"Selamat Ulang tahun Hani, untuk tahun ini mungkin kita merayakan sederhana seperti ini saja, tetapi aku janji suatu saat nanti kita akan merayakannya secara mewah ya" ujar Tirta."Ndak perlu, kamu kan tau aku tidak perduli dengan kemewahan" ucap Hani."Ya aku tau, itu sebabnya aku selalu memuja kamu, ini kado dari aku semoga kamu suka ya" ujar Tirta sambil memberikan sebuah kotak yang ia beli sewaktu mereka di mall kemarin."Apa ini?? Waaaooww indah sekali permata ini tapi maaf aku tidak bisa menerimanya kalau aku belum tau apa maksud dari semua pemberianmu ini" ucap Hani lalu mengembalikan lagi kotak permata itu."Tenang saja ini hanya kado ulang tahun dari aku, aku memang sangat mencintai kamu dan besar harapan aku kamu mau membuka pintu hati mu untuk aku, atau setidaknya ijinkan kita bisa mulai dengan sebuah persahabatan" pinta Tirta."Kalau ini sebagai kado ulang tahun aku terima dan aku ucapkan terimakasih, tapi untuk membuka pintu hati, ayolah Tirta!! aku masih SAH menjadi seor
Tirta masih berdiri tegak di depan pintu kamar Hani, ia bingung apakah ia salah mengajak Hani dan Angel ke taman di sebrang jalan, ia perlahan ingin mengambil hati Hani lagi dan memilikinya.Sekian lama Tirta menunggu di depan pintu kamar, akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari tempat ia berdiri, baru saja ia membalikkan badannya suara wanita itu kembali terdengar lagi."Kami sudah siap" ucap Hani sambil menggendong Angel.Tirta menengok ke belakang dengan melemparkan senyum manisnya, ia langsung membalikkan badannya dan mengambil Angel dari gendongan Hani."Sini sama papa ya, anak gantengnya papa ini ya" ucap Tirta."Ayo ma, kok malah bengong di situ" ujar Tirta lalu ia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Hani.Kini untuk pertama kalinya mereka melewati pagar rumah itu bersama, di taman sudah banyak anak-anak yang bermain saat mereka sampai di taman itu, Tirta kemudian menurunkan Angel dari gendongannya.Angel berlari dengan girangnya, tawa dari bibir nya terdengar penuh ke
Hani melihat Clark ketika berada di mall, namun karena ramainya pengunjung dan kencangnya suara musik Clark tidak mendengar namanya di panggil, Hani yang melihat Clark di hampiri oleh seorang wanita pun menjadi berhenti mengejar mereka yang pergi entah kemana, Hani kecewa dan bertanya-tanya dalam hatinya."Wanita itu, bukannya dia yang bekerja di hotel waktu itu ya, iya aku ingat sekali sewaktu kami mau pindah ke rumah, Clark meminta ku untuk masuk dan mereka berbicara di luar mobil" ucap Hani di dalam hatinya."Kamu kenapa Han kok bengong, aku cariin kamu dari tadi loh" ujar Tirta."Tirta, ya ampun aku sampai terkejut, kamu sudah selesai? tanya Hani"."Ayo, mau kemana kita sayang, sini strollernya Angel aku bawa ya" ucap Tirta.Lalu Tirta dan Hani pun berjalan ke supermarket yang ada di mall itu untuk membeli semua keperluan mereka yang sudah habis."Han, kenapa sih kok kamu jadi banyak melamun, perasaan tadi masih cerewet" tungkas Tirta."Apaan sih kamu ahhhhh, cubit nih" ucap Hani
Kali ini Hani membuat kue ulang tahun Angel dengan tangannya sendiri, anaknya kini sudah mulai pintar berceloteh, mereka bahkan sudah berlatih menyanyikan lagu ulang tahun saat di kamar tadi malam.Hanya Hani, Angel dan si mbok yang merayakan hari ulang tahun Angel pada saat siang hari, Angel pun sangat bahagia saat meniupkan lilin, tangan kecilnya bertepuk tangan dan tawanya pun terus terlontar di bibir kecilnya yang masih berwarna merah."Selamat ulang tahun ya sayang, maaf mama belum bisa kasih Angel kado, nanti pasti ada saatnya mama akan membahagiakanmu dan kamu punya banyak teman" selamat ulang tahun juga untuk anak sulung mama yang jauh di sana mama harap kamu berbahagia dan kita akan bertemu suatu saat nanti ya, ucap Hani sambil memeluk Angel dan akhirnya menetes juga air matanya yang sudah semalaman ia tahan."Mbok semuanya di bereskan saja ya takutnya sebentar lagi pak Tirta pulang dari kantor, mbok silahkan makan kue nya seberapa pun mbok ingin ya, saya dan Angel mau ke kam
Tirta membunyikan beberapa kali klakson mobilnya agar Hani dan Angel segera keluar dan masuk mobil, Hani yang awalnya enggan pergi terpaksa mengikutinya karena ia tau Tirta tidak bisa di bantah, kalau di lawan nanti malah makin menjadi, ia takut Tirta akan menyakitinya dan anaknya.Hani bergegas masuk ke dalam mobil, kali ini ia memakaikan banyak alas pada car seat Angel karena sudah beberapa bulan ini ia sudah kehabisan popok, itu pun sudah di hematnya hanya dipakai saat malam hari saja."Maafin aku ya Han, nanti kamu ambil saja sebanyak-banyaknya keperluan kamu dan Angel karena kemungkinan minggu depan aku akan ada rapat di luar negeri, aku tinggalkan kamu sama Angel ngak apa-apa kan" ujar Tirta."Kok kamu bicaranya seperti itu, kamu pergi hanya sementara kan bukan meninggalkan kami selamanya di sini toh? tanya Hani"."Sementara, kalau kamu kangen nanti hubungi aku aja pasti nanti aku langsung pulang ke rumah kita" ucap Tirta."Lah, bagaimana hubungi kamu? nomor kamu saja aku ndak p
Hani merasa tidak nyaman dengan perlakuan Tirta yang sedang mabuk, ada rasa takut terbesit di dadanya, ia merasa terancam, segera di percepatnya langkahnya, namun Tirta dapat mengejarnya."Tirta, tolong jangan ganggu aku, Angel sebentar lagi bangun dan ia pasti mencari ku""Ayolah Han sebentar saja, apa kamu tak merindukan kehangatan di ranjang, aku bisa memberikan kehangatan itu""Apa? kamu sudah gila ya? yang aku pikirkan sekarang hanya anak aku""Tapi kan kita saling mencintai Han" ucap Tirta yang mulai mencumbui Hani dengan sedikit paksaan."Hentikan Tirta, Hentikaaaaannn, tolong, toloooong"."Ayolah Han kamu jangan munafik kamu juga menginginkannya kan".Tirta mengabaikan ucapan, pukulan dan isak tangis dari Hani ia terus mencumbuinya, hasratnya yang menggebu telah mengalahkan akal sehatnya, baju Hani pun di robeknya."Hentikan Tirta, Hentikaaaaannnn"."Hari ini kamu akan menjadi milikku seutuhnya sayang" kata Tirta yang kini telah mendaratkan ciumannya di tengkuk Hani.Sambil me
Sang pengacara pun duduk berhadapan dengan Hani yang masih shock mendengar kabar berita yang di sampaikannya."Apakah anda ibu Hani? tanya pengacara itu"."Ya" jawab Hani pelan sambil mengangguk."Bisa saya bicara berdua dengan ibu Hani"."Ohh ya pak, silahkan, kami permisi ke belakang dulu ya bu" pamit si mbok"Ya" jawab Hani pelan sambil mengangguk.Si mbok pun langsung ke dapur membersihkan ruangan demi ruangan yang masih berantakan, sedangkan Darto si pengawal berdiri di balik dinding bersiap untuk menguping pembicaraan mereka."Jadi begini bu, banyak tagihan yang sudah jatuh tempo dan harus di bayarkan oleh bapak, apakah ibu bisa dan bersedia menanggung semua hutang beliau?"."Tidak" jawab Hani menggelengkan kepalanya."Baik, kalau begitu, karena ibu tidak bisa dan tidak bersedia, maka perusahaan bapak yang selama ini menjadi jaminannya harus di jual untuk menutupi semua hutangnya dan jika dari penjualan itu masih ada uang tersisa saya akan memberikannya kepada ibu selaku pewaris
Hani di usir keluar rumah oleh sang pengawal yang telah berkhianat kepada mereka, semenjak mengetahui Tirta telah kehilangan ingatannya, rumah yang di tinggali oleh Hani di jualnya.Rumah itu memang di beli oleh Tirta namun memakai nama Darto si pengawal untuk menghindari terjadinya pelacakan dari pihak keluarga Hani.Kini Hani membawa anaknya di dalam stroller, dan sebelah tangannya menggeret dua koper, miliknya dan Angel, entah kemana ia harus berteduh sekarang karena salju sudah mulai turun sedangkan ia tidak mengetahui letak tempat penginapan ataupun penampungan para tuna wisma."Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini, sampai kapan kami bisa bertahan di jalan seperti ini ya Tuhan" ucap Hani yang berkata-kata dalam hatinya."Ibu Hani, buk, buk, tunggu si mbok ikut buk" teriak si mbok."Mbok, saya tidak tau mau kemana, uang tunai pun saya tidak punya, lebih baik mbok meminta bagian sama dia untuk beli tiket pesawat supaya bisa pulang kampung" ujar Hani."Sudah buk, saya malah di usir, ta