Share

Surat Perjanjian

Author: Rich Women
last update Last Updated: 2024-01-17 09:39:23

1. Kita menikah hanya satu tahun saja. Di masa itu, pihak pertama maupun kedua, boleh mengajukan perceraian apabila dalam jangka waktu tersebut, salah satu diantara mereka merasa tidak nyaman dengan hubungan ini.

2. Setelah menikah, masing-masing pihak tidak boleh KEPO dan ikut campur dengan urusan pasangan.

3. Tidak ada yang namanya melayani dan dilayani.

4. Tidak ada hubungan suami istri.

5. Tidak melakukan hubungan suami istri.

6. Harus pisah kamar, biar tidak ada hubungan suami istri.

7. Tidak ada skinship, cuddle, dan apapun itu.

Gilang menaikkan gagang kacamata minusnya usai membaca surat perjanjian pranikah yang Arella berikan padanya beberapa saat lalu. "Point 4-6 kenapa isinya mirip?"

"Ya buat mempertegas kalau aku nggak mau kita sampai melakukan hubungan seks," pungkas Arella.

"Tapi kita kan udah nikah, harusnya itu normal."

"Itu kan menurut lo! Menurut gue enggak, Gilang! Deket ama lo aja gue malas apalagi sampai berhubungan badan. Yang bener aja?" Arella mengerutkan keningnya. Raut wajahnya sangat menunjukkan ketidaksukaannya pada Sang calon suami.

"Apa yang bikin kamu jijik?"

"Penampilan lo itu kampungan! Mana nafsu gue ngeliat lo!"

Gilang mengatupkan bibirnya. Arella kalau bicara memang suka tidak di filter sepertinya.

"Emang yang bikin kamu nafsu cowok yang kayak gimana?" tanya Gilang dengan wajah tak berdosa.

Sementara Arella agak syok ketika Gilang bertanya semacam itu kepadanya. "Yakin lo mau tau?"

Pemuda dengan rambut klimis itu mengangguk.

"Gue bakal kasih tau tipe cowok kesukaan gue, tapi—" Arella sengaja berhenti bicara untuk beberapa saat supaya Gilang penasaran. "Tanda tanganin dulu itu perjanjian. Baru gue kasih tau gimana tipe cowok yang gue mau."

Gilang menghela nafas panjang. Terlihat jelas jika Arella sedang ingin mempermainkan dirinya. Tapi ia hanya diam dan mengambil pulpen yang Arella sodorkan tanpa banyak bicara.

"Aku boleh tambahin beberapa point nggak?"

Arella menciptakan kedua kelopak matanya. "Buat apa?"

"Biar adil aja."

Gadis cantik dengan kulit putih itu terlihat berpikir keras. Menimbang-nimbang apakah ia harus menyetujui permintaan Gilang atau tidak.

"Ya udah. Buruan tulis!" titah Arella pada akhirnya.

Gilang kembali membenarkan posisi kacamatanya sebelum menuliskan sesuatu di kertas berwarna putih tersebut. Entah apa yang dia tulis di sana, namun Arella terlihat sabar menunggu Gilang menyelesaikan pekerjaannya. Walaupun dia merasa sedikit was-was.

"Eh— tunggu!" sela Arella begitu melihat Gilang ingin tanda tanga di atas materai. "Gue mau liat apa yang lo tulis."

Pemuda berkemeja kotak-kotak tersebut menyerahk kertas itu kembali ke pemiliknya. "Silahkan."

Tatapan Arella tampak awas. Dia membaca beberapa point tambahan dengan hati berdebar.

8. Selama di area rumah, Arella harus patuh pada setiap ucapan suaminya.

9. Jam 10 sudah harus sampai di rumah tidak peduli apapun alasannya.

10. Tidak boleh membawa teman lawan jenis.

"Nggak susah kan?"

Suara Gilang membuat fokus Arella sedikit buyar. "Point nomor 8 apa maksudnya? Emang lo mau nyuruh gue apa? Masak? Beres-beres? Gue nggak mau kalau harus ngelakuin itu semua. Gue kan bukan babu lo!"

"Enggak kok. Soal itu aku bisa kerjain sendiri pas pulang kerja. Aku cuma minta kamu nggak banyak ngebantah kalau semisal kamu salah."

"Kalau yang menurut lo salah, tapi di mata gue bener gimana? Kan nggak adil nakanya?"

"Adil-adil aja sih sebenernya. Toh aku juga nggak protes kan waktu kamu nulis point 4 sampai 7? Padahal itu tugas wajib istri," tukas Gilang tak mau kalah.

Arella menelan ludah. Dia pikir akan mudah untuk membodohi Gilang. Tapi rupanya dia salah.

"Oke. Deal."

Gilang melakukan kepalanya sebelum meminta kembali kertas yang tadi di pegang oleh Arella. Tanpa banyak bicara mereka berdua memutuskan untuk menandatangani surat perjanjian tersebut.

"Huuh, sekarang gue bisa lega," tutur Arella.

Gilang memperhatikan wanita itu dalam diam. Bahkan cara minum Arella pun tak luput dari penglihatannya. "Kamu nggak pesen makanan?"

"Enggak. Gue nggak laper," balas Arella. "Kalau lo mau pesen makanan, pesen aja sana! Tapi lo bayar sendiri."

"Aku juga nggak ada niatan buat minta traktir kok."

Arella berdecih. Matanya menatap nyalang ke arah Gilang yang baru saja memanggil waiters untuk memesan makanan.

"Kamu yakin nggak mau pesen?" Gilang menatap perempuan yang akan menjadi calon istrinya itu, untuk memastikan apakah Arella ingin memesan sesuatu. "Nggak usah khawatir, aku yang bayar kok."

Arella mendengkus. Ia merasa kesal dengan nada bicara Gilang yang terkesan sombong. Padahal, kalau makanan seperti itu ya juga bisa membelinya sendiri.

"Beneran kamu yang bayar?"

"Hm."

"Okey... Minta tolong buku menunya dong Mbak," pinta Arella pada Sang waiters.

Kedua manik indah Arella langsung menyusuri satu persatu menu yang ada di buku. Mencari makanan apa yang paling mahal di cafe tersebut.

"Aku pesan ini, ini, dan ini," ucap Arella sambil menunjuk gambar Steak Sandwich, Roasted baby chicken, dan Wakame tuna salad. Menu termahal di caffe tersebut.

Gilang memperhatikan Arella tanpa banyak bicara. Saya sedang mengikuti apapun itu yang dilakukan oleh calon istrinya.

"Minumannya Nona?"

"Lemon tea aja. Less ice ya."

"Baik Nona. Saya ulangi pesanannya ya..." Saat Sang waiters sibuk membacakan pesanan mereka, Arella dan Gilang justru saling melempar pandangan satu sama lain.

"Aku baru tau kalau makan kamu banyak juga," celetuk Gilang.

"Kenapa? Lo takut nggak bisa bayar?" sindir Arella. "Padahal itu baru makan siang, nanti kalau kita nikah, lo harus ngebiayai semua kebutuhan gue."

"Aku lebih mikir ke mubazir aja."

"Ya tinggal buang aja kan? Kayak orang susah aja."

"Diluar sana masih banyak yang kekurangan makanan."

"Bodoh amat." Arella memutar kedua bola matanya dan bersikap acuh. Mana peduli dia dengan ucapan Gilang.

"Silahkan Tuan, Nona, makanannya."

Tapi belum selesai pramusaji menata makanan itu di atas meja, Arella malah berdiri dan bersiap untuk pergi.

"Kamu mau ke mana?" tanya Gilang sambil memandang perempuan cantik itu.

"Aku mau pulang."

"Terus ini?"

"Lo aja yang makan," balas Arella sambil tersenyum jahil.

Gilang menghela nafas panjang. Sudah dia duga jika akan begini akhirnya. Dibalik kacamata minusnya Gilang menatap tajam ke arah Arella yang beranjak pergi dan semakin menjauh dari mejanya. Dia bukannya tidak punya uang untuk membayar, tapi diankirang suka dengan sikap Arella yang main-main dengan makanan.

Sementara Arella sendiri, bukannya langsung pergi dari sana tapi sibuk mengintip melalui jendela caffe hanya untuk melihat reaksi Gilang setelah kepergiannya. Wajah lesu pemuda itu membuat Arella merasa puas.

"Rasain lo, gue kerjain. Abis, sok-sok'an mau traktir. Dasar cowok cupu!" Arella tertawa puas. Iya puas— puas karena sudah berhasil mengerjai, Gilang si calon suaminya.

Harap-harap, setelah ini pemuda itu kapok, dan mundur untuk mendekatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Tersembunyi Suami Cupuku   (21+) Unboxing?

    Arella mencoba menggerakkan tangannya yang terikat, tapi sia-sia. Gesper yang digunakan Gilang terlalu kuat untuk dilepaskan. Matanya semakin memerah karena ketakutan dan amarah yang berkecamuk di dalam dirinya. "Gilang, lepasin gue! Lo gak bisa ngelakuin ini!"Gilang menatapnya dengan tatapan dingin, "Kamu yang memulai ini semua, Arella. Sekarang, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu ucapkan.""Tanggung jawab apaan? Gue gak ada hubungan sama lo selain perjodohan sialan ini!" Arella berteriak, mencoba menggertak meski di dalam hati ia benar-benar ketakutan."Perjodohan atau bukan, kamu adalah istriku," Gilang membalas dengan tegas. "Dan aku berhak atas kamu."Arella mendesah kesal, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang menakutkan ini. Tapi sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, Gilang sudah melepaskan kemejanya, memperlihatkan tubuh berototnya yang selama ini tersembunyi di balik pakaian rapi. Arella tertegun sejenak, tidak menyangka bahwa di balik penampilan cupu s

  • Hasrat Tersembunyi Suami Cupuku   (21+) Tes Keperawanan

    "Kenapa kamu bahas itu lagi? Kamu masih gak terima?""Aku khawatir Arella."Pffft—Arella tertawa cukup keras usai mendengar penuturan Gilang. "Gak usah repot-repot Gilang! Gue bisa jaga diri.""Jaga diri gimana? Kamu aja gak bisa apa-apa saat Anton hampir memperkosa kamu," tukas Gilang dengan nada begitu sinis."Ya udah, biarin aja Anton mau ngapain juga. Toh gue juga udah gak perawan," balas Arella dengan santainya.Gilang tersentak. Pandangan matanya menajam seketika itu juga. Ia memandangi sang istri yang melipat kedua tangannya di dada, menelaah apakah Arella sungguh-sungguh dengan ucapannya."Kenapa? Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu? Lo pasti mikir kalau gue ini masih perawan, ya kan?" Arella kembali tertawa. "Gilang... Gilang... Jaman sekarang mana ada si perempuan yang benar-benar masih perawan, apalagi cewek macem gue yang yaaah— lo tau sendiri kan gimana pergaulannya."Gilang masih diam saja. Menyimak apapun yang keluar dari bibir istrinya."Makanya, dari awal gue minta lo

  • Hasrat Tersembunyi Suami Cupuku   Suami yang Misterius

    "Sayang... Sini! Ayo peluk aku! Lakuin apapun sesuka kamu. Aku rela ngasih keperawananku buat kamu, Sayang."Tubuh Gilang meremang. Belaian jemari Arella pada Juniornya membuat sekujur tubuhnya merinding."A-Arella hentikan! Kamu mabuk!""Gak! Aku nggak mabuk. Aku sadar sama apa yang aku lakuin!" Arella memeluk Gilang, sementara lututnya ia sematkan di antara kedua kaki sang suami."Sadar Arella!""Udahlah sayang, kamu jangan nolak! Cuma cara ini yang dapat kita lakukan agar Mama dan Papa gak misahin kita." Arella mengusap pipi Gilang."Ayo hamili aku! Buat aku mengandung anak kamu! Supaya aku gak jadi nikah sama si cupu itu!""Arella! Sadar!""Sakti sayang... Please... Ayo kita ngelakuin itu. Aku udah siap ML sama kamu."Haaah!!!Gilang mengunggar rambutnya dengan gusar. Masih terbayang-bayang bagaimana wajah sayu Arella ketika menggodanya semalam. Walaupun gadis itu sedang mabuk dan dalam kondisi memikirkan orang lain, tapi tetap saja sebagai lelaki normal Gilang hampir saja memanfa

  • Hasrat Tersembunyi Suami Cupuku   Apa yang Terjadi Kemarin?

    "Kleeek"Gilang yang sedang membuat sarapan, cepat-cepat memakai kacamatanya saat melihat suara pintu kamar terbuka. Ia sudah tau siapa yang keluar dari kamar dan berjalan mendekatinya. Siapa lagi kalau bukan Arella."Oi."Pemuda itu menoleh. Bersikap cupu di depan Arella yang sepertinya masih sedikit hangover."Kamu— baru bangun.""Lo yang ganti baju gue?" Itulah pertanyaan yang pertama kali Arella ajukan. "Lo gak macam-macam kan kemarin pas gue mabuk?" sambungnya."Iya, aku yang gantiin baju kamu. Tapi kamu gak usah khawatir, aku—""Ya sih, gue tau lo gak akan aneh-aneh, lagian apa sih yang bisa cowok cupu lakuin," sindir Arella. "Lo aja gak berani natap gue pas lagi ngobrol, apalagi aneh-aneh."Gilang meremas gagang spatula yang dia gunakan untuk memasak nasi goreng. Pria 30 tahunan itu mendengkus dan pura-pura tidak mendengar ucapan istrinya."Kemarin— apa aja yang terjadi?"Lirikan mata Gilang tertuju pada sang istri yang baru saja selesai menegak minumannya. "Lo gak buat onar di

  • Hasrat Tersembunyi Suami Cupuku   (21+) Akibat Mabuk Berat

    "Sayang..."Gilang tersentak kecil saat sepasang lengan tiba-tiba merangkul perutnya dengan mesra. Ia melihat ke arah cermin. Di belakangnya ternyata sudah ada Arella sebagai pelaku pemelukan tersebut."Arella, kamu—""Sayang, aku kangen. Kamu ke mana aja? Kenapa perginya lama banget, um?"Gilang memperhatikan sang istri. Dilihat dari kondisi sekarang ini sepertinya gadis itu masih dalam pengaruh alkohol."Sayang..." Panggil Arella lagi, matanya masih terpejam dan pipinya di penuhi semburat kemerahan. "Sakti sayang, aku kangen banget sama kamu."Lagi-lagi Gilang dibuat tak bergeming ketika mendengar Arella menyebut nama pria lain."Sakti? Siapa itu Sakti?" pikirnya penasaran.Pemuda itu kembali memakai kacamatanya dan berbalik. Ia memegangi pipi Arella yang masih sempoyongan."Arella, sadar! Aku bukan Sakti! Aku Gilang.""Sakti sayang..." Arella tak merespon ucapan Gilang. Dia justru kembali merangkul pundak suaminya itu sambil meracau. "Sayang, kenapa kamu pergi? Apa kamu gak cinta la

  • Hasrat Tersembunyi Suami Cupuku   Amarah Gilang

    "Sialan!" maki Anton kesal. " Berani-beraninya lo nonjok gue!" Anton menarik kerah kemeja Gilang hingga keduanya sama-sama berdiri dan saling berhadapan. Pemuda itu tampak tidak gentar walaupun lawannya adalah Gilang yang jelas-jelas lebih tua darinya."Lo yang sialan!" desis Gilang balik. Sorot matanya yang tajam seperti belati yang siap menusuk Anton kapan pun dia inginkan. "Mau lo apain istri gue, hah?!" serah Gilang sembari mencengkram balik bagian depan baju yang Anton gunakan."Nggak pantes lo nyebut Arella istri, lo aja nggak pernah dia anggep sebagai suami."Bugh!Gilang meninju pipi Anton. Pun sebaliknya. Anton meninju rahang Gilang dengan keras hingga kacamata minus Gilang jatuh dan terlempar entah ke mana."Brengsek!" maki Gilang. Ia nyaris saja maju dan kembali saling serang, jika saja Yudha dan teman-teman Anton tidak datang dan menghalau keduanya. "Jangan ikut campur, brengsek! Emangnya lo siapa sok tahu banget sama urusan kita.""Kenapa? Arella sendiri yang bilang kalau

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status