Share

Bab 172.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 16:07:37

Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen.

Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu.

Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya.

Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi.

"Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya.

"Baik."

Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu.

'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arie Benu
novelnya menarik, cuman syg nunggu updatenya, udah lama sedikit lagi .. jd malas membaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 235.

    "Pijar Taruna hanyalah sebuah yayasan dan tak ada urusannya dengan urusan kita..! Tak perlu kau tahu nama pimpinan kami..!" seru kesal Ojay, tak ingin membawa-bawa Pijar Taruna dalam urusan itu. "Brengsek..! Matilah kau..!" Seth..! Darko memaki keras, seraya menerjang cepat ke arah Ojay. Tangannya yang dilambari aji pukulan 'Naga Bergolak', langsung dilesatkan ke arah dada lawannya. "Ahh..!" Ojay terperangah kaget bukan main. Saat dia melihat kecepatan gerak Darko, yang bagaikan hantu tanpa gravitasi itu.Ojay pun hanya sempat perkuat Pagar Sukmanya, seraya silangkan kedua tangan di depan dadanya. Berharap Pagar Sukmanya bisa mengatasi dan meredam serangan pukulan Darko. Dan ... Blaghk..! "Hargkh..!" Wesh..! Brugh..! Ojay pun terhantam dan terhempas ambruk ke tanah, seraya percikkan darah dari mulutnya. "Ojay..! Kau tak apa-apa kan..?!" seru cemas Hendri, seraya langsung bergegas hendak menghampiri sahabatnya itu. Namun ... "Hihh..!" Swashk..! Darko menyerang tanpa tanggung, ten

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 234.

    "Diamlah Jay..! Tak mungkin aku meninggalkanmu sendirian menghadapi mereka berempat..!" seru Hendri, menolak untuk pergi. Sementara nampak wajah sang pelayan dan pemilik cafe langsung pucat dan panik seketika. Mereka seperti sudah mencium aroma kericuhan akan terjadi di cafe mereka. Bahkan ada sepasang kekasih yang langsung keluar dari cafe itu, karena mereka mencium gelagat tak nyaman atas situasi di cafe itu. Otomatis kini pengunjung di cafe itu hanya tinggal Ojay, Hendri, serta Darko cs berempat. "Hmm. Kalian sepertinya mau cari urusan denganku. Mari kita selesaikan diluar saja..!" seru Ojay, seraya berdiri dari kursinya dan melangkah keluar cafe. Hendri pun mengiringi dibelakangnya. "Bedebah..! Sok jago kau bedebah..!" seru murka Darko bukan kepalang. Karena dia merasa ditantang langsung oleh Ojay. Mengikuti rasa emosinya, ingin rasanya Darko langsung mencabut pistol di balik pinggangnya. Lalu menghabisi Ojay dan rekannya saat itu juga. Namun tentu saja Darko masih berpikir

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 233.

    "Hhh, baiklah..! Kalau begitu, Yoga dan anak buahnya akan kuberi sedikit tugas pada acara pesta itu nanti..! Tenanglah Dek..!" seru sebal Prayoga seraya menyeringai. "Setuju Mas. Lakukan saja dengan halus dan rapih. Biar pesta mereka berantakkan sekalian..! Huhh..!" seru Niken sepakat, seraya mendengus kesal. Ya, itulah rata-rata penyakit orang-orang yang terbiasa mau dipuji, diakui, dan dihormati oleh orang lain. Prayoga dan istrinya merasa sangat marah dan terhina, jika ada pihak atau orang yang tak menghargai, tak menganggap, dan tak hormat pada mereka. "Tenanglah Dek. Acara mereka masih 3 hari lagi, dan kebetulan dilangsungkan di kediaman mereka. Masih sangat cukup waktu untuk Yoga dan teman-temannya mengatur rencana..!" ujar tegas penuh amarah Prayoga. *** Hendri dan Ojay tengah duduk santai di sebuah cafe sore itu.Keduanya adalah anggota Pijar Taruna yang baru saja selesai latihan rutin di markas mereka. Mereka memutuskan mampir di cafe cukup asri di tepi jalan itu sebelu

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 232.

    "Mengapa Mas terus melihat ke arah jendela itu..? Jendela kamar ini memang sengaja tak diberi teralis. Karena Mamah lebih menyukai terpaan udara segar langsung dari luar Mas," tanya Lidya heran.Sejak tadi dia duduk di tepi ranjang kamar itu, seraya memperhatikan prilaku suaminya yang nampak agak aneh menurutnya saat itu. "Tak apa Lidya. Aku hanya ingin memastikan sebab Mamah bisa terjatuh dari lantai ini kok," ujar Bimo seraya tersenyum menoleh ke arah istrinya. "Hahh..?! L-lalu menurut Mas Bimo, apakah jatuhnya Mamah adalah hal yang murni kelalalian Mamah, atau ada sebab lain..?!" sentak terkejut Lidya, mendengar kemungkinan ada orang jahat yang mencelakai mamahnya. Ya, tentu saja begitu..!Karena pihak aparat yang meninjau dan memeriksa kamar itu, tak lama setelah kejadian tadi siang. Mereka menyimpulkan jatuhnya Helda, adalah murni karena kelalaian dan ketak sengajaan Helda. Hal yang disimpulkan setelah mereka tak melihat tanda-tanda atau barang bukti apapun yang mengarah pada

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 231.

    "Halah..! Aku tahu kau juga senang mendengar kabar itu Niken..! Karena kini kau berpeluang menjadi Ketua yayasan istri para pengusaha, menggantikan Helda yang telah mati itu," ucap ketus Prayoga. "Lho..?! Kok kesana sih Mas pikiranmu itu..!" seru kesal Niken, dengan wajah merengut.Namun diam-diam, sebenarnya hati Niken memang membenarkan prasangka suaminya itu. Ada debar senang tersembunyi di hatinya, saat dia mendengar kabar kematian saingannya itu. Ya, sungguh sepasang suami istri yang 'senada dan seirama' Prayoga dan Niken ini. *** Sementara malam itu di sebuah posko cukup luas, yang menyerupai kantor satu lantai nampak agak ramai. Bangunan posko itu berada di samping kiri kediaman Evan, berbatasan dengan pagar keliling rumah Evan. Evan dan orang-orangnya menyebut posko itu sebagai MarShal (Markas Security Halim). Ya, di posko MarShal itulah berkumpul para security dan orang-orang dunia bawah dari Halim Group. Nampak tengah berbincang sekitar 5 orang di teras itu, mereka ad

  • Hasrat sang Konsultan Idaman   Bab 230.

    'Ahh..! Lily..! Ya, Lily harus segera tahu kabar ini..!' sentak bathin Hendra, teringat pada putri semata wayangnya itu. Namun belum juga sempat Hendra menghubungi Lidya via ponselnya, saat... Tutt..! Tuutt..! 'Lily memanggil', tertera di layar ponsel Hendra. Segera saja Hendra menerima panggilan itu. Klikh..! "Pahh..! Lidya sedang menuju ke rumah bersama Mas Bimo..! Mas Bimo tiba-tiba mengajak Lidya ke rumah. Ada apa ya Pah..?! Mas Bimo cuma bilang nanti Lidya akan tahu di sana..!" Terdengar seruan cemas Lidya di sana. Matanya nampak melirik kesal pada Bimo, yang belum memberitahunya perihal apa yang terjadi sebenarnya. Namun Lidya sendiri melihat ketegangan dan kesedihan di wajah suaminya itu. Karenanya dia pun langsung menghubungi ayahnya. "Heii..! Ahh..! B-baru saja papah mau menghubungimu Lily..! M-mamahmu ... Lily.. Mamah t-telah tiada..! Tsk, tsk..! Papah juga akan pulang sekarang dengan helikopter..!" Hendra cukup terkejut, mendengar Lidya dan Bimo telah otw menuju ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status