"Minta Line mu saja, biar gampang balikin uangnya."Winda mengangguk, lalu menambahkan Line Rafael.Setelah permasalahan di antara keduanya terselesaikan, Rafael mulai memperkenalkan diri, "Halo, Hazel, namaku Rafael Bramantyo. Panggil Rafael saja."Vexal mengangguk pelan pada Hazel, lalu menyeletuk, "Vexal Erlangga."Rafael tidak tahan lagi, jadi dia memeluk lehernya dan memperkenalkan Hazel sambil tersenyum, "Ini Vexal. Dia memang orang yang dingin dan nggak peduli sama orang lain. Hazel, tolong jangan keberatan."Vexal memelototinya. "Singkirkan tangan kotormu."Rafael kembali menarik tangannya, tetapi menolak untuk kalah. "Ini pertama kalinya kita ketemu Hazel, jadi tolong pedulikan harga diriku sedikit. Siapa juga yang mau sentuh kamu."Hazel terkekeh pelan, "Halo, senang bertemu dengan kalian. Namaku Hazel.""Aku sudah tahu. Hazel, kamu mungkin belum tahu, tapi Sergio sudah ... aduh!"Saat Rafael tengah mengucapkan kalimatnya, Vexal yang berada di sampingnya langsung menyodok per
Hazel menatap curiga pada Sergio. Apa dia sudah salah bicara?Kenapa reaksi yang ditunjukkan Rafael dan Vexal sangat aneh?Melihat tatapan kosong Hazel, Sergio tersenyum tipis, mengusap puncak kepala Hazel dan mengatakan, "Jangan pedulikan mereka. Bagian sininya mereka rasa nggak normal."Saat mengatakan itu, Sergio mengetuk pelipisnya dengan ujung jarinya.Hazel terhibur oleh tindakannya. Dia tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipit di pipinya yang terlihat manis dan menyenangkan.Hati Rafael serasa ditusuk dengan keras, lalu menimpali dengan kesal, "Sergio, mentang-mentang sudah punya suami jadi teman dibuang. Ya nggak, Vexal?"Vexal yang sejak tadi hanya diam pun memberikan reaksi dengan mengangguk setuju, "Ya, memang nggak patut."Sergio tidak merasa bersalah, malah menjawab dengan percaya diri, "Antara istri dan teman, bukankah sudah jelas mana yang lebih penting?"Rafael dan Vexal terdiam sesaat, merasa jantung mereka terkena pukulan telak.Bukannya teman itu seperti kaki dan
Ibarat seorang sales yang bekerja keras menjual suatu produk, Rafael memuji Sergio dari atas hingga bawah, luar dan dalam.Hazel mendengarkan dengan seksama dan tahu banyak tentang masa lalu Sergio dari Rafael.Di akhir kalimat, mulut Rafael mulai kering, jadi dia mengambil gelas anggur dan meneguknya.Hazel tersenyum, lalu mengatakan, "Sepertinya hubungan kalian sangat baik. Aku pikir dengan kepribadian Om Sergio yang dingin seperti itu, dia nggak akan bisa punya teman dekat."Rafael langsung menjawab, "Memang benar dia nggak punya banyak teman. Cuma kita berdua yang tahan sama temperamennya yang buruk itu."Meski mengucapkan kata-kata yang menyakitkan, wajah Rafael penuh senyuman.Faktanya, ketiga bersaudara itu adalah teman dekat.Sebenarnya masih ada satu orang lagi yang meninggal karena kecelakaan. Bagi ketiganya, kepergiannya merupakan rasa sakit yang tidak bisa disembuhkan sepanjang hidup mereka.Meskipun Sergio memiliki kepribadian yang dingin, dia sangat murah hati.Rafael dan
Saat dalam perjalanan pulang ke rumah, Hazel ingin mengatakan sesuatu, tetapi kembali mengurungkannya.Sergio menyadari tatapan ragunya, lalu tersenyum tidak berdaya. "Mau tanya apa, tanya saja."Mendengar itu, Hazel langsung mengutarakan keraguan di dalam hatinya. "Kepribadian kalian bertiga berbeda jauh, kenapa kalian bisa jadi teman baik?"Sergio berpikir serius, lalu menjawab, "Sebenarnya dulu hubungan kami nggak bagus dan saling nggak suka. Lalu setelah dewasa, teman kami yang paling tua dibunuh oleh sekelompok pembunuh. Demi membalas dendam, kami bertiga berdamai untuk sementara waktu."Seiring berjalannya waktu, proses kerja sama itu pun membuat mereka jadi mengerti satu sama lain.Dari konfrontasi dan permusuhan di antara mereka, perlahan-lahan mereka mulai memahami dan mempercayai satu sama lain.Meski nada bicara Sergio terkesan meremehkan, kata-katanya penuh keseriusan.Hazel tidak berani bertanya lagi dan menutup mulutnya.Sergio menoleh dan meliriknya, berkata dengan sedik
Sergio dan Hazel saling bertukar pandang. Reaksi pertama mereka adalah tidak percaya dengan situasi yang dikatakan Irma.Meski Hazel hanya pernah bertemu Erlina beberapa kali, kelihatannya Erlina bukan orang yang bisa berbuat bodoh.Namun, kepanikan yang ditunjukkan Irma sepertinya bukanlah sesuatu yang mengada-ada.Hazel ragu-ragu sejenak lalu menyarankan, "Om, kenapa nggak kesana dan lihat dulu saja? Syukur-syukur dia nggak apa-apa, tapi kalau sampai terjadi sesuatu, hatiku pasti nggak akan bisa tenang."Sebenarnya, Hazel dan Erlina tidak memiliki banyak dendam pribadi. Mereka hanya bertukar kata beberapa kali selama bertahun-tahun ini.Dia memang menyukai Sergio, tetapi tubuhnya 'kan tidak bersalah.Jika Sergio cukup tegas, tidak peduli berapa banyak wanita yang menggodanya, para wanita itu tidak akan bisa menggoyahkan pernikahan mereka.Hazel juga tidak menginginkan pria yang bisa dengan mudah digoda oleh wanita lain.Sergio ingin mengatakan kalau hidup dan mati orang lain bukanlah
Irma membuka mulutnya dan ingin mengatakan sesuatu. Namun, ketika melihat tatapan mata Sergio yang tegas dan dingin, dia menelan kembali apa yang ingin dia katakan.Dia hanya bisa menahan amarah dan tidak punya tempat untuk melampiaskannya. Jadi, dia hanya menatap tajam ke arah Hazel.Karena kedatangan Hazel, semua rencana mereka menjadi sia-sia.Wanita jalang kecil ini benar-benar pembawa sial.Untungnya, Justin sudah memutuskan pertunangannya dengan Hazel. Jika Justin benar-benar menikah dengan Hazel, nyawanya mungkin akan dipertaruhkan.Namun, dia segera mengalihkan pandangannya dan membawa mereka berdua ke atas.Dia benar-benar takut terjadi sesuatu pada Erlina.Bagaimanapun, ini bukan sesuatu yang mereka rencanakan sebelumnya.Saat itu, Erlina hanya menyuruhnya untuk menelepon Sergio dan mengatakan kalau dia hilang.Entah harus menggunakan cara apa, Irma harus berhasil membujuk Sergio.Sayangnya, Sergio lebih sulit untuk dihadapi dari yang dia kira. Meski sudah memohon, Sergio tet
Erlina sengaja meninggikan suaranya dan sedikit tersedak, seolah sedang menatap pria yang tidak berperasaan.Mereka yang ada di bawah memegang ponsel dan merekam situasi ini.Bahkan ada selebriti internet yang memulai siaran langsung. Kalimat ini juga disertakan dalam video tersebut.Tidak hanya mereka yang ada di lokasi kejadian, warga internet yang belum mengetahui kebenarannya pun menganggap kalau Erlina habis ditinggalkan oleh seorang pria bajingan.Sergio mengerutkan kening, matanya menyalurkan rasa dingin yang menusuk. "Meninggalkanmu? Aku nggak pernah menjanjikan apa pun padamu, kamu juga bukan siapa-siapaku. Meninggalkan katamu?""Kak Sergio, dari pertama kali aku bertemu denganmu, aku memutuskan kalau aku akan menikahimu suatu saat nanti. Sekarang, kamu malah menikah sama wanita lain. Kamu anggap aku apa? Kalau kamu nggak mau nikah sama aku, aku akan lompat dari sini!"Suara Sergio sangat acuh, tanpa kehangatan sedikit pun, "Karena kamu ingin menikah denganku, apa itu berarti
Doter dan perawat membawa Erlina untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh, sementara Hazel dan Sergio menunggu di koridor. Tidak ada satu pun dari keduanya yang berbicara.Sergio memeluk Hazel erat-erat, membelai punggungnya dengan tangannya yang hangat.Dia memang tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi tindakannya menyalurkan kenyamanan.Hazel dengan cepat pulih dari keterkejutan akibat kejadian tadi dan menatap Sergio."Om, aku boleh tanya sesuatu?"Sergio menunduk dan menatap penuh kelembutan pada mata Hazel yang jernih."Hmm, tanya saja."Hazel ragu-ragu sejenak dan menggigit bibir bawahnya, tidak yakin apakah dia harus menanyakannya.Melihat ini, Sergio tersenyum dan mengatakan, "Kalau belum yakin, kamu nggak perlu tanya."Hazel menggelengkan kepalanya dan menanyakan keraguan di hatinya, "Om, apa Om benar-benar nggak pernah ... menjalin hubungan dengan Erlina sebelumnya?"Sebelum hari ini, meskipun Hazel penasaran dengan pertanyaan ini, dia tidak akan pernah menanyakannya.Karena