Share

Bab 10

Penulis: Hijau
Ketika Winda melihat video yang dikirim Hazel, dia menyadari bahwa Justin dan Darra sudah sering melakukan hal semacam ini di ranjang.

Rasanya tubuhnya seperti mau meledak karena amarah.

"Sialan! Bajingan ini benar-benar sampah! Dia harus diberi pelajaran. Hazel, kamu harus menemui Nenek Liana agar dia mendukungmu. Kalau nggak, Justin akan mengira kamu gampang direndahkan!"

Sebagai sahabat Hazel, dia tahu lebih baik dari siapa pun bahwa pertunangan itu dicetuskan oleh Keluarga Hardwin.

Saat itu, Keluarga Vandana sedang berkembang pesat dan kekuatan finansial mereka bahkan pernah melampaui Keluarga Hardwin, yang kini menjadi konglomerat papan atas.

Ibu Hazel dan Liana adalah teman yang sangat dekat.

Hazel dan Justin memiliki usia yang hampir sama dan saling mengenal dengan baik, jadi mereka dijodohkan dan bertunangan.

Sekarang, Justin berani menggertak Hazel secara terang-terangan. Bukankah itu karena dia melihat kejayaan Keluarga Vandana mulai menurun dan Hazel tidak memiliki perlindungan dari ibunya lagi?

Mendengar Winda menyebutkan nama Liana, entah kenapa Hazel merasa bersalah. "Aku akan menyelesaikan masalah ini."

Liana sangat menyayangi Hazel selalu memperlakukannya seperti cucunya sendiri.

Jadi, dia tidak berani menyinggung masalah pernikahannya dengan Sergio karena takut Liana tidak akan bisa menerimanya kalau sampai tahu.

Winda yang berada di ujung telepon sangat marah. Dia menggertakkan gigi dan ingin sekali mencabik-cabik Justin, si sampah masyarakat itu.

Dia berkata, "Hazel, itu karena kamu terlalu lembut, jadi mereka berani menggertakmu. Kali ini dengarkan aku. Jangan sampai kamu membiarkannya begitu saja!"

Hati Hazel dipenuhi dengan kehangatan saat mendengar kemarahan Winda karena hal ini. Lalu, dia bertanya dengan geli, "Lalu menurutmu, apa yang harus aku lakukan?"

Winda berseru, "Kalau dia berani berselingkuh di belakangmu, kamu juga harus balik menyelingkuhinya! Cari pria yang jauh lebih baik dari dia, lebih baik lagi kalau pria itu punya posisi dan kekuasaan yang tinggi. Gunakan kekuatan pria itu untuk menghancurkan Justin!"

Hazel mengerucutkan bibirnya, menjawab sedikit tidak enak hati, "Winda, ada yang ingin aku katakan padamu. Sebenarnya aku sudah menikah."

"Oh, sudah menikah ... apa? Kamu sudah menikah? Apa kamu bercanda?"

Winda sedang merawat kukunya di salon kuku. Ketika mendengar hal ini, dia langsung berdiri dari kursinya, sampai mengejutkan pegawai yang tengah merawat kukunya.

Dia sangat terkejut sampai-sampai dia tidak peduli dengan goresan yang tidak sengaja ditinggalkan oleh pegawai itu karena tangannya yang gemetar.

Pegawai itu tidak berani bernapas keras-keras karena khawatir Winda akan menyalahkannya.

Untung saja Winda tidak sempat memedulikannya dan langsung pergi setelah membayar biaya perawatan.

Hazel melirik sopir yang tengah fokus mengemudi. Perlahan, wajahnya mulai memerah.

Hal semacam ini sedikit tidak nyaman saat dikatakan di depan orang lain.

Jadi, dia mengatakan, "Masalah ini nggak bisa dijelaskan dengan satu dua kata saja. Lain kali akan aku ceritakan kepadamu."

"Jangan lain kali, hari ini saja. Kita ketemu di Locusa Bar. Aku tunggu." Winda memang suka terburu-buru dan selalu melakukan apa yang sudah dia katakan.

Setelah keluar dari toko kecantikan, dia langsung mencari taksi untuk pergi ke Locusa Bar.

Di sisi lain, Hazel memijit keningnya setelah mengakhiri panggilan telepon.

Kalau tahu reaksi Winda akan sebesar ini, harusnya dia tidak mengatakannya dulu.

Karena sudah dihadapkan pada situasi ini, jadi dia meminta sopir putar balik menuju Locusa Bar.

Setengah jam kemudian, sopir memarkirkan mobilnya di depan Locusa Bar.

Hazel berjalan turun dari mobil dan menunjukkan kartu keanggotaannya kepada pegawai yang berjaga di depan pintu.

Sikap pegawai itu langsung berubah hormat, membungkuk kepada Hazel dan mempersilakannya masuk.

Locusa Bar adalah bar terbesar di Kota Palapa. Di sini bukan hanya ada bar, tetapi banyak arena hiburan yang lain. Di sinilah banyak orang kaya menghabiskan uang mereka.

Tempat itu menggunakan sistem keanggotaan. Mereka yang memiliki banyak uang pun belum tentu bisa masuk ke mari.

Hazel masuk dan melihat sekeliling, menemukan Winda sedang duduk di bar sambil minum-minum.

Winda juga melihat Hazel. Dia tersenyum dan melambaikan tangan padanya.

Winda terlihat cerah dan cantik. Saat ini, dia mengenakan gaun hitam yang cukup pendek, yang membuat kulit putihnya terlihat makin menakjubkan. Rambutnya yang panjang bergelombang disampirkan di bahunya. Setiap gerakan yang dia lakukan penuh dengan gaya.

Bibir Hazel menyunggingkan senyuman. Dia mengangkat kakinya dan berjalan mendekat.

Sebelum Hazel sempat berbicara, Winda sudah melingkarkan tangannya di leher Hazel dan mengancam, "Saudara Hazel, katakan semuanya dan aku nggak akan bersikap kasar. Jelaskan, apa maksudnya kamu yang sudah menikah?"

Hazel merajuk sesaat sebelum menjawab pelan, "Tadi malam, aku dan Sergio menandatangani kontrak pernikahan."

"Siapa? Sergio?" tanya Winda dengan sorot tak percaya. Dia bahkan hampir melompat dari kursinya.

Apakah Sergio Hardwin yang dimaksud Hazel?

Apa dia Sergio yang merupakan pemimpin Keluarga Hardwin, om-nya Justin?

Hazel mengangguk pelan, "Ya."

Winda tertegun sejenak sebelum perlahan-lahan bisa menenangkan dirinya.

Dia mengambil gelas anggur di depannya dan menenggaknya sekaligus.

Merasa belum cukup bahkan setelah meminumnya, Winda meminta gelas lain kepada bar tender dan menenggaknya lagi.

Setelah minuman keras itu melewati tenggorokan dan rasa alkohol memenuhi bibir dan giginya, barulah Winda menemukan kewarasannya kembali.

Hazel mencoba menghentikannya, tetapi Winda memotongnya, "Diam dulu. Aku harus menenangkan diri."

Hazel dibuat tidak berdaya dan geli dengan sikap Winda. Dia pun memesan segelas anggur untuk diminum juga.

Bahkan dia sendiri belum sepenuhnya menerima kenyataan bahwa dia sudah menikah, apalagi dengan Sergio.

Pria yang biasanya begitu tinggi dan perkasa, begitu asing dan dingin, tiba-tiba menjadi suaminya.

Hazel tidak tahu persis bagaimana rasanya, tetapi perasaan itu tampak sedikit menggelitik.

Setelah menuangkan beberapa gelas minuman untuk dirinya sendiri, Winda akhirnya bisa tenang.

Dia memegang pundak Hazel, menatapnya, lalu bertanya, "Katakan lagi apa yang barusan kamu katakan. Apa kamu benar-benar menikah dengan Sergio?"

Hazel menjawab dengan ekspresi serius, "Ini bukan pernikahan, ini hanya perjanjian pernikahan. Belum ada surat nikah, tapi sudah sah secara hukum."

Mata Winda sedikit menyipit, menatap Hazel dari atas ke bawah sebelum menepuk pundaknya.

"Hazel, nggak sangka kamu menyembunyikannya serapat ini!"

Hazel duduk di bar dengan tangan menopang dagunya, menjawab sambil berpikir keras, "Sebenarnya saat itu aku nggak berpikir jernih dan langsung menandatanganinya. Nggak tahu apakah yang aku lakukan ini benar atau salah."

Hazel melakukannya bukan karena dia harus menjadi bagian dari Keluarga Hardwin. Dia hanya kesal pada Justin dan Darra.

Ditambah lagi dengan fakta bahwa tawaran Sergio memang terlalu menggiurkan. Dia tidak bisa menolak godaan tersebut dan langsung menyetujuinya.

Akibatnya, setiap kali Hazel memikirkan Sergio, dia merasa seperti berada di kapal pencuri.

Namun, Winda malah menimpali senang, "Keputusan yang bagus! Mulai sekarang, si bajingan Justin itu akan memanggilmu Tante. Kalau dipikir-pikir sangat menyenangkan!"

Saat mengatakan hal itu, Winda merasa ada yang tidak beres. Jadi, dia bertanya, "Tapi kenapa Sergio mendatangimu? Jangan bilang dia sudah menyukaimu sejak lama!"

"Nggak mungkin!" Hazel menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Aku itu tunangan keponakannya. Sebelumnya kami juga nggak pernah bicara banyak."

Sergio menyukainya?

Mana mungkin!

Winda tiba-tiba menyunggingkan senyum yang menyembunyikan senyum kecut.

"Kenapa nggak mungkin? Mungkin saja karena dia menyukaimu, jadi sengaja menghindari kecurigaan. Kalau nggak, kenapa kebetulan sekali dia ada di sana saat kamu memergoki perselingkuhan mereka? Dia juga memilihmu, yang statusnya mantan pasangan keponakannya untuk dinikahi?"

Hubungan om dan keponakan ini sangat mendebarkan kalau dipikirkan.

Hanya Hazel yang bodoh yang akan percaya bahwa pria itu hanya ingin mencari pasangan untuk dinikahi.

Namun, dia tidak berniat untuk memberi tahu Hazel akan kemungkinan ini. Dengan pemahamannya tentang Hazel, jika dia mengetahui bahwa Sergio memang dengan sengaja merencanakan semua ini, dia pasti akan menghindar sejauh mungkin.

Dia akan sangat berdosa kalau sampai membuat Hazel kehilangan hubungan pernikahan yang begitu hebat ini.

Hazel dibuat bingung dengan pertanyaan Winda.

Ya. Sergio memiliki semua uang dan kekuasaan di dalam genggamannya. Wanita seperti apa yang tidak bisa dia temukan?

Kenapa dia harus menanggung reputasi mencuri tunangan keponakannya dan menikahi Hazel?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Jangan² Winda memendam perasaan kepada Sergio
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Yang di tunggu-tunggu sudah update lagi, terima kasih Thor love love sekebon ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 444

    Mendengar pengakuan Hazel yang tiba-tiba, hati Sergio langsung luluh.Dia mengulurkan tangan dan mengusap kepala Hazel, dengan lembut mendaratkan ciuman di puncak rambutnya."Hmm."Bisa mendapatkan pengakuan dari istrinya, Sergio merasa bahwa apa yang dia lakukan kali ini tidak sia-sia.Tidak sia-sia dia menunda pembicaraan kerja sama yang sangat penting untuk datang ke sini dan mendukung Hazel.Setelah waktu yang tidak diketahui, Hazel akhirnya melepaskan Sergio dan mengangkat wajahnya dari dada bidang pria itu.Matanya masih tertutup lapisan kabut berair karena menangis, menambah sedikit kesan sayu pada diri Hazel.Sergio tidak berdaya, menyapukan ujung jarinya dengan lembut di ujung matanya yang memerah. Sudut bibirnya tanpa sadar terangkat naik."Dasar cengeng. Kamu menangis saat sedih dan kamu menangis saat senang ...."Hazel yang mendengar itu langsung menatapnya, terlihat sangat menyedihkan."Bagaimana lagi, aku nggak bisa menahannya ...."Saat Sergio membela dan melindunginya,

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 443

    Di tengah-tengah kalimatnya, dahi Hazel terkena sentilan dari Sergio.Sambil menutupi dahinya dengan rasa sakit, Hazel mengangkat kepalanya dan menatap pelakunya dengan wajah memelas. "Sakit! Om apa sih?""Memberimu pelajaran!"Sergio menjawab pelan. Melihat Hazel benar-benar kesakitan, dia pun menjadi tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengusap tempat yang baru saja dia pukul.Dia melanjutkan, "Kamu selalu jadi yang nomor satu di mataku, jadi nggak ada yang namanya merepotkan. Hazel, aku malah senang kalau kamu sering menggangguku. Itu menandakan kalau aku cukup berharga di hatimu."Hazel tersentak tersadar, tidak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari bibir Sergio.Meskipun suara pria itu tenang, nadanya bercampur dengan nada pasrah yang tidak kentara.Entah kenapa jantung Hazel terasa seperti ditusuk dengan keras oleh sesuatu, hatinya terasa masam."Om, terima kasih ...."Tidak pernah ada orang yang membela dan mencintai Hazel seperti yang dilakukan Sergio.Perasaan

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 442

    Sebahagia apa Hazel saat ini, sebesar itu pula rasa pahit yang ada di hati mereka yang dipaksa untuk meminta maaf.Mereka menyesalinya.Mengapa mereka tidak tahu diri dan berani menyinggung Hazel?Mengapa mereka mengatakan sesuatu seperti Hazel sudah mengkhianati Sergio dan Sergio akan marah dan meninggalkannya?Cara Sergio menatap Hazel begitu lepas dan penuh cinta.Di bagian mana itu menunjukkan rusaknya hubungan mereka?Orang yang awalnya bersikap sombong sekarang menundukkan kepala mereka. Rasanya, mereka ingin sekali mengecilkan tubuh mereka, meminimalkan rasa kehadiran mereka di ruangan ini."Kita nggak seharusnya mengganggu Hazel karena dia masih muda.""Apa lagi?"Sergio mengangkat matanya dengan dingin, menyalurkan penindasan yang kuat di bawah matanya.Apa lagi ....Semua orang diam-diam berteriak di dalam hati.Kenapa mereka malah mengganggu dewa kematian ini!"Kita nggak bisa menilai dengan baik dan salah paham dengan Bu Hazel.""Kita seharusnya nggak menyebutkan rumor ngga

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 441

    Namun, Sergio tidak berniat membiarkan mereka lolos begitu saja.Matanya sedikit menyipit, aura dingin yang gelap terpancar dari kedalaman matanya. "Hmm? Maksud kalian aku berbohong?"Saat kata-kata ini terlontar, mereka menjadi makin panik."Bukan, bukan begitu!""Kesalahpahaman, itu semua salah paham!""Tuan Sergio, kami harusnya menghormati Bu Hazel, mana mungkin kami mengancamnya? Kami hanya ingin bertanya tentang video itu, itu saja."Sergio tertawa dingin, matanya yang tajam seperti elang menyapu semua orang yang hadir.Bibirnya yang tipis terbuka sedikit, suaranya yang dingin sangat menindas. Kata-kata yang diucapkannya membuat semua orang gemetar."Kesalahpahaman? Aku sudah melihat video itu, jelas sekali kalau sudut pengambilan gambarnya lah yang salah. Kalian bahkan nggak paham soal beginian, kenapa nggak ganti saja posisi dewan direksi JY Group dengan orang lain?"Walaupun nada suara Sergio datar, semua orang bisa merasakan kalau dia sedang marah!Mereka ingin melarikan diri

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 440

    Suara rendah dan dingin, yang menyalurkan penindasan itu bergema dengan tajam di ruang konferensi yang besar, membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri.Semua orang yang hadir menoleh secara bersamaan. Seketika, mata mereka membelalak kaget."Tu ... Tuan Sergio?"Kenapa sosok agung ini datang ke mari?Perasaan menindas yang dibawa Sergio kepada mereka saat Sergio terakhir kali muncul di ruang konferensi tampaknya masih tersisa sampai hari ini.Banyak orang secara tidak sadar menahan napas, tidak berani bernapas keras-keras. Mereka menatap lurus ke arah Sergio, ingin melihat apa yang ingin dia lakukan.Sergio bahkan tidak melirik mereka satu detik pun, langsung berjalan ke arah Hazel dan berdiri di depannya."Hazel, apa semuanya baik-baik saja? Apa kamu diganggu?"Hazel juga terkejut dengan kedatangannya. Lalu, dia bertanya dengan tidak percaya, "Om, kenapa kamu datang?"Sorot mata pria yang gelap dan dalam itu tiba-tiba menjadi lebih lembut. Dia mengulurkan tangan untuk mengus

  • Hazel Kesayangan Sergio   Bab 439

    Hazel berkata dengan suara dingin, "Daripada peduli dengan hal ini, kamu harusnya merenungkan seberapa besar kontribusimu kepada perusahaan."Pria itu terdiam, lalu menjadi jengkel dan menggebrak meja di depannya. "Apa maksudmu?""Seperti apa yang sudah aku katakan." Ekspresi di wajah Hazel tidak berubah, nada suaranya sangat tenang, "Alasan kenapa perusahaan jatuh ke dalam situasi saat ini nggak terlepas dari orang-orang sepertimu yang hanya tahu cara mengacau dan berpuas diri."Pria itu membuka mulutnya, ingin membalas sesuatu, tetapi dia melihat tatapan Hazel yang sedingin es."Kalau kamu nggak mau aku menguak semua tabiatmu, lebih baik diam."Suara Hazel jernih dan dingin, matanya menyalurkan ketegasan di dalamnya dan tubuhnya memancarkan aura kuat yang membawa tekanan tak terlihat."Kamu ...."Wajah pria itu memerah, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas. Dia terpaksa diam.Ruang konferensi menjadi hening, semua orang memiliki persepsi baru tentang Haze

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status