Share

The Ego

Seorang pria bermata cokelat tua menatap tajam seorang perempuan yang ia dorong ke dinding. Perempuan pirang berambut sebahu itu tidak bisa meloloskan diri karena si pria berotot mengunci pergerakannya.

“Kau harus menerima kontrak ini!” pria itu mencengkram raham bagian bawah perempuan pirang itu dengan kencang hingga membuat si perempuan menampakkan wajah kesakitan.

“Tolong lepaskan aku Gerald! Kau menyakitiku,” ucap si perempuan pirang dengan air mata yang mulai menetes.

“Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kamu setuju untuk menandatangani kontrak ini,” ancam si pria bernama Gerald.

Dialah Gerald Alexander, seorang manajer artis yang juga merangkap sebagai bandar narkoba. Pekerjaannya sebagai manajer artis hanyalah kedok untuk menutupi pekerjaan utamanya sebagai pemasok narkoba terbesar di kota New York.

Gadis pirang yang ia intimidasi adalah kekasihnya, Renatta Rushman yang juga merupakan artis yang ia manajeri. Gerald bukanlah pria baik, ia sering memaksakan kehendaknya pada Renatta. Perempuan pirang itu tidak memiliki keberanian untuk melawan sang kekasih karena Gerald memiliki banyak anak buah yang siap melaksanakan perintah yang diberikan oleh Gerald.

“Aku mohon jangan memaksaku untuk menerima kontrak ini!”pinta Renatta dengan suara memelas.

“Aku tidak mau mendengar penolakan darimu!” ujar Gerald dengan menambah kekuatan cengkramannya pada rahang Renatta.

“Aku hanya ingin kau memberiku waktu istirahat sejenak saja Gerald. Sudah hampir satu tahun kau tak memberikanku waktu libur meski hanya sehari. Aku mohon untuk kali ini biarkan jadwal hari Mingguku kosong!” Renatta mengiba.

“Sekali tidak, tetap tidak! Jika kau ingin istirahat, beristirahatlah saat kau tak lagi bernafas” Gerald tetap pada keputusannya.

Renatta tahu diriny atak akan menang melawan pria itu, “Baiklah! Aku akan menerima kontrak itu. Sekarang tolong lepaskan aku!” pinta Renatta dengan air mata yang semakin menderas.

Pria kejam itu, melepaskan tangannya dari rahang Renatta, “Ini baru namanya kekasih yang baik, sekarang tanda tangani kontraknya sayang,” Gerald menepuk-nepuk pipi Renatta dengan lembut.

Renatta mengambil berkas kontrak yang ada di tangan Gerald. Ia tak berani menatap kekasihnya itu. Dengan berat hati ia pun menandatangani kontrak iklan. Setelah selesai ditandangani, kontrak itu kembali ia serahkan pada Gerald.

Si pria bermata cokelat tua itu melihat sekilas berkas yang ditanda tangani oleh Renatta, lalu menutupnya, “Hapus air matamu! Aku tidak suka melihat perempuan cengeng,” ujar Gerald nada kesal.

Buru-buru Renatta menghapus air matanya. Ia tidak ingin kembali membuat sang kekasih marah. Pria itu benar-benar menakutkan saat amarah menguasainya.

“Malam ini dandanlah yang cantik, kita akan ke peluncuran produk kecantikan perusahaan B and B. Aku dengan susah payah berhasil mendapatkan undangan ini, jadi jangan sampai dandananmu mengecewakanku,” bisik Gerald di telinga Renatta.

Setelah itu, Gerald keluar dari kamar Renatta dengan membawa berkas kontrak. Pria itu merasa puas karena keinginannya terpenuhi. Sepeninggal sang kekasih, Renatta menjatuhkan dirinya di atas lantai kamar. Tubuhnya ia sandarkan pada tembok.

Hati perempuan pirang itu begitu pilu. Batinnya tersiksa. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Menumpahkan air mata yang ditahannya. Ia ingin lepas dari pria kejam itu, tetapi ia tidak bisa melakukannya. Hidupnya benar-benar hancur sejak ia bertemu dengan Gerald.

Pertemuan pertamanya dengan Gerald berlangsung tiga tahun lalu di saat musim panas. Saat itu Renatta sedang mengikuti casting iklan minuman isotonik di sebuah pantai di kawasan New Jersey. Saat itu dia sudah hampir tiga tahun tinggal di New York untuk mengejar impiannya sebagai model kelas dunia, tetapi sayangnya dalam kurun tiga tahun itu karier modelnya tidak berjalan dengan baik. Ia hanya mendapatkan tawaran pekerjaan dengan agensi-agensi kecil.

Sudah tak terhitung lagi berapa banyak casting yang ia ikuti untuk produk-produk terkenal dan agensi besar tetapi dia selalu gagal. Ia berharap bisa mendapatkan kontrak dari casting minuman isotonik itu, meskipun ia tahu kemungkinannya sangat kecil karena model-model yang lebih terkenal dan di atas dirinya banyak yang mengikuti casting itu.

Saat itulah, seorang pemuda dengan wajah tampan dengan bertelanjang dada menghampiri dirinya. Pemuda itu mengenalkan dirinya sebagai manajer artis-artis dan model papan atas. Ia menawarkan Renatta untuk bergambung dalam managemennya. Renatta tak langsung menyetujuinya.

Perempuan pirang itu tidak begitu saja mempercayai ucapan si pria yang baru dikenalnya. Pria asing itu memberikan kartu namanya dan meminta Renatta untuk memikirkan tawarannya.

Saat Renatta kembali ke apartemennya yang berada di pusat kota New York, ia pun menyelidiki latar belakang pemuda itu dari internet. Setelah melihat nama-nama model yang pernah diorbitkan oleh pemuda itu, Renatta pun memutuskan untuk menghubunginya.

Pria itu ternyata tidak bohong jika sudah banyak mengorbitkan artis dan model ternama di New York, salah satu model yang diorbitkan pemuda itu bahkan menduduki sepuluh besar model terlaris di dunia. Semua informasi itu diperoleh oleh Renatta dari internet tentunya. Panggilan telepon yang dilakukan Renatta saat itu adalah awal dari hilangnya kebebasan yang dimilikinya.

Pada masa awal-awal perkenalan mereka, Gerald adalah pria yang manis. Dia sangat perhatian pada Renatta hingga membuat perempuan itu merasa begitu nyaman dan terlindungi saat berada di sisi pria yang baru dikenalnya.

Baru satu bulan bekerja di bawah Gerald, tawaran iklan mulai berdatangan. Itu membuat Renatta semakin percaya pada sosok pemuda itu. Tidak heran jika Gerald mudah dalam mendapatkan iklan-iklan besar untuk artisnya, termasuk Renatta karena ia memiliki jaringan luas dengan para petinggi-petinggi perusahaan besar di New York. Tentu saja koneksi itu ia dapatkan dari bisnisnya yang lain.

Tiga bulan setelah Renatta bergabung dengan Gerald, fotonya sudah mulai banyak dimuat di majalah-majalah besar New York. Renatta sangat bahagia saat itu. Ia benar-benar menganggap Gerald sebagai pahlawannya. Hal itu pula yang membuat Renatta tanpa ragu menerima Gerald sebagai kekasihnya ketika pria bermata cokelat tua itu menyatakan cinta.

Namun, semua kebahagiaan Renatta itu tak berlangsung lama. Semakin hari perlakuan Gerald semakin berubah. Sosok pria manis, penyayang, dan selalu memperlakukannya dengan baik itu tak lagi ada pada diri Gerald. Renatta benar-benar tak lagi mengenal kekasihnya itu. Padahal perempuan pirang itu telah menyerahkan segenap jiwa dan raganya pada Gerald. Ia bahkan rela meyerahkan kesuciannya pada pemuda itu.

Hari-hari Renatta semakin pilu ketika kekasihnya itu terus memaksanya untuk bekerja tanpa libur. Saat Renatta menolak, tanpa segan Gerald akan berbuat kasar padanya. Saat Renatta ingin kabur, pria kejam itu mengancam akan menyebarkan video panas mereka berdua ke media dan menghabisi nyawanya.

Renatta terkejut, ia tak menyangka bahwa selama ini Gerald merekam malam-malam kebersamaan mereka. Perempuan pirang itu tak ingin hidupnya hancur, terutama hidup keluarganya. Ia tak ingin membuat keluarganya malu dengan tindakannya.

Akhirnya, ia terpaksa hidup terperangkap dalam bayang-bayang Gerald. Selain takut aibnya tersebar, ia juga takut pria itu benar-benar akan membunuhnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status