Share

Bertemu Pengacara

last update Last Updated: 2025-07-20 21:33:41

Keesokan harinya.

Seperti yang dijanjikan Matthias, hari itu Luciana duduk di hadapan seorang pria paruh baya yang tampak tenang dan profesional—kuasa hukum yang akan membantunya mengajukan perceraian untuk Felix.

Ruangannya tidak besar, tapi terasa nyaman. Dindingnya dihiasi rak penuh buku hukum, dan meja kayu di depan mereka tampak bersih dan rapi. Namun bagi Luciana, suasana tetap terasa mencekam. Tangannya dingin. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia gugup.

Di sebelahnya, Matthias duduk tenang. Kehadiran pria itu memberinya sedikit keberanian, meski tetap saja ini adalah langkah besar—langkah yang akan mengubah seluruh hidupnya.

Pengacara itu membuka map dan menatapnya dengan pandangan sopan namun tajam.

"Jadi, Anda Nyonya Luciana Gabrielle?" tanyanya dengan suara tenang.

Luciana meneguk ludah, lalu mengangguk. "Ya."

"Dan Anda ingin mengajukan gugatan cerai terhadap Tuan Felix Adrian?"

Luciana menarik napas panjang. Ini saatnya.

"Iya," jawabnya, kali ini dengan suara
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Mencari Kesempatan

    Di dapur apartemen, Luciana bersenandung lirih. Dia mengaduk dan memasak makanan dengan santai. Senyum kecil sesekali membingkai bibirnya. Apron menggantung di leher. Menempel pada gaun di bawah lututnya. Rambut hitam itu diikat ke atas, memamerkan lehernya yang luas ketika dia bergerak lincah saat memasak untuk hidangan makan malam. Luciana benar-benar menikmati setiap detail kecil momen tersebut. Seakan-akan dia sudah lupa dengan semua kesedihan dan rasa kecewa yang beberapa hari ini membuatnya hancur—atau tepatnya, dia hanya sedang mencoba menghibur diri dari semua kemelut rumah tangganya. Satu hal yang jelas, rasa sedihnya perlahan lenyap, terbawa angin. Dukungan dari Matthias dan kehadiran pria itu yang selalu ada di sampingnya, telah memberikan energi positif. Luciana menyadari, kalau perlahan, dia mulai merasa nyaman. Sampai terkadang dia lupa, pria itu adalah iparnya. Dia menggelengkan kepalanya saat pikiran untuk benar-benar memiliki Matthias mengetuk hatinya. Sampai seb

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Terbiasa Bersama

    "Anda bisa menyelesaikan semuanya? Saya tidak ingin masalah perceraian ini berlarut-larut."Matthias menatap pengacara di depannya dengan serius. Dia masih di sana, saat Luciana sudah diminta olehnya menunggu di mobil. Meninggalkan mereka berdua di ruangan yang penuh ketegangan dan keseriusan. Ada tekanan kuat darinya terhadap pengacara itu. Dia tidak mau repot-repot untuk berbasa-basi, karena dia sudah mengeluarkan uang tidak sedikit, demi mencari pengacara hebat yang bisa membuat Luciana cepat bercerai dari Felix. "Anda tenang saja, Tuan. Bukti yang kita miliki, sudah kuat, tapi saya tetap perlu bertemu saksi.""Aku bisa mengurus itu. Aku dan temanku bisa menjadi saksi. Aku mengetahui semuanya."Matthias menjawab yakin. Sorot matanya tak berpaling dari pria paruh baya itu. Siap dan tegas. Meski keputusannya mungkin akan mengandung risiko. "Aku juga ingin melakukan hal yang sama. Setelah perceraian Luciana berjalan, aku ingin mengajukan perceraian."Pengacara itu tersentak. Matany

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Bertemu Pengacara

    Keesokan harinya.Seperti yang dijanjikan Matthias, hari itu Luciana duduk di hadapan seorang pria paruh baya yang tampak tenang dan profesional—kuasa hukum yang akan membantunya mengajukan perceraian untuk Felix.Ruangannya tidak besar, tapi terasa nyaman. Dindingnya dihiasi rak penuh buku hukum, dan meja kayu di depan mereka tampak bersih dan rapi. Namun bagi Luciana, suasana tetap terasa mencekam. Tangannya dingin. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia gugup.Di sebelahnya, Matthias duduk tenang. Kehadiran pria itu memberinya sedikit keberanian, meski tetap saja ini adalah langkah besar—langkah yang akan mengubah seluruh hidupnya.Pengacara itu membuka map dan menatapnya dengan pandangan sopan namun tajam."Jadi, Anda Nyonya Luciana Gabrielle?" tanyanya dengan suara tenang.Luciana meneguk ludah, lalu mengangguk. "Ya.""Dan Anda ingin mengajukan gugatan cerai terhadap Tuan Felix Adrian?"Luciana menarik napas panjang. Ini saatnya."Iya," jawabnya, kali ini dengan suara

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Apa Aku Jahat?

    Luciana mengaduk makan siangnya dengan sendok, tapi sejak tadi, tak satu suap pun masuk ke mulutnya. Gerakannya monoton, hanya sekadar menggugurkan kewajiban duduk di meja makan. Pikirannya melayang entah ke mana.Ruang makan itu seolah sunyi, meski pengunjung restoran cukup ramai. Satu-satunya yang terdengar bagi Luciana di sana, hanya suara alat makan yang beradu pelan dengan piring. Sesekali, napasnya terdengar berat. Sorot matanya kosong, jauh dari apa pun yang ada di hadapannya.Dia sedang melamun.Sampai akhirnya, sebuah sentuhan lembut menyadarkannya. Sebuah tangan menyentuh punggung tangannya pelan, membuatnya mendongak.Matanya langsung bertemu dengan sorot gelap milik Matthias. Pria itu duduk di seberangnya, menatapnya lekat-lekat dengan kekhawatiran yang tak berusaha dia sembunyikan."Kau masih memikirkan kejadian tadi?"Luciana hanya menatapnya sebentar sebelum menarik napas dalam. Alisnya mengernyit, lalu dia mengembuskan napas dan meletakkan sendoknya. Tatapannya jatuh k

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Pembalasan

    "Ahh…"Erangan lirih lolos dari bibir Luciana. Tubuhnya bergetar, lemas, dan bersandar di dada Matthias. Napasnya terengah, keringat membasahi pelipisnya, dan helaian rambutnya menempel di wajah. Meski pakaiannya masih melekat di tubuh, kondisinya jelas berantakan—lengan kemeja terbuka, rok yang naik, dan sisa-sisa ketergesaan masih terasa di udara.Rasa bersalah menyelinap, tapi tidak cukup kuat untuk menandingi rasa puas yang mengalir setelah kehampaan panjang yang dia telan selama ini. Semenjak tandusnya hubungannya dengan Felix. Dalam pelukan pria ini, Luciana seakan kembali bernapas. Dosa yang terasa membebaskan.Dia tahu ini salah.Tapi ... dia tidak peduli.Luciana perlahan mengangkat wajah. Tangannya terulur, menyentuh dada Matthias yang masih terbuka sebagian. Dia menatap kancing kemejanya yang lepas, lalu mulai mengancingkannya satu per satu dengan gerakan pelan dan gugup.“Tidak seharusnya kita melakukan ini ... di kantor,” bisiknya dengan rona merah merambat di pipinya.Be

  • Hasrat Tersembunyi Iparku   Menerima Takdir

    "Pak Martin baru saja mengabari kalau dia menyetujui proposal kita sebelumnya, Matthias. Kabar baik, dia memberi keputusan lebih cepat dari yang kita perkirakan."Luciana tersenyum sambil menyerahkan beberapa dokumen ke meja Matthias. Namun pria itu tidak bergeming. Tatapannya kosong, menembus lembar-lembar kertas seolah pikirannya sedang terdampar jauh dari ruangan itu."Matthias?"Luciana melambaikan tangan di depan wajahnya. Butuh waktu beberapa detik sebelum pria itu berkedip dan akhirnya menoleh padanya."Ya? Maaf, apa tadi?""Pak Martin setuju. Kamu baik-baik saja? Kamu kelihatan... tidak seperti biasanya. Ada yang mengganggu pikiranmu?"Luciana menatap penuh tanya. Dia mengenal pria ini cukup baik untuk tahu bahwa Matthias bukan tipe yang gampang kehilangan fokus—terutama saat sedang bekerja, tapi kali ini, jelas ada sesuatu yang mengusik ketenangannya."Setuju? Itu bagus... kabar baik," ucap Matthias pelan. Lalu menambahkan dengan nada ringan yang terdengar dipaksakan, "Aku ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status