Senja sedang mencuci wearpacknya yang penuh dengan noda-noda oli, dengan pemutih pakaian. Iklan itu menyatakan bahwa noda membandel akan hilang seketika. Tetapi ini, sampai telapak tangannya pedih karena terus menerus mengucek, noda itu tetap saja masih betah menempel di sana. Ternyata iklan itu merupakan pembohongan publik semata.
"Nja, Gue ada berita bagus nih buat lo yang lagi bokek kuadrat." Martha ikut jongkok menyusul Senja yang sedang mencuci pakaian.
"Hotel tempat gue kerja, lagi ngadain event besar semacam gala dinner gitu, buat para pengusaha-pengusaha seluruh Indonesia. Nah karena ini event akbar, hotel gue butuh menghire beberapa waitress lepas. Lo mau kagak ikutan jadi waitress disana. Feenya lumayan gede. Lagian acaranya dimulai pukul tujuh malam. Jadi kan nggak ganggu kerjaan lo di bengkel," ujar Marta.
"Masalahnya, gue
Nggak tega ngeliat ibu guru kayak lo, mSuasana di salah satu ruang president suite yang disediakan Arya, tampak tegang. Arya mengatakan bahwa ia ingin berbicara berdua saja dengan Senja secara pribadi, baru mereka akan menyelesaikan benang kusut yang sudah tersimpul-simpul akibat dari kesalahfahaman yang terus menerus berakumulasi. Keluarga Fajar Ramadhan dan keluarga Sugeng hanya mengangguk mengiyakan. Mereka semua sebenarnya juga begitu penasaran. Bagaimana ceritanya seorang Senja yang sudah yatim piatu tiba-tiba saja bisa mendadak mempunyai seorang ayah. Tidak masuk akal, bukan?Saat ini Senja sudah duduk saling berhadap-hadapan dengan Pak Arya dan hanya dibatasi oleh sebuah meja. Senja sedari tadi terus saja berupaya untuk menenangkan debaran jantungnya. Ia senang sekaligus takut mendengar tentang jati dirinya yang sebenarnya. Satu hal yang disadarnya adalah, dia ada di dunia ini, karena adanya laki-laki paruh baya yang gagah di depan matanya ini."Bagaimana carany
"Cak, Mbak pengen makan sambal matah pedas gila ini ya? Perasaan enak kali lah Mbak tengok, ya Cakra ya? Ya ya ya?" Senja mengguncang-guncang lengan kekar adiknya saat mereka makan siang di salah satu restaurant yang menyediakan menu khas Bali. Semenjak tahu bahwa Senja adalah kakaknya apalagi sedang hamil, Cakra menjadi begitu protektif terhadap kakaknya. Cakra yang selama ini mengira kalau dirinya itu anak tunggal kesenangan karena ia rupanya masih memiliki seorang saudara. Tidak heran kalau ia betul-betul ingin menjaga dan melindungi kakaknya."Ya salam, Mbak. Tadi pagi sarapan mie rebus pedasnya Wak Keling. Dan ini sekarang masih aja pengen makan sambal matah pedas gila. Itu dedek bayinya bisa goyang dumang sambil kayang ntar di dalem, Mbak. Gue yang ngeliat Mbak makan aja langsung mules, apa kabar debay yang lagi bobo cantik di dalem ya? Pokoknya nggak! Sekali nggak tetep nggak! Titik!"Cakra mengembalikan buku menu
"Senjahari Sabda Alam, silahkan masuk ke ruang periksa. Mari, Bu."Senja segera mengekori langkah suster yang memanggil namanya tadi, menuju pintu yang bertuliskan nama dr. Arshaka Abiyaksa SpOg. Seperti janjinya via line tadi, begitu mendaftarkan namanya pada nurse station, Sabda keluar dari rumah sakit dan akan menunggu di pos SATPAM katanya.Dan Sabda masih saja tidak mengkoreksi kesalahan nama belakangnya! Namun perkiraan Senja salah. Sabda tiba-tiba sudah muncul saja."Lho Abang! Katanya tadi nggak akan ikutan masuk dan nunggu di pos SATPAM depan aja. Ini kenapa tiba-tiba Abang ada di sini? Abang kok ingkar janji sih?"Senja langsung manyun melihat Sabda yang tiba-tiba saja muncul di depan matanya."Lho tadi kan Abang janjinya tidak akan masuk sekarang. Lihat itu Abang janji pada saat pukul 03.30 WIB. Ini sekarang pukul berapa coba? Pukul 05.00 WIB kan? Bera
Astagfirullahalazim! Sedang apa kalian semua di sini?"Fajar Ramadhan, pemilik rumah sakit Harapan Kita, dan merupakan ayah kandung Sabda, shock melihat pemandangan ala ala streaptease yang sedang berlangsung di ruang praktek dokter Saka.Sedangkan Abimanyu yang juga ikut masuk secara bersamaan dengan mertuanya ke ruang praktek dokter Saka, membuka mulutnya kemudian menutupnya kembali. Ia kehilangan kata-kata. Hanya wajahnya saja yang merah padam bahkan sampai ke telinga-telinganya yang mewakili betapa marahnya dirinya saat ini.Senja yang sedang mengelus-elus lengan kekar dokter Saka, sontak melompat karena kaget mendengar bentakan Fajar Ramadhan. Ia kemudian refleks bersembunyi dibalik punggung kokoh Sabda. Ia malu terlihat berkelakuan aneh seperti ini."Saya tanya apa yang sedang terjadi di sini? Ada yang bisa memberi jawaban yang masuk akal pada saya? Sabda? Dokter Saka?" ben
Senja baru saja tiba di rumah kostnya. Dan ada pemandangan yang tidak biasa, menyambutnya di ruang tamu. Tampak kedua orang tua Sabda dan Sabda sendiri. Juga kedua orang tua Abimanyu beserta Abimanyu juga. Dan satu hal yang lebih mengherankan lagi, ada Cakra dan ayahnya, Aryasatya Wisesa di sana."Ini ada perayaan apa ya, Yah? Ulang tahun Senja 'kan masih empat bulan lagi. Tapi kok semuanya sudah pada berkumpul di sini?"Senja menatap bingung satu-persatu wajah-wajah tegang di dalam sana. Hanya wajah Abimanyulah yang berbeda. Abimanyu terlihat begitu puas dan gembira."Senja, ada yang ingin Ayah bicarakan padamu. Tapi, sebaiknya kamu duduk dulu ya? Dan ini teh manis hangatnya di minum dulu." Senja mengangguk. Ia pun duduk di sofa.Segelas teh manis hangat diberikan oleh Arya pada putrinya. Arya sebenarnya sangat takut sekali kalau Senja akan shock, saat mendengar berita itu. Ia dan semua orang yang ada di
Senja baru saja melepaskan tyre gauge, yaitu alat untuk mengecek tekanan angin di ban mobil. Setelah mengetahui tekanan ban sebelah kirinya kurang, dia menyarankan pada customer untuk mengisi angin ban dengan nitrogen saja."Apa sih bedanya gas nitrogen dengan angin biasa, Mbak Can?"Si costumer yang masih nampak seperti anak kuliahan itu, mulai mencoba menarik perhatian Senja. Dia ikut berjongkok di samping Senja."Nitrogen itu gas udara murni yang sudah tersaring dan tidak memiliki kandungan air di dalamnya. Berbeda dengan angin biasa, kandungan gasnya masih ada air. Alhasil saat ban diisi dengan angin biasa, akan terasa lebih berat karena proses pemuaian di dalam ban. Sementara kalau diisi dengan nitrogen, ban akan lebih ringan. Karena murni tanpa kandungan air, membuat tekanan ban akan lebih stabil. Dibawa berakselerasi pun akan jadi lebih ringan."
Mobil mewah yang membawa Senja, melaju cepat dalam keadaan lalu lintas yang cukup ramai. Sore menjelang malam ini kendaraan cukup padat. Senja yang sudah capek dan juga lapar, sebenarnya sangat merindukan bantal gulingnya. Jikalau teringat bahwa dia harus memberikan keterangan panjang lebar di kantor polisi, makin terasa lunglailah tulang-tulangnya. Tapi apa mau dikata, setiap persoalan harus dihadapi bukan? Percuma nama id linenya SenjaSetrong, kalau dia mudah menyerah begitu saja.Laju mobil tiba-tiba berputar ke kiri. Selanjutnya arah mobil mulai memasuki pelataran parkir sebuah apartement papan atas. Mobil terus naik dan berputar-putar sampai tertulis angka 10 BC di tempat parkir."Lho Pak KomJen, sejak kapan kantor polisi jadi pindah ke apartemen Grand Liberty?" tanya Senja heran."Sejak negara api menyerang!" sahut Badai ketus. Ia menjawab tanpa menoleh kearah Senja sama sekali.Saolohhh
Euughhh... eughhh...Senja yang kekenyangan akhirnya bersendawa keras tanpa bisa ditahan. Untung saja si Badai-Badai itu sedang mandi. Coba kalau tidak, entah pasal apa lagi yang akan dijejalkan kepadanya, mengenai tindak ketidaksopanannya di meja makan.Senja yang baru selesai mandi saat ini hanya menggunakan kemeja putih Badai. Besarnya ukuran kemeja sampai menenggelamkan kedua lengannya. Penampilannya kini menyerupai Wak Deden. Salah seorang tetangganya yang memang maaf, tidak mempunyai lengan lagi karena kecelakaan kerja di pabriknya.Untungnya panjang kemeja itu menutupi paha Senja hingga mencapai atas lututnya. Sehingga dia tidak perlu repot-repot lagi untuk ikut meminjam celana Badai. Setelah merasa kenyang, Senja membereskan meja. Ia berniat membantu Badai berbenah. Baru saja menyusun piring, pintu apartement tiba-tiba saja terbuka. Senja yang kaget dan nyaris menjatuhkan piring-piring kotor yang akan dibawanya ke