Share

5. Lagi-lagi

_Saa Fera Pov_

 

Hari ini hari jum'at, " huaahh

." aku menguap dengan mulut terbuka lebar. Ini masih pagi, dan aku masih sangat mengantuk.

Levi menyentil dahiku keras

"aww,.. Apa sih vi?"

aku melihat Levi yang antensinya kembali berpusat pada guru yang sedang memberikan ceramah bermanfaat untuk memulai hari sebelum melakukan senam bersama yang memang rutin diadakan setiap jum'at pagi.

"Cewek, kalau nguap, mulutnya ditutup fer, Gak baik diliat gebetan nanti"  Tukas Levi , Guru yang memberikan ceramah pun turun dari panggung kecil yang terbuat dari semen dan bata yang sudah diamplas dengan cantik berwarna abu-abu itu, kemudian digantikan oleh seorang perempuan paruhbaya yang berumur sekitar 30-an ke atas yang memakai baju training berwarna kuning mentereng. Dia mengkode ke sampingnya pada seorang siswa yang bertugas untuk menyalakan musik.

"Huaaah" aku kembali menguap lebar didepannya tanpa menutup mulut, dia mengambil daun yang ada di atas kepala kami dan menyumpal mulutku dengan daun segar itu.

" Puehh

.. !!" Aku meludahkan daun-daun itu dan menatap Levi tajam.

"Gue nasehatin didengerin kek, rasain tu!"

Levi melengos , dia mulai meregangkan kepalanya dan kemudian tangannya.

"Gue nggak terima vi, sehabis ini loe harus traktis gue yak*lt, mulut gue pahit banget ni" aku berulang-kali meludah ke dalam parit kecil yang kering yang berada disamping kami, aku dan Levi sengaja memilih tempat ini karena selain dekat dengan panggung dan sejuk karena berada di bawah pohon buah mangga yang rindang tapi belum berbuah ini. Levi hanya mengabaikan ku, dan mulai mengikuti gerakan instruktur senam, dia menggumam "Hn"

aku tersenyum senang,

itu tandanya dia akan memenuhi permintaanku.

Irama musik mulai terdengar dari speaker besar disamping panggung. Aku seperti mengenal lagunya...

yang jelas ini lagu k-pop, aku  pada permulaan lagu ini  mengikuti saja gerakan-gerakan senam yang instruktur itu peragakan lantaran masih belum loading dan hanya merasa familiar.

'Bultoreune ... ' saat kata ini terlantun dari speaker besar itu dan instruktur senam  pun bergerak lincah dengan gerakannya sendiri, dan murid-murid lain yang mengikutinya gerakannya tanpa semangat, aku malah sebaliknya, maksudku, hanya aku dan beberapa orang tertentu (Sepertinya k-popers juga)  yang berasal dari kelas yang berbeda di aula outdoor ini terutama cewek, yang mengikuti gerakanku yang berlawanan dari gerakan senam instruktur, ini dia lagu yang bikin gue bersemangat tiba-tiba , Fire. Dan gue bisa gerakan dancenya, eo.

.... fireee eoeoeo

fireee. .ssak da bultebora bow bow bow'

Levi Sweatdrop melihatku yang sebelumnya mengalami gejala 4 L , letih, lelah, lesu, lemas. Menari dengan semangat yang membara di sekujur tubuhku.

Levi mulai menjauh beberapa langkah dariku lalu menutup wajahnya, " Dia bukan teman gue" katanya saat orang-orang melihatku dengan tatapan heran dan terkejut, seolah-olah ada alien yang baru saja menari didepan mereka, aku mengacuhkan mereka , sampai lagu fire habis dan dilanjutkan dengan lagu lainnya. Dan Levi yang melihatku kembali normal setelah lagu itu habis dan gerakan danceku berhenti lalu mulai mengikuti gerakan senam dari instruktur. Hanya menempelkan pungung tangannya pada dahiku, dan merasakan panas.

"Loe, beneran sakit Fer" .

Aku hanya menatapnya polos.

"Nggak tuh gue sehat-sehat aja".

_skiptime_

Setelah bersenam ceria, kami sekarang berada dikelas,seorang  guru pria yang berumur 45 tahun ( dia mengajar  pelajaran akuntansi) yang masih memakai baju training berwarna tosca dan putih masuk ke dalam kelas.

fyi: Setiap hari juma't,  sekolah mewajibkan murid dan guru untuk mengenakan pakaian training satu hari penuh, khusus hari itu saja.

Dia segera duduk di kursi kebesarannya, lalu membuka tasnya, mengambi beberapa buku dan meletakkannya di atas meja, dia mengambil pulpen yang disematkan pada saku yang berada di daerah dadanya.

Aku dan levi melipat tangan kami di meja, berusaha untuk terlihat seperti murid yang patuh. Padahal sih enggak.

Bukan hanya kami yang melakukan hal demikian, namun semua murid yang berada di kelas ini juga, sebenarnya, ada alasan dibalik ini. Nama guru itu supriadi s.pd.

(-emergency, hehe bercanda)dan dia adalah salah satu guru killer di sekolh ini, selain pelit nilai dan suka memberi hukuman, dia juga suka mengintimidasi muridnya.

Makanya, daripada cari penyakit, lebih baik kami belagak patuh aja.

" Hari ini, saya akan mengajarkan tentang pembuatan buku besar,  buka buku paket A , halaman 56 ," ujarnya kemudian.  Aku membuka buku paketku yang berwarna hijau itu dengan background alat penghitung.

Pak supriadi terlihat mengamati semua siswanya yang sudah membuka buku dan membaca beberapa hal di dalamnya. Dia mengambil spidol dan mulai mencoret-coret papan tulis putih dengan gambar akun-akun kecil.

"Ah, buku besar lagi, jari-jari gue rasanya mau keriting vi"

Levi mengabaikan gumamanku. Dia terus saja menatap kedepan papan tulis dan menulis.

Aku mendesah bosan, mataku mengerling ke kiri dan kekanan, humm... tampak hanya sebagian murid saja yang nampak memperhatikan apa yang pak Suriadi kerjakan dan memahami apa yang dijelaskannya. Sisanya adalah murid dengan antena pendek sepertiku yang sedang berpura-pura memahami tentang apa yang sedang dijelaskan olehnya.

Satu jam berlalu dengan begitu cepat, dan papan tulis sudah dipenuhi dengan coretan-coretan tentang pelajaran akuntansi.

Pada jam ke dua ini, guru lagi-lagi tidak masuk, dan saat ini kelas kami sudah seperti kapal pecah, kelas kami juga menjadi sangat berisik hingga terdengar sampai keluar kelas, namun semuanya terdiam ketika beberapa orang yang juga memakai seragam yang sama dengan kami datang diantaranya 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, memasuki kelas

ini.

Laki-laki pertama membawa kamera besar yang biasanya dipakai untuk syuting film, diatas bahunya. Laki-laki kedua memakai pakaian yang sangat culun dan memakai tompel besar buatan

di dagunya. Laki-laki ke tiga adalah kelvin, tidak perlu kujelaskan, pasti kalian tau dia siapa.

Aku melihat dia membawa sebuah makalah yang sedikit tebal ditangannya, dan dua orang perempuan tadi, yang satu membawa tripod yang terlihat berat, sedangkan yang satu lagi membawa tas selempang yang aku tebak berisi make up untuk syuting.

Kelvin menatapku dengan datar dan aku membalasnya dengan mendengus kesal, sedangkan Levi memilih untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah diatas meja dengan menelengkupkan tangannya  dan merebahkan kepalanya menyamping ke atas meja, dia menatapku dengan senyum yang tidak berhenti tercipta di bibirnya.

Aigoo... ni anak rupanya kena demam asmara.

Hmm, aku menatap Levi lamat-lamat, "Vi, loe mau gue kenalin sama kelvin?" tanyaku dengan nada jahil, dia menggeleng histeris.

Dengan wajah memerah.

"Apaan sih ! " lalu dipalingkannya wajahnya kedepan, kembali melihat Kelvin dan kru-nya.

Aku juga mengikuti arah pandang Levi.

Terlihat Kelvin berdiri beberapa langkah maju dari para krunya  "Halo semua!.. " Sapanya ceria, alisku terangkat heran, bukannya orang ini biasanya jutek?.

" Ehmm... jadi sebelum kami memulai syuting kami disini, terlebih dahulu kami ingin meminta izin pada kalian semua".

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status