Home / Urban / Hasrat sang PEBINOR / Sungguh tak Disangka

Share

Sungguh tak Disangka

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2023-06-04 21:40:38

Kini Jhulie sampai di rumah Antonio. Dan tanpa ragu, Jhulie membuka pintu rumah yang rupanya tidak dikunci. Antonio terkesiap, melihat gadis pujaannya datang tiba-tiba.

Antonio yang sudah tak dapat lagi menahan hasratnya, pun segera menghampiri Jhulie dan langsung mengecup bibir ranum Jhulie.

"Sayang, kamu datang kok tidak mengabariku dulu. Suami kamu gimana? Apa dia tidak kepo?" ujar Antonio ramah.

"Sudah, jangan bahas dia, aku malas dengarnya," tampik Jhulie.

"Okelah ... aku kangen, sayang," bisik Antonio di telinga Jhulie.

"Sama, sayang," sahut Jhulie.

Mereka berdua pun melakukan adegan panas, namun kali ini sangat panas, dan kali ini Jhulie begitu menikmati permainan Antonio, karena gadis itupun sudah tak dapat menahan hasratnya lagi. Mereka bermain di atas sofa, dengan gaya begitu menantang.

Akhirnya permainan selesai, dan kedua insan tersebut terkulai lemas dengan peluh membanjiri seluruh tubuh, hingga akhirnya mereka terlelap dalam tidurnya di atas sofa.

Tak lama, Jhulie terbangun, dia merasakan perutnya begitu lapar karena memang sedari sore dia belum makan apa pun.

Jhulie pun menatap Antonio yang tertidur pulas, dengan suara dengkurannya yang khas. Perlahan Jhulie beranjak dari sofa, dan memakai kembali pakaian yang telah terlepas, kemudian dia mengambil ponselnya dan menghubungi makanan delivery order.

Setelah memesan makanan, Jhulie meletakkan kembali ponselnya, dan tak lama seseorang datang mengantarkan pesanan. Jhulie memakannya dengan lahap, sementara Antonio masih tertidur pulas.

Setelah makan, Jhulie kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa yang cukup lebar di samping Antonio, tanpa sadar Jhulie pun masuk ke alam mimpi.

Malam hari, Jhulie kembali terbangun. Dia melihat Antonio masih tertidur pulas. Jhulie tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Makasih, sayang," bisiknya.

Kemudian Jhulie segera keluar meninggalkan rumah pria selingkuhannya, setelah sebelumnya dia mengirim pesan ke ponsel Antonio, dan hari itu langit masih sangat gelap.

Sampai di rumah, Jhulie membuka pintu namun dia merasa heran, karena pintu terkunci. Jhulie pun menekan bel berkali-kali. Tak lama pintu terbuka, dan keluarlah Rochman.

"Kamu dari mana, Jhul?" tanya Rochman.

"Bukan urusan kamu!" bentak Jhulie.

"Jhul, aku ini suami kamu, wajar kalau istriku pergi, terus pulangnya aku tanya," ujar Rochman tak mau kalah.

Jhulie menatap tajam pria di hadapannya itu. "Kamu sudah berani sama aku, ya?"

"Bukan gitu, Jhul. Aku capek diperlakukan seperti ini terus sama kamu," lirih Rochman.

"Kalau kamu capek, silahkan pergi," usir Jhulie ketus.

"Apa? Pergi? Apa aku tidak salah dengar? Bukankah ini rumahku, dan aku juga yang beli," balas Rochman.

"Hueeekkk ....!"

Mendadak Jhulie merasa mual dan memuntahkan isi lambung tepat di depan Rochman.

"Ya ampun, Jhul, jorok sekali kamu!" seru Rochman mulai geram.

"Mas, perutku mual, kepalaku pusing," keluh Jhulie dengan wajah meringis sambil memegangi kepalanya.

"Siapa yang membuat kamu seperti itu?" heran Rochman.

"Tolong antarkan aku ke dokter, Mas," mohon Jhulie yang kali ini memegangi perutnya.

"Mintalah selingkuhan kamu untuk mengantar ke dokter." Kali ini Rochman bersikap tegas.

"Ya ampun, Mas. Ini masih malam, mana ada kendaraan. Lagian, kamu kok tiba-tiba jadi sewot sih? Katanya aku istri kamu, kenapa tidak mau tahu apa yang aku rasa?" heran Jhulie.

"Bukankah kamu sudah menantang ku untuk bercerai?" balas Rochman.

'sial, kenapa dia tiba-tiba jadi berubah?' batin Jhulie.

"Ya sudah besok saja aku ke dokter, sekarang bersihkan Muntahan ku," titah Jhulie.

"Lho, siapa yang muntah? Kenapa aku yang harus membersihkan?" heran Rochman.

"Cepat bersihkan, atau aku teriak biar warga datang, dan aku akan bilang kalau kamu sudah main tangan kepadaku," ancam Jhulie.

"Iya, iya, aku bersihkan." Rochman segera berjalan ke belakang, sementara Jhulie berjalan masuk ke dalam kamar.

Tak lama, Rochman kembali lagi membersihkan muntahan tersebut. 'Gini amat sih punya istri,' batinnya.

Keesokan hari, Jhulie bangun lebih awal, dia segera ke kamar mandi untuk membasuh wajah, kemudian berjalan keluar kamar menuju ke dapur. Jhulie menyiapkan setangkup roti tawar untuk sarapan dirinya.

Selang beberapa menit, Rochman berjalan ke belakang. Dia melihat istrinya sedang duduk sambil memakan roti. Sebenarnya, Rochman malas sekali menghampiri istrinya itu. Namun, rasa lapar pada perutnya memaksa pria itu akhirnya berjalan ke arah meja makan, di mana istrinya duduk.

"Jhul, kenapa kamu makan sendiri? Suami kamu tidak kamu siapkan makanan juga?" harap Rochman.

"Bikin saja sendiri, aku bukan pembantu kamu. Hanya roti saja, masa tidak bisa bikin?" ketus Jhulie.

Rochman pun diam, dia tidak ingin berdebat dengan istrinya itu. Pria itu mengambil setangkup roti dan mengolesinya dengan selai, kemudian melahapnya perlahan.

"Cepat makannya, setelah makan antar aku ke dokter," titah Jhulie.

"Iya," angguk Rochman pasrah.

Selesai sarapan, Rochman mengendarai mobilnya mengantarkan Jhulie ke klinik terdekat. Sesampainya, mereka berdua turun dan masuk ke dalam klinik yang dituju. Sampai di dalam, seorang dokter menyambut mereka dengan ramah.

"Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya sang dokter kepada pasangan suami istri itu.

"Begini, Dok. Perut saya tiba-tiba mual dan kepala saya juga pusing, tadi malam saya muntah-muntah, Dok," sahut Jhulie lemas.

"Ya sudah, silahkan berbaring, saya akan memeriksa." Sang dokter menyuruh Jhulie berbaring di sebuah brankar. Sementara Rochman menunggu di luar.

Kemudian, sang dokter segera memeriksa kondisi Jhulie. Selesai memeriksa, sang dokter menyuruh Jhulie kembali ke tempat semula.

Dan selang beberapa menit, sang dokter menghampiri Jhulie yang sedang duduk di samping Rochman. "Nyonya, Tuan, selamat, anda akan mempunyai buah hati."

Jhulie tercengang. "Ma-maksud Do-dokter, a-apa, ya?" gagapnya.

"Dari hasil pemeriksaan, menyatakan bahwa anda hamil. Dan usia kandungan anda baru satu minggu. Jadi jangan melakukan aktifitas berat dulu. Saya juga akan memberi anda vitamin penghilang rasa mual," tutur sang dokter kepada Jhulie.

Jhulie terbelalak tak percaya. "Benarkah, Dok? Saya hamil?" ulangnya.

Sang dokter tersebut tersenyum dalam anggukannya.

'gawat, gimana ini? Pasti bayi ini anak Nio, karna sudah satu bulan aku tidak berhubungan dengan suamiku,' batin Jhulie tampak cemas.

Sedangkan Rochman terkesiap, dia menatap intens ke arah istrinya itu. 'Jhulie hamil? Tapi dengan siapa? Bahkan sudah lama aku tidak menyentuhnya,' batinnya.

"Baiklah, ini vitaminnya, habiskan." Sang Dokter memberikan sebuah bungkusan berisi vitamin kepada Jhulie.

Setelah membayar biaya periksa, pasangan suami istri itu masuk ke dalam mobil.

"Katakan, anak siapa itu?" tanya Rochman tanpa basa-basi.

Jhulie gelagapan, dia bingung harus menjawab apa.

"Kenapa diam?" tanya Rochman lagi.

Lama Jhulie termenung, hingga akhirnya ....

"Ini anak Nio," jawab Jhulie spontan.

Bagai disambar petir di siang bolong, Rochman mendadak lemas.

"Tega sekali kamu, Jhul," lirih Rochman hampir terisak.

"Memangnya, kenapa? Terus, setelah kamu tahu kalau bayi yang kukandung ini bukan benihmu, kamu mau apa?" ujar Jhulie santai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat sang PEBINOR   Akhirnya... (End)

    Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo

  • Hasrat sang PEBINOR   Sesuatu yang Tumbuh

    Satu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum

  • Hasrat sang PEBINOR   Kemesraan Dua Insan

    Rochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P

  • Hasrat sang PEBINOR   Cerita Cinta

    Kedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.

  • Hasrat sang PEBINOR   Cinta tapi Malu

    "Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah

  • Hasrat sang PEBINOR   Mengunjungi Musuh

    Puput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status