Share

4.Aah itu

"Baiklah.." 

Seorang perempuan paruh baya yang berumur sekitar 40-an, sedang mencatat dengan serius pada sebuah buku tulis besar sekitar 30 cm panjangnya yang memang ditujukan untuk mencatat tindak pelanggaran yang telah dilakukan di dalam sekolah ini. 

Perempuan yang berpakaian dinas dengan rambut disanggul ke atas dan bunga mawar segar yang terselip di bawah sanggulnya itu berbau harum. 

Membenarkan letak kacamatanya yang melorot sampai ditengah batang hidungnya itu sembari melotot pada kedua anak muda tanggung yang memiliki warna biru, merah dan keungguan pada wajah dan sekujur tubuh mereka, yang sedang duduk di balik mejanya, tepat di depan wajah perempuan itu. Sebuah nama tersemat pada bagian baju diatas dada kirinya 'Hadijah salim s.p.d', tertulis pada pin yang terbuat dari kayu sebesar jari telunjuk dan sepanjang jari jempol. 

"Sshht"

Faber meringis saat menyeka darah yang terdapat di sudut bibirnya yang robek lantaran berkelahi.

Kelvin dengan wajah lebamnya itu hanya memandang dengan seksama pada bunga yang tersemat pada sanggul guru bimpennya itu. 

Bu Hadijah memandangi mereka berdua lamat-lamat, jari-jarinya saling bertautan dan sesekali mengantuk-ngantukkan ujung jarinya ke atas meja. 

Jam serasa berdetak dengan perlahan. Waktu istirahat hampir habis sebentar lagi dan tentu saja mereka tidak dapat kembali ke kelas dengan keadaan seperti ini.

Faber tak henti-hentinya meringis saat menyentuh luka dan lebam yang terdapat di wajah dan lengannya. 

Bu Hadijah memandangi Faber yang kesakitan. 

"Apa yang kau lakukan nak? jika memang sakit, jangan disentuh!" Bu Hadijah memandangi Faber heran, buat apa dia melakukan itu?. 

"Maafkan aku Bu guru, aku sedikit menyukai rasa perih ini" 

Kelvin tidak menggubris perkataan nyeleneh Faber, dia terlalu asik memandangi dengan sangat sekuntum bunga mawar yang tersemat manis di bawah sanggul Bu Hadijah itu.

Bu hadijah menjentikkan jarinya didepan wajah Kelvin beberapa kali sampai Kelvin tersadar, bibir atasnya bengkak dan berdarah.

"Dan, kamu.

..Apa yang kamu lihat dari tadi nak?" 

Bu Hadijah meladeni mereka dengan sabar.

"Eng... Itu buk.. Bunganya bunga asli ya?"

Bu Hadijah Sweatdrop dan memijit keningnya yang pusing lantaran ulah siswa-siswanya ini. 

"Saya akan mengirimkan surat panggilan untuk orang tua kalian dan pastikan orang tua kalian datang ke sekolah besok jam 9 di ruangan ini, kalau tidak, saya dan pihak sekolah akan men-skors kalian selama satu minggu karena kalian telah melanggar peraturan sekolah ini, Baiklah ini suratnya" Bu Hadijah memberikan surat yang sudah terlipat rapi di dalam amplop yang berwarna putih pada Kelvin dan Faber. 

Faber mendesah lesu dan cemas. Berbanding terbalik dengan Kelvin yang memasang wajah sinis dan meremehkan saat dia mengambil surat itu dari Bu Hadijah guru BP mereka. 

"Kalian boleh keluar sekarang, dan pergilah ke UKS " 

Bu Hadijah kembali fokus pada bukunya dan kembali mengerakkan pulpen diatasnya, dia kembali menulis. 

Kelvin dan Faber berdiri dari duduk mereka dan berniat meninggalkan ruang BP. 

Di ruang tamu BP tempat yang biasanya digunakan guru untuk menemui orang tua siswa, Kelvin melihat Miss zuhra duduk di situ sembari membaca koran dan sesekali melirik jam tangannya seperti sedang menunggu sesuatu. 

Faber terus berjalan di depan Kelvin tanpa menenggok kiri-kanan dan tepat pada saat dia membuka pintu.

'Krieet' 

Saat itu pula Fera berniat untuk masuk ke dalam ruangan dengan mendorong pintu. 

'Brukk'

"Aduh..!" Fera mengaduh.

Alhasil Fera terjatuh lantaran terkejut bertemu dengan Faber --pujaan hatinya-- dengan jarak yang sangat dekat, Faber menangkap kedua tangan Fera --dan menaikkan sebelah alisnya-- sehingga Fera tidak terduduk di lantai. 

"Hati-hati!"Spontan kelvin berucap.

Dan tak lama kemudian.

Kejadiannya terjadi sangat cepat, Kelvin menubruk Faber lantaran tidak melihat Faber yang berhenti di pintu masuk. 

"Aaaa..h !!" Fera dan Faber berteriak saat sama-sama terjatuh lalu berhenti sesaat kemudian.

"Aduduh!! ....Ngapain sih berhenti di pintu?" Kelvin berdiri dengan cepat dan kesal.

"Eh kau cewek yang tadi? ! " Kelvin menunjuk Fera yang tidak menoleh ke arahnya walaupun dia bersuara dengan keras, Fera hanya memandang Faber dan juga sebaliknya.

Mereka berdua, Fera dan Faber jatuh terduduk dengan bokong duluan yang mencium lantai, maksudku hanya Fera yang terjatuh demikian. Sedangkan Faber terjatuh di atas Fera lantaran Fera bergantung pada tangan Faber, ah ini membingungkan dan sangat Awkward. 

Hening... 

Waktu seolah berhenti, Fera dan Faber saling menatap dengan tatapan yang berbeda satu sama lainnya. Fera menatap Faber dengan kagum dan berbinar-binar sedangkan Faber menatap Fera dengan tatapan heran dan seperti melupakan sesuatu. 

Beberapa saat kemudian mereka saling membuang muka dan sesaat lupa untuk bangkit dari posisi memalukan ini. 

"Kalian sudah insaf? " Kata Kelvin ketus. 

Mereka berdua kemudian berdiri setelah 1 menit berlalu dengan canggung, Fera melepaskan tangan Faber dan Faber memegangi tangannya yang memang tadi sudah sakit, menjadi semakin sakit setelah menolong Fera agar tidak terjatuh tapi akhirnya jatuh juga karena di tubruk kelvin. Hanya Fera yang mukanya memerah saat dia kembali memandang Faber dan berlalu masuk ke dalam ruangan diikuti Monika yang merasa heran dan cemas. 

"Ah, buat apa aku bebicara jika suaraku saja tidak ada yang mendengar."

Kelvin memandang Faber sekilas lalu menatap Fera kemudian monika, mengangkat bahunya seolah tidak mau tau, dia melewati Faber dan bersikap acuh tak acuh dengan kejadian barusan. 

Dia berjalan lurus kemudian berbelok kearah kanan menuju kelas dengan wajah memar dan kaki pincangnya. 

Beberapa siswa dan siswi yang lewat di koridor itu menatap Kelvin kemudian berbisik-bisik setelahnya. 

_

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status