Share

Hazel Kesayangan Sergio
Hazel Kesayangan Sergio
Author: Hijau

Bab 1

"Kak Justin, kamu lebih suka aku atau Hazel?"

"Tentu saja kamu, sayang. Apa tindakanku masih belum cukup menjadi buktinya?"

"Aku 'kan cuma mau dengar kamu mengatakan itu secara langsung."

"Sayang, kamu itu wanita yang paling aku cintai. Rileks, kamu terlalu tegang ...."

Napas pria itu terengah-engah dan tertahan, bercampur dengan desahan genit dari wanita yang berada di bawah tubuhnya, yang seketika memenuhi kamar hotel.

Hazel berdiri di luar pintu. Mendengar ini, darah di tubuhnya sampai mendidih. Hawa dingin yang dia menusuk membuatnya tidak berhenti menggigil.

Satu jam yang lalu, seseorang mengirimkan sebuah video kepadanya.

Dalam video tersebut, tunangannya yang bernama Justin Hardwin tengah merangkul adik tirinya yang bernama Darra Vandana. Terlihat bahwa mereka sedang berciuman mesra di koridor hotel.

Awalnya dia mengira itu hanya lelucon, tetapi tidak disangka bahwa keduanya sudah menjalin hubungan asmara sejak lama.

Hazel menarik napas dalam-dalam dan mencoba menahan amarah yang bergejolak di dadanya. Lalu, dia mengeluarkan ponselnya dari saku dan mendorong pintu hingga terbuka tanpa suara.

Kedua orang di atas ranjang masih tenggelam dalam sensasi kegembiraan. Lalu, mereka tiba-tiba mendengar suara yang begitu dingin, "Sungguh permainan yang luar biasa. Apa kalian ingin aku memberikan tepuk tangan?"

Tubuh kedua orang itu menegang dan mereka menoleh ke arah pintu.

"Ah!" Darra berteriak, meringkuk ke dalam pelukan Justin dengan panik. "Kakak? Apa yang kamu lakukan di sini?"

Justin menutup tubuhnya dengan selimut dan berkata dengan tidak senang, "Siapa yang memintamu datang ke mari?"

Hazel menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan menatapnya dengan sinis. "Kalau aku nggak datang, aku nggak akan melihat pemandangan seindah ini."

"Kak, aku sama Kak Justin saling mencintai dengan tulus. Tolong biarkan kami bahagia!"

Mata Darra memerah dan air mata bergejolak di kelopak matanya. Dia menunjukkan tatapan yang lugu dan menyedihkan.

Justin yang melihat itu pun jadi tidak tega. Dia melindungi Darra dengan erat dalam pelukannya dan berkata dengan suara yang dalam, "Hazel, kalau ada apa-apa hadapi aku saja. Darra nggak salah!"

Hazel mencibir, "Nggak salah? Berani sekali kamu menggunakan dua kata itu di depanku?"

"Cukup! Satu-satunya orang yang aku cintai cuma Darra. Kalau kamu sadar diri, kamu harus menemui nenek dan membatalkan pertunangan kita!"

Dia menyukai Darra yang lembut dan menyenangkan saat berada di tempat tidur.

Namun, Hazel sangat pendiam dan tertutup, bahkan tidak membiarkan Justin menyentuhnya. Wanita yang seperti itu sangat membosankan bagi Justin.

Dia tidak bisa merasa terpuaskan saat bersama dengan Hazel.

Mata Hazel sedikit menyipit, cahaya berbahaya dan dingin melintas di bagian bawah matanya. "Selingkuh tetaplah selingkuh, jangan membuat alasan yang nggak jelas. Kalau aku menyebarkan video kalian di ranjang, apa orang lain juga akan merasa kalau kalian nggak bersalah?"

Mendengar itu, wajah Justin dan Darra menjadi pucat, lalu mereka berteriak, "Hazel, hapus videonya!"

"Bagaimana kalau aku nggak mau?"

Hazel mundur dua langkah dan mengangkat dagunya ke arah keduanya dengan provokatif.

"Justin, kalau kamu nggak menyukaiku, kamu bisa bilang. Aku juga nggak mungkin menahanmu. Sikapmu yang begini malah membuatku merasa jijik."

Jika Justin menarik diri dari pernikahan secara baik-baik, mungkin Hazel masih memiliki penilaian yang baik kepadanya.

Sayangnya ....

"Hazel, berhenti!"

Melihat punggung Hazel yang beranjak pergi, Justin sangat marah dan tanpa sadar ingin mengejarnya.

Namun, Darra melingkarkan tangannya di pinggangnya dan menangis kesal.

"Kak Justin, bagaimana ini? Kakak pasti marah padaku. Mungkin dari awal, aku nggak seharusnya menyukaimu. Dengan begitu aku nggak akan menyakiti Kakak ...."

Justin yang mendengar itu merasa bersalah dan tidak tega. Mana mungkin dia sempat memedulikan Hazel?

Ia mencium kening Darra dan berbisik menenangkan, "Darra, kamu terlalu baik. Kalau bukan karena dia yang menjadi penghalang dalam hubungan kita, kita mungkin sudah bersama sejak dulu!"

"Kak Justin, kamu baik sekali ...."

Bibir Darra terangkat naik membentuk seringai kemenangan, tatapannya menatap lurus ke arah Hazel menghilang.

Heh ....

Hazel masih terlalu muda untuk bertarung dengannya!

Darra yakin, tidak butuh waktu lama dia pasti bisa memiliki status istri sah di Keluarga Hardwin.

...

Ketika Hazel meninggalkan hotel, di luar ternyata hujan turun dengan deras.

Malam yang tak berujung menyelimuti. Petir dan lampu jalan yang remang menemani dalam bayangan hujan yang deras.

Hazel berdiri di tengah hujan hingga tubuhnya basah kuyup.

Bayangan Justin dan Darra yang saling bergumul di atas ranjang terus muncul di dalam benaknya, membuatnya mual.

Hazel juga belum makan seharian, jadi perutnya terasa perih.

Dia menguatkan diri untuk berjalan ke tepi jalan, akhirnya tidak bisa menahan diri dan berjongkok.

Air hujan terasa sedingin es ketika menerpa kulitnya yang putih, menyalurkan rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang dan membuatnya menggigil.

Gelenyar pening mulai terasa, membuat Hazel tidak bisa membedakan apakah ini mimpi atau ilusi.

Setelah beberapa saat, hujan yang mengguyurnya berangsur-angsur berhenti.

Hazel membuka matanya perlahan dan menemukan sesosok bayangan di depannya.

Dia merasakan sesuatu di dalam hatinya dan pandangannya perlahan-lahan bergerak naik ke atas.

Hal pertama yang muncul dalam penglihatannya adalah kaki jenjang yang terbalut oleh celana panjang. Tubuh tegapnya terbalut indah dalam setelan jas yang dia kenakan.

Menatap lebih jauh ke atas, ada wajah tampan dengan tatapan dingin yang tengah menatapnya.

Sepasang alis tajam pria itu sedikit berkerut. Hidungnya mancung dan bibirnya yang tipis terkatup rapat.

Matanya yang hitam pekat tampak menyatu dengan warna malam.

Hazel menatapnya dengan bingung, sedikit keterkejutan melintas di bagian bawah matanya. "Om? Kenapa bisa ada di sini?"

Pria di hadapannya adalah Sergio Hardwin, pemimpin Keluarga Hardwin yang memiliki keuangan terbaik di Kota Palapa.

Dia juga merupakan om dari mantan tunangannya, Justin.

Dia adalah cucu tertua Keluarga Hardwin, yang juga mewarisi bakat bisnis yang luar biasa. Dia berhasil mengambil alih Perusahaan Hardwin hanya dalam beberapa tahun, membuat nilai pasar perusahaan meningkat dua kali lipat.

Hal yang paling luar biasa adalah metodenya yang menggelegar dan karakternya yang tegas.

Namun, dia selalu rendah hati dan misterius, jarang berurusan dengan mereka yang masih muda dalam keluarga.

Hazel juga hanya bertemu dengannya beberapa kali di jamuan makan Keluarga Hardwin dan hampir tidak pernah berbicara dengannya.

Orang ini memberi perasaan berbahaya, membuat Hazel menghindarinya sebisa mungkin.

Tidak disangka Hazel akan bertemu dengan Sergio di tempat ini, bahkan saat di mana dia dalam keadaan yang menyedihkan.

"Masalah apa yang sampai membuatmu mengabaikan kesehatanmu?"

Alis pria itu sedikit berkerut, suaranya yang lembut dan tebal terdengar seksi sekaligus provokatif. Rasanya seperti ada arus listrik yang melintasi telinga Hazel, membuatnya tergelitik.

Hal ini juga memberinya rasa khawatir yang tak terlihat.

Hazel tersentak kembali ke akal sehatnya dan bergegas berdiri.

Namun, kakinya mati rasa karena terlalu lama berjongkok.

Tubuhnya tiba-tiba limbung dan dia jatuh ke belakang karena kehilangan keseimbangan.

Tepat ketika Hazel mengira dia akan jatuh, sepasang tangan yang hangat dan kuat tiba-tiba melingkari pinggangnya.

Detik berikutnya, dia jatuh ke dada yang hangat dan lebar.

Tangannya meraih saku kemeja di dada pria itu, takut kalau dia akan terjatuh.

Pada saat itu, suara lembut dan pelan pria itu terngiang di telinganya, bercampur dengan sedikit nada menggoda, "Mau mencoba mengambil keuntungan dariku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status