang seperti Albert.Cecilia merasa bahwa dia tidak bisa kehilangan lelaki itu, apapun alasannya, karena itu artinya dia akan kehilangan perhatian keluarganya juga. Sebab hanya dengan bersama Albert, dia akan dianggap berguna oleh ayahnya yang serakah.Namun kini, saat Cecilia s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status