Share

7. Nightmare

Penulis: Annelieser
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 10:25:26

Malam telah menunjukkan waktu dini hari dan Helena mendadak terbangun dengan keringat dingin di pelipisnya. Kepalanya terasa berat. Mimpi buruk tentang penculikannya mendadak menghantui alam bawah sadarnya.

“Sial … ini bahkan masuk ke mimpiku,” gerutu Helena sembari memegang kepalanya yang pusing. Kejadian itu memang membawa luka yang cukup dalam baginya. Tentu, tidak mungkin Helena akan lupa begitu saja. Namun Helena bersikeras untuk mengabaikan potongan-potongan memori buruk itu. Tapi siapa sangka itu akan membawanya ke dalam mimpi buruk.

“Aku harus minum sesuatu untuk menenangkanku,” gumamnya lalu bangkit dari tempat tidur. Helena lalu melangkah keluar dari kamar dan terlihat lorong lantai ini begitu sunyi.

“Tentu saja semuanya sudah tidur.”

Meski sepi, tetapi beruntung penerangan di mansion pada waktu ini masih terbilang cukup terang. Walau ada beberapa area yang gelap. Dapur berada di lantai paling dasar. Harus melewati pintu halaman belakang dulu untuk mencapai ke sana. Karena mansion ini luas, terkadang Helena masih agak tersesat.

“Aku harus sering berkeliling di sini agar tidak lupa ….”

Segera Helena mengambil sebuah minuman kaleng di kulkas dan berniat keluar sejenak ke halaman belakang untuk mencari udara segar. Tepat dari arah pintu kaca ini, sudah terlihat kolam renang yang cukup besar dengan lampu-lampu menerangi di sekelilingnya.

“Bukankah harusnya air kolam itu tenang?” tanyanya dalam hati saat melihat gelombang permukaan air kolam renang tersebut bergerak. Ada keraguan sejenak dalam benak Helena sebelum akhirnya memutuskan dengan berani untuk mendekat.

“Tidak mungkin itu kan?”

Bukannya Helena takut dengan hantu, tetapi Helena pernah mendengar suatu cerita tentang hantu kolam renang semasa sekolahnya dulu. Cerita itu begitu populer sehingga ada hari di mana temannya tidak ingin berenang untuk sementara waktu. Helena percaya tidak percaya soal hal ini karena dia tidak pernah bertemu dengan yang namanya makhluk halus, maka dari itu Helena tidak terlalu takut dengan hal supranatural semacam itu.

Tapi kali ini sepertinya adalah momennya.

Helena meremas minuman kaleng di tangannya dengan langkah kaki perlahan mendekati kolam renang. Dia tidak salah lihat. Helena yakin bahwa permukaan air kolam renang itu bergerak seolah ada sesuatu di dalamnya. Rasa penasaran bercampur dengan rasa cemas. Detak jantungnya berirama cepat. Setelah dia lebih mendekat …

Oh! Astaga!”

Hampir saja Helena terkena serangan jantung saat seorang pria berambut putih muncul dari kolam renang itu tiba-tiba. Ternyata itu adalah Nicholas.

“Nick?”

Sungguh Helena berkedip banyak sebab matanya tidak percaya bahwa pria tersebut benar-benar muncul dari kolam renang. Sepertinya Helena lebih terkejut bahwa itu adalah Nicholas dibandingkan dengan hantu. Yang menjadi pertanyaannya adalah,

“Orang gila mana yang berenang dini hari ….”

Orang gila itu adalah Nicholas.

“Kau … berenang jam segini?” tanya Helena dengan rasa takjub sekaligus merasa tidak masuk akal. Masalahnya suhu di Berlin pada malam hari ini sangat dingin. Bahkan Helena yang memakai piyama tebal lengan panjang saja masih merasa agak kedinginan. Tetapi pria ini …

“Kenapa kau ke sini? Ingin berenang juga?”

“Tentu saja tidak. Apakah kau tidak kedinginan?”

“Tidak.”

Nicholas lalu beranjak dari kolam itu yang membuat Helena sedikit mundur karena tidak mau terkena cipratan air. Terlihat bentuk tubuh seorang Nicholas di sini. Otot-otot perutnya begitu terbentuk sempurna seolah itu hasil dari pahatan karya seseorang. Helena hanya diam sambil menyeruput minumannya meski matanya mencuri pandang ke arah Nicholas.

“Hei! Itu minumanku!” pekik Helena terkejut sebab Nicholas dengan spontan merampas kaleng minumannya dan meminumnya secara langsung. Sungguh, perilakunya tidak dapat ditebak.

“Bukankah minuman bersoda tidak boleh diminum olehmu?”

“Siapa yang mengatakan hal itu?”

“Kau baru pulih.”

“Aku sudah benar-benar sembuh dari satu bulan lalu!”

Sebenarnya Helena masih ingin memprotes lebih banyak tetapi Nicholas hanya tersenyum miring dan mengambil handuk untuk mengeringkan rambutnya. Mata Nicholas lalu mengikuti pergerakan Helena yang tiba-tiba duduk di kursi santai kolam renang.

“Jika ingin berenang, berenanglah.”

“Aku tidak kuat dingin sepertimu.”

“Apa bedanya dengan kau duduk di sini sekarang?”

Uhh aku hanya perlu udara segar untuk menenangkan pikiranku.”

Mendengar hal itu, Nicholas pun memutuskan untuk duduk di kursi santai yang memang berhadapan dengan kursi Helena. Terlihat Helena hanya diam memandang ke arah kolam renang dengan rambut panjangnya yang sedikit tersapu angin. Matanya sayu, terlihat memang baru saja bangun dari tidur. Nicholas bukanlah orang yang memiliki kepedulian. Tetapi, menanyakan hal yang ingin dia tahu adalah sesuatu yang masih dia lakukan meski sebenarnya tidak terlalu penting untuknya.

“Apa yang mengganggumu?”

“Hanya mimpi buruk.”

“Tentang penculikanmu?” Helena langsung terdiam. Jelas, diamnya Helena merupakan tanda iya bagi Nicholas. Sebenarnya Helena tidak ingin mengingat mimpi buruk itu. Mengingat berbagai momen yang hampir membuatnya kehilangan nyawa, tidaklah menyenangkan. Karena tak ada pembicaraan lebih lanjut mengenai hal ini, Nicholas pun beranjak dari tempat duduknya, “Aku akan masuk dan mengunci pintu.”

“Kenapa kau mau mengunciku?!” sontak Helena bergegas menyusul Nicholas untuk masuk ke dalam rumah. Rasa hangat tiba-tiba memeluk tubuh Helena. Suhu di dalam rumah ini cukup terasa hangat dan menjadi kelegaan tersendiri bagi Helena, “Oh hangatnya ….”

Melihat Nicholas yang pergi menuju dapur, Helena juga ikut di belakangnya. Niatnya adalah mengambil minuman kaleng bersoda lagi sebab yang sebelumnya sudah dihabiskan oleh Nicholas tanpa seizinnya. Namun saat Helena ingin mengambil minuman tersebut dari kulkas, Nicholas tiba-tiba menutup kulkasnya.

“Hei! Kenapa ditutup?! Aku ingin minum.”

"Minuman bersoda lagi?"

"Tentu saja! Itu karena kau menghabiskan milikku tanpa seizinku."

“Minum saja ini.” Nicholas lalu mengambil sebuah botol minuman dan memberikannya kepada Helena. Helena sedikit memiringkan kepala sebab perasaan bingung saat menerima botol tersebut.

“Apa ini? Terlihat asing.”

Canelazo. Minuman rempah khas Ekuador.”

Helena baru mendengar nama minuman tersebut untuk pertama kalinya. Kemudian dia dengan ragu membuka tutup botolnya dan sedikit mencium aromanya.

“Apakah ini minuman tradisional?”

“Iya.”

Oh … terima kasih.”

Helena lalu mencoba meminumnya dengan berhati-hati. Nicholas hanya diam bersandar di meja bartender sembari menatap Helena dan meminum kaleng birnya. Minuman itu sebenarnya oleh-oleh yang dibawa Nicholas pulang saat dia bekerja. Menurut informasi, minuman tersebut lebih ke minuman herbal. Terlihat ekspresi Helena yang berubah-ubah.

Wahh rasanya agak manis, asam, dan ada rasa cengkehnya. Tetapi ini cukup enak di perutku. Ini seperti minuman herbal,” ucap Helena yang tersenyum sebab merasa puas dengan minuman baru ini. Matanya lalu melirik ke arah pria berkulit putih pucat itu, “Hm … kau mau?”

“Habiskan saja,” Nicholas lalu membuang kaleng birnya dan beranjak pergi, meninggalkan Helena yang masih menikmati minuman rempah itu.

“Apakah kau ingin kembali ke kamar?”

“Iya.”

“Baiklah. Selamat beristirahat dan terima kasih untuk minuman ini, Nick.”

Nicholas tak merespon apapun. Melainkan tetap pergi menaiki anak tangga. Helena hanya diam berdiri melihat punggung lebar itu menghilang dari pandangannya. Berkat minuman itu, setidaknya Helena merasakan hangat dan dapat menenangkan pikirannya. Ini unik. Tetapi, Helena merasa bahwa Nicholas tidak seburuk itu.

“Ya … dia tidak begitu buruk meski sikapnya seperti itu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hati Sang Bayangan   13. Dortmund : Westfalenpark (3)

    “Ini ….”Westfalenpark, sebuah taman penghijauan yang terletak di tengah kota Dortmund. Taman ini bisa disebut sebagai paru-paru hijau sebab dipenuhi banyaknya padang rumput, pepohonan, dan bunga-bunga. Siapapun yang menapakkan kakinya di taman ini, akan disuguhi pemandangan asri yang menyejukkan. Meski hari sudah petang namun masih banyak pengunjung yang datang untuk sekedar jalan-jalan atau menikmati suasana musim gugur di sore hari. Terlihat mata Helena yang berbinar saat melihat sepanjang sisinya terdapat bunga-bunga yang cantik. Dia juga dapat melihat ada beberapa anak-anak yang sedang bermain.“Belum pernah ke sini, bukan?” tanya Nicholas ketika melihat Helena yang matanya sibuk berkeliling seolah takjub. Helena lalu mengangguk senang.“Ini sungguh indah! Aku menyukai taman yang seperti ini. Oh aku akan memotret bunga itu,” Helena segera mengeluarkan ponselnya dan mulai mengambil gambar sebanyak mungkin. Nicholas hanya diam memperhatikan wanita itu dengan kedua tangannya dimasukk

  • Hati Sang Bayangan   12. Dortmund (2)

    “Oh astaga! Sudah jam berapa ini?!” pekik Helena saat dirinya terbangun dengan perasaan terkejut sambil mencari-cari ponselnya. Jam sudah menunjukkan sore hari, waktu yang cukup lama untuk tertidur. Helena pun segera bangun dengan rambutnya yang tidak beraturan. Bahkan dirinya masih memakai pakaian yang sama dari Berlin. “Ah kenapa aku malah tertidur seperti ini ….” gumam Helena yang kakinya langsung melangkah cepat keluar dari kamar. Suasana ruangan hotel VIP ini terasa sepi. Hal ini tentu membuat Helena menjadi bertanya-tanya, “Apakah Nick belum kembali?”Saat dirinya berjalan menuju ruang tengah, Helena tidak merasakan ada siapapun di sini selain keberadaan dirinya. Matanya pun berkeliling melihat keseluruhan ruangan tersebut. Kamar VIP ini benar-benar luas. Sepertinya ini adalah jenis Presidential Suite mengingat adanya ruang TV di tengah, 2 kamar tidur, serta bar kecil. Kemewahan ruangan ini sungguh membuat Helena takjub. Tak sadar dirinya melangkah mendekati pintu yang sepertiny

  • Hati Sang Bayangan   11. Dortmund

    Dortmund merupakan salah satu kota terbesar yang terletak di wilayah bagian barat Jerman dan masuk ke dalam Rhine Utara-Westphalia. Disebut sebagai metropolitan hijau sebab meski kota ini termasuk kota industri, sebagian wilayahnya terdiri atas jalur air, hutan, ladang, dan ruang hijau seperti Westfalenpark dan Rombergpark.Seperti yang dikatakan Nicholas sebelumnya, kota ini terlihat sama seperti Berlin. Namun jika dilihat lebih jelas, terdapat beberapa perbedaan suasananya. Angin menerpa rambut Helena saat dirinya sudah menginjakkan kaki di kota Dortmund itu. “Wah … tempat ini terasa berbeda.”Suasana hati Helena kian membaik setelah dirinya sudah keluar dari kereta itu. Mengingat kejadian sebelumnya, Helena masih merasa malu. Dia bahkan tidak terlalu banyak bicara dengan Nicholas. Memikirkan bagaimana dia memilih pilihan untuk bersembunyi di kamar mandi yang sempit adalah tindakan konyol. Ya, setidaknya dirinya selamat dari pria pemabuk itu.Mobil sedan hitam menghampiri mereka saa

  • Hati Sang Bayangan   10. Kereta (2)

    “Uhh bukankah orang itu sudah gila?” gerutu Helena saat dirinya menjauh dari Nicholas. Berbicara dengan Nicholas masalah penculikan dan bunuh membunuh itu membuat Helena sakit kepala. Akhirnya dia memutuskan untuk ke restoran yang memang tersedia di kereta ini. Meminum kopi dengan sedikit camilan mungkin dapat membuat pikirannya lebih tenang.Restoran ini cukup bagus dan tidak terlalu banyak orang, yang menjadikan suasananya tenang dan damai. Terdengar lantunan lagu-lagu yang dapat dinikmati sembari melihati pemandangan dari jendela kereta, suasana inilah yang disenangi Helena. “Tidakkah dia lapar atau haus?” gumam Helena kala memikirkan Nicholas yang sepertinya masih asik berkutat dengan buku klasiknya itu. “Kurasa aku harus menawarinya sesuatu.”Memutuskan untuk kembali ke Nicholas mungkin pilihan yang tidak buruk. Setidaknya, pria itu masih atasannya. Tidak mungkin bagi Helena untuk terus menghindar meski rasanya aneh karena mengingat pembicaraan mereka sebelumnya. Saat Helena hend

  • Hati Sang Bayangan   9. Kereta

    “Kenapa harus dengannya…,” gumam Helena dalam hati saat dirinya kini sedang menunggu kereta untuk datang. Helena paham bahwa menjadi Sekretaris itu kemungkinan besar akan mengikuti ke mana sang tuan pergi, terlebih jika ada urusan yang sangat penting. Meski Helena baru beberapa hari bekerja di kediaman Hanstedorf, kini dia harus menemani sang atasan untuk mengunjungi acara resmi. Tidak ada yang salah dengan ini, Helena juga akan melakukannya karena itu memang pekerjaannya. Namun yang menjadi masalah adalah dirinya tidak pergi bersama Luke.“Dia bahkan memasang ekspresi seperti itu. Sepertinya suasana hatinya kurang baik. Uhh apa yang harus kulakukan?” Helena sesekali melirik ke arah pria berambut salju itu, yang hanya diam dengan mimik wajah seolah ingin menerkam seseorang. Bahkan dari awal mereka berangkat bersama menuju stasiun, Nicholas sama sekali tidak berbicara sepatah katapun kepada Helena. Ini sedikit membuat Helena merasa canggung sekaligus waspada.Sebenarnya Helena juga tida

  • Hati Sang Bayangan   8. Plan

    Pagi telah menyinari dan wajah Helena terlihat tidak begitu bagus saat ini. Hal itu disebabkan oleh kepingan memori buruknya yang masih menghantui pemikirannya malam itu. Beruntung Helena dapat memaksakan diri untuk tidur. Jika tidak, dia benar-benar akan terlihat seperti mayat hari ini.“Apakah tidak ada cara untuk melenyapkan memori buruk itu?” gerutunya yang kesal sendiri. Meski seperti kurang tidur, Helena tetap dapat bangun pagi untuk menjalani aktivitasnya sebagai Sekretaris. Dirinya bahkan sudah rapi dengan cepat. Yang perlu dilakukannya saat ini adalah sarapan lalu mengerjakan pekerjaannya.Ketika Helena keluar dari kamar, samar-samar dia mendengar suara keributan di lantai dasar. Sepertinya itu dari arah meja makan. Helena melangkah menuruni tangga dan suara itu terdengar semakin jelas. Yang menarik adalah Helena seperti mengenali suara ini.“Kenapa kau tidak menjemputku?!”“Ada Josh, kenapa harus aku?”“Jarak dari sini ke Hotel lebih jauh daripada jarak darimu di bandara!”“B

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status