Share

Tujuh - Mimpi Buruk yang Jadi Kenyataan

Pintu kamar tidur berderit pelan. Ray mengendap masuk supaya tidak membangunkan istrinya yang sedang terlelap itu. Dia baru sampai rumah pukul satu dini hari gara-gara penerbangannya delay dua jam.

Ray melepaskan jaket denimnya dan menggantungkannya di hanger belakang pintu. Setelah itu dia bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih.

Saat air keran mulai mengalir, Kiara terjaga. Dia lekas menyibakkan selimut dan turun dari tempat tidur.

Hanya dengan sedikit bantuan cahaya redup dari lampu tidur di pojok ruangan, Kiara merogoh saku celana suaminya yang ada di keranjang pakaian kotor. Namun dia tidak mendapati apa-apa. Kemudian Kiara memeriksa saku jaket denim milik Ray.

Dia mendapati dompet juga ponsel milik suaminya.

Kiara menggeser layar ponsel Ray. “Pin? Berapa nomor Pin-nya?” pikir Kiara cepat. Mencoba keberuntungan, Kiara memasukkan bulan dan tahun lahir suaminya. Salah. Lalu dia mencoba kombinasi tanggal lahir dan tahun lahir. “Sial, salah juga!” pekik Kiara dalam hati.

Bunyi air keran di kamar mandi mendadak berhenti. Kiara menelan ludah dalam-dalam. Dia harus segera memasukkan nomor pin yang tepat sebelum Ray keluar dari kamar mandi.

Terdengar aktivitas Ray yang menyikat gigi.

“Masih ada satu kali kesempatan lagi. Ayo, Ki, berpikirlah.” Gumam Kiara pada dirinya sendiri. Sudahlah, dia akhirnya memasukan pin 1-6 secara berurutan.

Ternyata dewi keberuntungan sepertinya sedang berpihak pada Kiara, pin asal-asalan itu malah berhasil membuka kunci ponsel milik Ray.

Kiara langsung mengunduh aplikasi pelacak GPS di ponsel Ray dan aplikasi itu akan terkoneksi langsung dengan aplikasi yang sama di ponsel Kiara. Jadi, selama Ray membawa ponselnya kemana-mana, Kiara bisa mengetahui posisi suaminya.

Ayo, cepat,” batin Kiara, menatap unggahan aplikasi itu yang tinggal sepuluh persen lagi.

Di kamar mandi, Ray selesai menyikat gigi. Kemudian dia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Saat Ray membuka pintu kamar mandi, matanya langsung tertuju pada sosok istrinya.

Untunglah, Kiara masih tertidur, dengan posisi yang sama pula. Itu artinya dia tidak menyadari kepulanganku yang larut ini.” Ucap Ray lega dalam hati.

Perlahan Ray merangkak ke atas tempat tidur. Dia merenggangkan tubuhnya lalu terlelap setelah menguap lebar.

Begitu suara dengkuran terdengar, kedua mata Kiara terbeliak. Kiara membalikkan badannya dan menatap Ray yang terlelap.

“Tega-teganya kamu melakukan ini padaku.” Batinnya bergemuruh. Air mata Kiara kembali mengalir. Di saat dia berhasil hamil, dia malah mendapati Ray berselingkuh.

***

Pagi itu, Kiara berusaha bersikap biasa-biasa saja. Dia menanyakan kapan Ray pulang semalam dan basa-basi lainnya. Kiara juga belum memberi tahu perihal kehamilannya. Kado spesial yang dia siapkan untuk Ray tersembunyi rapi di kolong tempat tidur.

Begitu Ray pergi ke kantor, Kiara mulai menguntit suaminya melalui aplikasi pelacak yang dipasangnya itu.

Di layar ponsel Kiara, tracker biru itu mulai berjalan. Sejauh ini tidak ada yang mencurigakan. Arah mobil Ray masih menuju ke kantornya.

Tiba-tiba Kiara mual. Sepertinya dia harus berbaring sebentar. Namun, saat Kiara akan menjauhkan ponselnya, tracker itu berputar arah, menjauhi tujuan kantor Ray. Kening Kiara mengernyit.

Mobil Ray berhenti di sebuah tempat. Sekitar lima belas menit kemudian barulah tracker itu kembali bergerak menuju ke arah kantor.

“Apartemen Sunny Hill.” Gumam Kiara, mencatat nama itu di benaknya.

Lantas, Kiara membuka browser-nya dan mengetikkan nama lengkap Prita yang dia ketahui dari e-ticket pesawat itu.

Muncul deretan informasi dengan nama Prita Friskania. Ternyata Prita merupakan teman satu fakultas Ray namun beda jurusan. Mereka juga lulus di tahun yang sama. Pekerjaan sebagai asisten pribadi Ray adalah pekerjaan pertamanya dan sudah berlangsung selama enam bulan.

Kiara mulai mengingat-ingat sejak kapan Ray mulai bersikap dingin padanya. Ya, itu terjadi kira-kira enam bulan yang lalu. Kini semuanya terasa begitu jelas.

Sayangnya, semua akun media sosial Prita terkunci sehingga Kiara tidak bisa melihat bagaimana keseharian perempuan itu. Apakah dia pernah mem-posting foto mesra bersama Ray? Hah, membayangkan hal itu membuat hatinya terstusuk.

***

Seperti biasa, Kiara duduk di meja makan sendirian. Dia hanya melahap sedikit hidangan makan malam. Kepalanya semakin pening memikirkan semua ini. Sudah satu jam sejak Kiara mencoba menghubungi Ray, namun Ray tidak mengangkat teleponnya.

Kiara mulai membuka aplikasi pelacak itu lagi. Tracker suaminya masih berhenti di kantor. Setidaknya hal itu membuatnya sedikit lega.

Kiara terbangun saat waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Dia ketiduran di sofa sembari menunggu kepulangan Ray. Namun, mobil Ray belum terparkir di garasi. Kiara mengecek keberadaan suaminya di ponsel.

Tracker biru itu kini berhenti di sebuah gedung pencakar langit di kawasan Sudirman. Tanpa pikir panjang, Kiara memutuskan untuk menyusul Ray.

***

Kiara turun dari taksi online yang ditumpanginya. Dia melangkah menuju lobi gedung itu. Ada beberapa pasangan yang lalu-lalang di sekitar.

Mata Kiara lalu tertuju pada daftar nama-nama perusahaan yang berkantor di gedung itu. Ternyata selain perusahaan ada juga restoran fine dining dan kelab malam.

Akhirnya Kiara naik ke lantai 15 menuju ke restoran fine dining terlebih dahulu. Namun, dia tidak menemukan nama Ray dalam daftar tamu. Lagi pula, restoran itu sebentar lagi akan tutup. Maka, Kiara naik lift lagi menuju ke lantai 25, tempat kelab malam itu berada.

Di dalam lift, Kiara bersama dengan beberapa pasangan yang sepertinya akan menghabiskan malam di kelab. Beberapa dari mereka saling berangkulan dan tidak malu bercumbu di dalam lift.

Walaupun sedikit jengah Kiara berusaha tetap memasang tampang yang biasa-biasa saja.

Pintu lift terbuka, Kiara berjalan mengikuti orang-orang yang turun di lantai yang sama. Saat Kiara melangkah ke dalam kelab, dia langsung disambut dengan hingar bingar musik yang keras. Bau alkohol serta asap rokok menguar di udara.

Astaga, maafkan Mama, Star, karena mengajakmu ke tempat seperti ini,” batin Kiara sambil membekap hidungnya dengan telapak tangan dan menerobos kerumunan orang-orang yang berjoget ria.

Kiara menaruh tasnya di atas meja bar namun matanya masih terus berkeliling. Dia berharap tidak menemukan sosok Ray di sini. Dia berharap semua ini hanyalah khayalan gilanya belaka.

“Martini,” ujar pria yang duduk di sebelah Kiara ke bartender.

Bartender itu menangguk lalu menoleh ke Kiara. “Minum?”

“Air putih,” pinta Kiara yang membuat lelaki di sebelahnya berdecak heran serta bartender yang hanya bisa mengernyitkan kening mendengar ucapan Kiara barusan.

Air putih itu dihidangkan pada gelas one shot di depan Kiara dan di saat yang bersamaan pandangan Kiara terkunci pada sosok yang sangat dia kenal. Walaupun kelip lampu kelab yang temaram itu memantul ke segala arah dengan tak beraturan, namun Kiara yakin pria itu adalah Ray.

Tapi dada Kiara terasa dihantam oleh sebuah benda tajam saat tahu ada Prita di samping Ray. Perut Kiara jadi mual dan kepalanya pening seketika.

Beberapa kancing kemeja Ray terbuka sehingga memperlihatkan sedikit dadanya yang bidang. Sedangkan perempuan itu mengenakan gaun satin merah muda dengan tali spaghetti. Mereka duduk berdampingan seraya tangan Ray merangkul leher Prita. Kedua bibir mereka pun bertautan.

Bagai disambar petir, Kiara tercekat dengan pemandangan yang dilihatnya itu.

Kaki Prita mulai melintang di atas paha Ray. Sementara Ray terlihat semakin bergairah menyibak bawahan gaun Prita. Tangan kiri Ray yang bebas mulai menelusup masuk dari bawah sana.

Kiara makin mual. Dia jijik dengan apa yang dilihatnya. Kiara langsung meneguk air putih itu dengan sekali minum. Dia membanting gelas itu di atas meja bar. Setelah mengembuskan napas keras, Kiara melangkah ke arah mereka dengan amarah yang memuncak. Matanya sudah basah namun dia tetap menahan diri agar tidak terisak.

Beberapa kali bahu Kiara di senggol orang yang lewat. Bahkan bajunya sempat terkena tumpahan minum dari orang yang menyenggolnya.

“Kalo jalan pake mata dong!” pekik orang itu. Tapi Kiara tidak peduli.

Kini Kiara sudah berdiri tepat di depan meja bundar tempat Ray dan Prita bercumbu. Desahan manja Prita terdengar di antara dentuman musik yang memekakan telinga. Prita tertawa kecil saat Ray mulai menghujaninya dengan kecupan bertubi-tubi di lehernya.

Dengan napas menderu, Kiara mengambil botol minuman keras yang ada di hadapannya lantas menyiramkanya ke pasangan selingkuh itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status