Home / Urban / Hasrat sang PEBINOR / Menikah atas Kesepakatan

Share

Menikah atas Kesepakatan

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2023-06-04 15:19:04

Ingin pulang ke rumah orang tua, namun Rochman merasa tidak enak hati jika tidak pulang bersama istrinya. Dia pun tidak ingin kedua orang tuanya tahu masalah rumah tangganya.

'satu tahun aku pacaran dengan Jhulie, dan orang tuaku sudah setuju dan menikahkan kita, sekarang sudah tiga tahun pernikahan kita, apakah harus berakhir kandas begini?' batin Rochman.

Sekilas, kembali teringat kejadian sewaktu Rochman masih berpacaran dengan Jhulie.

****

Flashback tiga tahun lalu ....

Sepasang suami istri paruh baya yang merupakan kedua orang tua Rochman, terlihat penuh wibawa mendekati anak semata wayangnya yang tak lain adalah Rochman.

"Man, kamu sudah satu tahun menjalin hubungan dengan Jhulie. Apakah kalian tidak ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius? Kami ingin sekali menimang cucu, mendengar tangisannya setiap hari mengingat umur kami sudah tidak muda lagi," kata Ibunda Rochman.

Rochman mengerutkan keningnya, dia merasa heran karena ibunya berbicara yang tidak biasanya. "Mama ini, kok ngomongnya gitu?"

"Kamu dengarkan dulu maksud Mama, kami kan sudah tua, kalau ada apa-apa di kemudian hari, kami tentu bisa menghadapinya dengan tenang, kalau kamu sudah menikah dan punya anak. Kami akan bangga, kalau kamu sudah berkeluarga. Kamu paham, kan?" tutur Ibunda Rochman.

"Iya, Ma, aku paham. Tapi, bagaimana dengan Jhulie, apa dia mau nikah mendadak?" ujar Rochman.

"Tidak begitu juga konsepnya, Papa tidak meminta kalian nikah mendadak, kalian berdua bisa membicarakan dulu hal ini, dan menyiapkan segala sesuatunya," sambung Ayah Rochman.

Rochman mengangguk pertanda memahami maksud kedua orang tuanya itu.

**Flashback off

Rochman tampak sedang memijit pelipis matanya. dadanya terasa sesak, menyadari pernikahannya yang telah kandas hanya karena ulah Jhulie.

Sedih pun percuma bagi Rochman, hal itu tidak akan menyelesaikan masalahnya.

****

Tak terasa, malam hari tiba. Dan Rochman masih saja berkeliaran mengendarai mobilnya, pria itu hanya berkeliling di sekitar jalanan itu saja. Karena lelah dan juga mengantuk, Rochman memutuskan untuk pulang.

Saat itu, Jhulie sedang menonton televisi di ruang tengah. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam, namun Rochman tak kunjung pulang. Hingga tanpa sadar, Jhulie tertidur di sofa.

Ceklek ....

Sayup-sayup terdengar suara pintu terbuka. Jhulie yang memang belum pulas, pun terbangun. Dia menoleh ke arah pintu. Tampak Rochman sedang berjalan menuju ke arah istrinya.

"Jhulie, kamu belum tidur?" tanya Rochman.

"Apa kamu buta? Bukankah kamu lihat sendiri, kalau aku masih melek," cetus Jhulie.

"Ya Tuhan, kamu kasar sekali dengan suamimu, Jhul," lirih Rochman sambil mengelus dada.

"Karna aku sudah tidak cinta lagi denganmu, paham? Kamu tunggulah surat cerai dari pengadilan. Besok, aku akan mengajukan gugat cerai," kata Jhulie lantang.

"Jhul, kalau kamu memang ingin menceraikan ku, terus buat apa juga kamu mau menikahi denganku? Harusnya kamu tolak kesepakatan orang tua kita waktu itu. Sebenarnya, aku juga dari awal ragu untuk menikah cepat. Tapi, aku hanya mencoba patuh dengan perintah orang tuaku. Karna bagaimana pun, mereka adalah orang tuaku yang sudah membesarkan ku," tutur Rochman dengan nada mengiba.

Jhulie menatap intens ke arah Rochman. "Aku pun sama denganmu, aku hanya mematuhi perintah orang tuaku. Awalnya aku pikir, aku akan hidup bahagia menikah denganmu. Tapi ternyata, aku punya suami seperti tidak punya suami."

"Jhul, kita bisa membicarakan lagi masalah ini. Dan tidak harus bercerai. Kita sudah menikah selama tiga tahun, apa kamu ingin pernikahan kita kandas begitu saja?" ujar Rochman.

"Sudahlah, aku malas berdebat denganmu! Sekarang, buatkan aku minum, setelah itu aku ingin istirahat," ujar Jhulie ketus.

"Jhul, seharusnya kamu yang membuatkan aku minum, kamu itu istriku, jadi sudah sepantasnya kamu melayaniku," ketus Rochman.

"Enak saja, aku haus jadi kamu wajib membuatkan aku minum, lagian kamu dari mana saja? Pasti enak-enakan kan pergi senang-senang," tukas Jhulie.

"Senang-senang apa, Jhul? Aku hanya mengelilingi jalanan, sambil memikirkan pernikahan kita ini," kata Rochman.

"Sudah-sudah, cepat buatkan aku minuman hangat, aku sedang tidak ingin membahas lainnya," ketus Jhulie.

Dengan langkah gontai, Rochman berjalan ke dapur, dan menyeduh minuman untuk istrinya. Mereka berdua memang belum memiliki Asisten Rumah Tangga, karena mereka memang belum mendapatkannya.

Di dapur, Rochman bingung mencari teh untuk diseduh, karena dia memang belum pernah membuatkan minum untuk istrinya. Biasanya, selalu dibuatkan oleh asisten rumah tangganya, sewaktu belum pindah di rumah barunya itu.

Setengah jam kemudian ....

"Mas! Lama sekali kamu. Disuruh buat minum, malah ngapain kamu?" Jhulie terlihat geram.

"Sabar, Jhul, aku sedang mencari teh, dan air dispenser juga habis, jadi aku harus merebus air dulu ...." Terdengar suara dari arah dapur membuat Jhulie bertambah geram.

Prang ....!

Tiba-tiba terdengar suara gelas pecah.

"Apa lagi sih? Jadi suami tidak betul, bikin minum saja tidak bisa!" gerutu Jhulie sambil berjalan ke arah dapur.

"Apa yang pecah?" tanya Jhulie spontan.

Maaf, Jhul, gelasnya licin jadi jatuh," kata Rochman merasa bersalah.

"Kamu itu, jadi suami saja tidak benar, suruh bikin minum harus ada drama gelas pecah. Sudahlah, aku mau keluar. Cari minum di kedai saja pasti lebih enak." Jhulie segera berlalu meninggalkan Rochman yang sibuk membersihkan pecahan gelas.

"Jhul, kamu mau kemana? Ini sudah malam, tidak baik untuk perempuan keluar semdiri," cegah Rochman.

Namun Jhulie tidak menghiraukan ucapan suaminya, dia terus saja berjalan keluar rumah.

Rochman pun pasrah, dia membersihkan pecahan gelas tersebut. Setelah semuanya bersih, Rochman berjalan ke arah ruang depan. 'Hem, pergi beneran dia. Tidak betah di rumah kah?' batinnya.

Kemudian pria itu berjalan masuk ke dalam kamar, dia berdiri di depan cermin. Mengamati dirinya lewat pantulan cermin.

"Kenapa semua jadi seperti ini? Kalau saja aku tahu bakal jadi begini, aku tidak akan mau menikah dengan Jhulie waktu itu. Tapi, aku juga tidak kuasa menentang kemauan orang tuaku. Padahal ini rumahku, tapi kenapa seolah aku yang menumpang kepada Jhulie." Rochman bermonolog pada dirinya sendiri sambil terus menatap cermin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat sang PEBINOR   Akhirnya... (End)

    Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo

  • Hasrat sang PEBINOR   Sesuatu yang Tumbuh

    Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum

  • Hasrat sang PEBINOR   Kemesraan Dua Insan

    Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P

  • Hasrat sang PEBINOR   Cerita Cinta

    Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.

  • Hasrat sang PEBINOR   Cinta tapi Malu

    "Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah

  • Hasrat sang PEBINOR   Mengunjungi Musuh

    Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm

  • Hasrat sang PEBINOR   Sofa Panas

    Keesokan hari, Puput kembali bekerja seperti biasa. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rochman masuk ke ruangan Puput."Mau makan siang di mana, Sayang?" tanya Rochman."Di mana saja deh, memang Mas mau makan di mana?" Puput balik bertanya."Saya mau makan di foodcourt bawah saja hari ini," jawab Rochman."Owh ...." Puput hanya mengangguk."Kamu mau ikut?" tanya Rochman lagi."Skip dulu deh, saya sedang malas kemana-mana. Mau delivery order saja sepertinya," ujar Puput.Rochman menatap Puput dengan sepasang alis terangkat. "Tumben, biasanya selalu mau kalau saya ajak makan," katanya."Hehe, lagi ingin pesan sesuatu saja dari sini." Puput menunjukkan ponselnya yang menampilkan salah satu aplikasi pesan makanan online di sana."Oh ya sudah, saya pesankan sekalian ya. Saya juga malas cari makan, kalau tidak sama kamu," tutur Rochman dijawab dengan anggukan kepala Puput.Setengah jam kemudiaan, Puput turun ke lobi untuk mengambil makan siang yang telah dia pesan dari

  • Hasrat sang PEBINOR   Liburan

    Keesokan harinya, Rochman mendatangi rumah Puput.Puput yang sudah rapi dan wangi menyambut Rochman."Saya sudah siap, Mas," kata Puput yang mengira Rochman akan menjemputnya untuk ke kantor bersama."Hari ini saya libur, jadi mau jalan-jalan ke Bali," ucap Rochman antusias.Puput mengerutkan keningnya, "bukannya ini bukan hari libur, ya? Tidak tanggal merah juga," gumamnya sambil menatap Rochman dengan tatapan meminta penjelasan."Em, begini, Put, saya kan ada meeting mendadak sama klien tapi di Bali. Jadi, saya mau ajak kamu ikut sekalian sama saya, dan urusan kantor sudah saya pasrahkan sama si Lexa."Rochman terpaksa berbohong, supaya Puput mau ikut bersamanya, karena tak dipungkiri pria itu memang ingin mendekatkan dirinya kepada Puput lebih intens lagi."Gitu ya? Terus, apa saya harus bawa baju ganti?" ujar Puput."Tidak perlu, nanti beli saja di sana, lagian cuma dua hari kok," tutur Rochman.Puput mengangguk dan mereka berdua pun pergi ke Bali sesuai jadwal yang telah direncan

  • Hasrat sang PEBINOR   Pesona Puput

    Tak lama Rochman tiba di rumah. Dia langsung mengajak Puput masuk. Saat itu Ibunda Rochman duduk di ruang depan."Lho, ada tamu rupanya," kata Ibunda Rochman.Rochman tersenyum dan duduk bergabung bersama ibunya."Cie, ada yang lagi happy nih," ledek Ibunda Rochman saat melihat sosok Puput. Wanita itu dapat menyimpulkan kalau Puput adalah pacar baru anak laki-lakinya."Ma, kenalkan ini Puput calon istriku," kata Rochman kepada sang ibunda."Wah, cantik. Kapan kalian nikah?" ujar Ibunda Rochman."Mama ini, langsung bahas nikah terus," kelakar Rochman."Maksud mama kamu kan sudah berumur, jadi langsung saja nikah, daripada pacaran terus nanti ujungnya bubar seperti yang sudah-sudah," tutur Ibunda Rochman."Iya, Ma. Tapi Puput ini janda." Rochman pun menceritakan perihal mengenai Puput, latar belakang juga musibah yang menimpa wanita itu, membuat Ibunda Rochman merasa iba."Nak, kamu boleh menganggap ibu seperti ibu kamu sendiri. Ibu juga merestui hubungan kalian," kata Ibunda Rochman me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status