Share

Bab 6

Author: Arabelle
Dave sedikit terkejut, ketika dia menerima telepon dari rumah sakit, dia masih makan malam dengan orang tua Steph.

Saat itu, dia merasa ketakutan, dan langsung meninggalkan Steph sekeluarga untuk bergegas datang.

Untungnya, Sheila tidak kenapa-napa.

"Tadi aku lagi temani klien makan, ada kontrak besar yang harus ditindaklanjuti. Tapi rumah sakit beri tahu aku, kamu alami kecelakaan mobil, jadi aku langsung kemari."

Mata indah Sheila sedikit menyipit, dan dia menatapnya lurus.

"Baru datang setelah makan dengan klien?"

"Ya, Sheila, aku lelah banget." Dave mengerutkan alisnya.

Sheila perlahan menutup matanya, tidak lagi berbicara.

Sementara Dave duduk di samping untuk menemaninya. Tidak lama kemudian, teleponnya tiba-tiba berdering.

Dia dengan tegas menutup telepon, tapi pihak lain dengan gigih menelepon lagi.

Dave membisukan telepon, lalu menundukkan kepalanya untuk mengirim pesan.

Satu menit kemudian, ekspresinya tampak bersemangat. Dia lalu cari alasan dan buru-buru pergi.

Tidak lama setelah Dave pergi, Lina segera datang mengunjungi Sheila.

Namun, ekspresinya tidak bagus.

"Coba tebak, siapa yang aku temui saat naik ke atas?"

Melihat Lina, Sheila terduduk. Setelah berpikir beberapa detik, dia menebak, "Dave?"

Lina pun mencibir, wajahnya penuh jijik.

"Lantai tiga rumah sakit ini ‘kan departemen kebidanan dan kandungan. Saat aku naik lift, begitu pintu lift terbuka, aku lihat Dave dan Steph."

"Saat itu aku merasa ada yang nggak beres. Jadi aku ikuti kerumunan keluar dari lift, dan lihat Steph pegang laporan pemeriksaan kehamilan, Dave bahkan kelihatan senang. Dia terus bilang, dia bakal jadi ayah."

Sheila sedikit terkejut, dia menundukkan kepalanya dengan serius, tapi tidak ada sedikit pun ketidaksenangan di wajahnya.

"Dia hamil."

Lina hanya merasa Sheila saat ini agak aneh, tapi dia tidak bisa mengatakan apa yang salah.

Dia mendekati Sheila, menyentuh dahinya.

"Kamu nggak marah? Tunggu, kamu juga nggak demam sampai otakmu linglung."

Sheila tersenyum tipis, bibir pucatnya sedikit terbuka.

"Kamu nggak tahu, tubuh Dave bermasalah. Dokter bilang, dia nggak bisa punya anak."

Tiga tahun lalu, mereka berusaha untuk hamil selama setahun penuh, tapi dia tidak pernah hamil.

Dia kira itu karena dirinya sendiri, jadi dia buat janji untuk pergi ke rumah sakit dan memeriksa.

Dave khawatir dia akan mengalami tekanan mental yang besar, jadi dia menemaninya untuk periksa.

Hasilnya menunjukkan, Dave mandul.

Malam itu dia tidak tidur sepanjang malam, meyakinkan dirinya untuk menerima kenyataan dia tidak akan punya anak dalam hidup ini, asalkan Dave mencintainya.

Bahkan, dia khawatir akan memengaruhi harga diri dan karier Dave, jadi dia minta Dokter Hendy bantu sembunyikan kondisinya, dan menyatakan tubuh dirinya sendiri yang perlu dirawat sebelum bisa hamil.

Sekarang, Dave malah bersemangat jadi ayah. Ternyata penyembunyian selama tiga tahun ini begitu bodoh.

"Ya Tuhan! Ini kabar besar!"

Lina sangat bersemangat hingga hampir melompat, dia menggosok tangannya, dan alisnya terangkat.

"Aku punya ide, Sheila, lima hari lagi kan kamu bakal balik ke Veridia. Nanti kita pura-pura nggak tahu apa-apa."

"Setelah Steph lahirkan anaknya, kita kirimkan hasil pemeriksaan Dave padanya. Aku penasaran, apa Dave bakal nyesal dan jadi gila setelah tahu hal itu?"

Pagi-pagi keesokan harinya, Dave tidak datang ke rumah sakit.

Sore harinya, sekretaris datang ke kamar Sheila. Setelah melaporkan persiapan pernikahan, dia ragu-ragu menatap Sheila.

"Katakan saja kalau ada sesuatu." Alis indah Sheila sedikit berkerut.

Sekretaris itu menatap Sheila dengan hati-hati, dan berbisik, "Siang ini Tuan Dave minta saya bawa dokumennya ke vila. Tapi waktu saya sampai di sana, saya lihat Steph pakai piyama duduk di sofa ruang tamu vila Nyonya."

"Nyonya, Anda biasanya sangat baik pada saya. Jadi saya benar-benar nggak tahan. Makanya saya beri tahu Anda."

Rasa dingin naik dari telapak kakinya, wajah kecil Sheila tampak sedikit dingin.

Dia masih dirawat di rumah sakit, tapi Steph sudah tidak sabar pengen pindah ke rumah mereka?

Tidak heran tadi malam Dave secara khusus beri tahu dia, “Kalau mau keluar dari rumah sakit, beri tahu aku ya. Jadi aku jemput.”

"Aku tahu, terima kasih."

Sheila mengambil ponsel di atas meja dan membuka CCTV.

Layar menunjukkan warna hitam pekat.

Dave telah memblokir kamera terlebih dahulu.

Sheila mengerutkan kening, menatap sekretaris yang belum pergi di samping.

"Malam ini aku akan minta seseorang untuk alihkan perhatian Dave dan Steph, kamu hubungi seseorang untuk pasang kamera tersembunyi."

"Baik, Nyonya."

Pukul sepuluh malam, Dave datang ke bangsal.

Dia menatap Sheila di tempat tidur, mata hitamnya penuh dengan permintaan maaf.

"Sheila, kamu minta aku datang, apa kamu merindukanku? Maaf, hari ini aku sibuk..."

Sheila mengerutkan kening, langsung memotongnya, dan memberinya alasan, "Aku tahu, kamu sedang siapkan pesta ulang tahun untukku, makanya malam gini baru datang temui aku."

Dave tertegun, tersenyum dan meraih tangan Sheila, lalu menggosoknya dengan lembut.

"Sheila memang paling mengerti aku."

Sheila menatap Dave, mengikuti kata-katanya.

"Ya, aku mengerti kamu, mengerti semua yang kamu lakukan."

Jantung Dave berdetak kencang, dia bergumam, "Sheila..."

Dia hendak mengatakan sesuatu, tapi saat ini perawat kebetulan mendorong kereta perawatan masuk, dan mengganti infus baru untuk Sheila.

Keesokan harinya, Sheila membuka CCTV.

Di vila, Steph dan Dave sedang makan siang bersama.

Steph duduk di posisi yang biasa diduduki Sheila, lalu dengan genit mengatakan bahwa dia hamil, jadi sama sekali tidak mau makan.

Dave dengan sabar, suap demi suap membujuknya makan.

"Dengarkan aku, jaga tubuhmu, setelah bayinya lahir, aku bakal cari cara untuk buat Sheila terima anak kita sebagai anak angkat."

Setelah setengah jam, Steph kekenyangan.

Dia memegangi perutnya, dan dengan bangga naik ke atas.

Dave kemudian memanggil para pelayan, dan berkata dengan suara berat,

"Steph hamil, dia pemarah, jadi kalian harus lebih toleran. Juga, mengenai Steph yang tinggal di sini, jangan ada yang beri tahu Sheila setelah dia kembali!"

"Ya, Tuan."

Sheila dengan tenang menonton video CCTV.

Dia lalu mengalihkan pandangannya, dan mulai menginstruksikan sekretaris untuk siapkan undangan pernikahan. Dia akan membuat daftar undangan hari ini.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati yang Remuk dan Mati   Bab 23

    Steph menyadari dia secara tidak sengaja mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan, dan dia segera berhenti.Mata Dave makin suram. Dia menatap Steph, dan berkata kata demi kata, "Kamu yang suruh Andi bunuh Sheila?"Steph buru-buru menggelengkan kepalanya, masih berdalih, "Aku nggak..."Bang!Sebelum dia selesai ucapkan kata terakhirnya, Dave meninju wajahnya.Pukulan ini langsung buat wajah Steph bengkok.Seteguk darah keluar dari mulutnya.Dave menyipitkan matanya, seolah-olah dia gila, lalu meninju wajah Steph lagi dan lagi.Beberapa menit kemudian, Steph tidak tahan dan jatuh ke tanah.Tapi tinju Dave tidak berkurang.Para tamu di sekitarnya menatap Dave yang gila, dan tidak ada yang berani maju.Sampai polisi dan ambulans datang, barulah Dave berhenti memukul Steph.Ketika Steph dibawa pergi oleh ambulans, dia sudah berlumuran darah.Segera, perjamuan satu bulan genap yang meriah dan bahagia itu hanya menyisakan suara tangisan bayi.Tiga hari kemudian, Sheila menghadiri

  • Hati yang Remuk dan Mati   Bab 22

    Awalnya, dia harus mengambil rambut Steph untuk tes DNA, yang tentu bakal sangat merepotkan.Tapi untungnya, Steph biasanya tidak perlakukan asisten rumah tangga dengan baik.Dia tidak hanya meremehkan, tapi juga kasar pada ART di rumah.Ketika dia mengobrol dengan ART secara diam-diam, bahkan sebelum keluarkan uang yang sudah disiapkan, ART langsung setuju untuk membantunya cabut rambut Steph hanya untuk lampiaskan amarahnya.Di lantai atas, lima pelayan menyajikan hidangan tepat waktu.Seorang pelayan wanita mengenakan masker, membawa piring dengan penutup hidangan gaya barat dan berjalan ke sisi Dave.Kemudian dia perlahan membuka tutupnya.Tidak ada hidangan di atas piring, tetapi empat lembar salinan.Orang-orang di meja yang sama segera melihat ke atas. Karena suara di sini terlalu keras, para tamu di meja sebelah pun mencondongkan kepala untuk melihat."Apa ini?""Aku nggak tahu, sepertinya bakal ada gosip lagi."Steph di samping jadi waspada, dia hendak mengambil salinan itu, t

  • Hati yang Remuk dan Mati   Bab 21

    "Ini adalah hukuman atas perilaku tidak pantasmu baru-baru ini. Ajaran leluhur Keluarga Diego, harus setia dan berdedikasi pada perasaan dan pernikahan. Keluarga yang harmonis akan bawa keberuntungan dalam segala hal!"Dave menundukkan kepalanya dengan muram.Kakek menghukumnya dengan melarangnya campur tangan dalam industri Keluarga Diego selama lima tahun. Ada banyak cucu laki-laki kakek, jadi selama lima tahun ini, entah akan ada berapa banyak saudara laki-laki yang akan melampaui dan mengalahkannya.Dia kemungkinan besar akan kehilangan kualifikasi sebagai ahli waris selamanya.Namun, dia telah kehilangan Sheila, apa gunanya warisan keluarga Diego ini?"Oke, Kakek."Tuan Justin menggelengkan kepalanya dengan kecewa, dan pergi dengan tongkatnya.Sore harinya, Steph dapat kabar bahwa Dave telah diperintahkan oleh Tuan Justin untuk dilarang campur tangan dalam industri Keluarga Diego selama lima tahun.Dia pun duduk sendirian di ruang tamu, pikirannya kacau.Terakhir kali, dia menelep

  • Hati yang Remuk dan Mati   Bab 20

    "Baik, Nyonya."Seminggu kemudian, Pengacara Alex datang ke vila Dave.Dia menatap pria yang kehilangan hampir tiga puluh kilogram di depannya dengan sangat terkejut.Tapi itu hanya sesaat. Kemudian, ekspresinya langsung kembali normal."Tuan Dave, ibu Nyonya Sheila minta saya jual vila. Pemilik baru sudah tanda tangan kontrak untuk ambil alih hari ini, jadi mohon Anda..."Sebelum Pengacara Alex selesai bicara, Dave tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan tersenyum sedih."Mau suruh aku pindah, kan? Sheila sudah mati, vila ini sudah lama nggak ada barang-barangnya, jadi nggak ada gunanya aku tinggal."Dave terhuyung-huyung keluar, asisten di sampingnya pun mengikuti dengan khawatir.Akhir-akhir ini dia sering mabuk, terlalu merindukan Sheila, dan hanya tidur satu atau dua jam sehari.Ketika rindunya sangat dalam, dia bahkan mencoba memotong urat nadi pergelangan tangannya.Sebelum Dave berjalan keluar taman, kakinya terkilir, dan dia pingsan lagi.Asisten lalu mengirim Dave ke rumah sakit.

  • Hati yang Remuk dan Mati   Bab 19

    Dia menatap Dave yang hampir gila dan putus asa, matanya tampak makin suram.Pria itu seperti singa jantan yang kehilangan istrinya, tertunduk lesu.Ketika dulu dia dengan tegas memutuskan untuk tinggalkan Dave, dia tidak melihatnya begitu putus asa...Apa bagusnya Sheila?Steph berjalan ke depan Dave, meraih tangan Dave, dan histeris menceritakan keluhannya,"Kamu mau ke Veridia? Sheila sudah mati, apa gunanya kamu pergi ke sana? Kalau kamu pergi sekarang, kamu bakal jadi bangkrut!"Dave tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan dengan kejam melepaskan tangan Steph.Dia bangkit, dengan wajah muram, dia selangkah demi selangkah mendekati Steph.Steph tampak ketakutan dengan tatapan suramnya.Rasa takutnya membuatnya terus mundur, hingga dia menyentuh dinding. Kemudian Dave dengan keras mencengkeram lehernya."Kalau bukan karena kamu mencegahku saat itu, dan nggak izinkan aku cari Sheila, aku dan dia pasti sudah balikan, gimana mungkin dia bisa kena kecelakaan?""Kamu sudah secara nggak langs

  • Hati yang Remuk dan Mati   Bab 18

    "Andi suruh kami tunggu hujan berikutnya. Ketika mobil Nona Sheila melaju ke tempat parkir perusahaan, kami akan otak atik mobilnya."Setelah itu, suara William makin suram."Andi berulang kali perintahkan, kita harus buat kecelakaan terparah, yang bisa langsung buat Nona Sheila mati.""Kalau berhasil, dia akan tambahkan satu miliar lagi untuk kita."Gerakan Hugo memutar pulpen berhenti, wajah tampannya menunjukkan hawa dingin."Huh, dia murah hati juga."William mendengar dinginnya suara Hugo, dan terkejut beberapa detik.Tuan Hugo biasanya tidak menunjukkan emosinya, tapi kali ini dia tidak menyembunyikan emosinya."Lalu kita harus gimana sekarang?"Hugo berpikir sejenak, dan memerintahkan, "Kamu cuma perlu otak atik sedikit, sisanya serahkan padaku."Dia akan mengatur pengganti Sheila untuk kendarai mobil, dan kemudian menciptakan ilusi kematian akibat kecelakaan mobil."Baik, Tuan Hugo."Lima hari kemudian, hujan deras turun di Veridia.Pagi harinya, Sheila seperti biasa mengendara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status