Awas! Jebakan konten-konten dewasa.
"Pesona apa yang kau miliki hingga membuat banyak pria mencoba berebut ingin menjadi malaikat pelindungmu, Phoebe Amaya Breslin?"
"Jangan terlalu berlebihan begitu, Tuan Levanchois. Well, karena sekarang aku telah mendapatkan apa yang kuinginkan, dan juga sudah berhasil membantumu. Jadi, kupikir kesepakatan di antara kita telah selesai," Phoebe tersenyum simpul, memahami bahwa kata-kata pria ini hanyalah sindiran belaka. Dia bangkit dari tempat duduknya dan hendak melangkahkan kaki, tetapi dia segera berbalik dan berkata, "Aku juga sangat penasaran, pesona apa yang kamu miliki sampai membuat semua orang selalu mematuhimu, Tuan Levanchois?"
Pria itu hanya memberinya sebuah senyuman misterius.Saat pintu terbuka dan dia hendak pergi, tiba-tiba saja ada banyak sekali kilatan lampu kamera mengelilingi mereka. Merasa jika dia sedang dimanipulasi lagi, Phoebe menatap tajam pada pria yang sekarang berdiri tepat di sampingnya.Sebelum dia bisa mengucapkan sepatah kata pun, pria bermarga Levanchois itu meraih pinggangnya dan berbisik tepat di telinganya, "Apakah ini kekacauan lain yang kamu buat?"
Phoebe tidak bisa memberikan jawaban apa pun karena ia menjadi semakin bingung, membuat pria itu menariknya lebih dekat dan membawanya menuju ke arah lift pribadi yang berada tak jauh dari tempat mereka berada saat ini."Apa yang baru saja terjadi? Apakah kamu yakin ini bukan trik kotor lain yang kamu rencanakan?!" Phoebe berteriak frustasi padanya dengan tatapan kesal.
"Apa yang baru saja kau tuduhkan, Wild Kitten? Trik kotor? Bukankah kamu yang selalu memainkan trik kotor?" Pria itu berbicara dengan nada tenang seperti yang selalu dia lakukan. Kemudian dia mendekat, "Karena jika itu adalah trik kotorku maka aku akan melakukan hal ini di depan orang-orang itu,"—dia memojokkan tubuh Phoebe dengan kedua tangan yang memerangkap tubuhnya—"bukannya malah membawamu pergi menjauh dari mereka." Tubuh Phoebe sekarang terjebak di antara dinding lift dan tubuh berotot milik pria yang paling mengesalkan sedunia bagi Phoebe.
"Apa yang kamu lakukan?! I hate you to the bone, Loony!" pekik Phoebe panik sambil mencoba mendorong tubuh kekar di depannya agar segera menjauhi dirinya.
"Aku hanya sedang menunjukkan trik kotor macam apa yang akan kulakukan jika memang benar akulah pelakunya." Mata elang milik pria itu terpaku pada tatapan polos Phoebe yang kini sedang terdiam seolah mencoba mencerna perkataannya, 'Aku tidak akan menggunakan trik kotor apa pun lagi. Karena jika itu adalah rencanaku maka aku lebih memilih membuatmu datang kepadaku dengan kedua kakimu sendiri and I'll make you loving me to the bone, Sweetie,' monolognya tanpa mengalihkan tatapan tajamnya dari Phoebe barang sedetik pun.
Levanchois adalah nama lain dari mimpi buruk bagi Phoebe. Dia berusaha keras untuk melarikan diri sejauh mungkin dari cengkeraman pria paling berkuasa dan berpengaruh dari keluarga Levanchois dengan segenap kekuatan yang ia miliki. Sementara itu, Phoebe Amaya Breslin adalah satu-satunya gadis yang bisa membuatnya kembali menjadi dirinya sendiri tanpa harus mengkhawatirkan pandangan orang lain, persis sama seperti dahulu. Tentu saja, dia tidak akan pernah membiarkan gadisnya lepas lagi dengan mudah kali ini.
Ketika dua orang yang sama-sama kesulitan untuk mengungkapkan isi hati akhirnya harus bertemu di persimpangan takdir bernama,
Hello Love Sign
—✧✧✧—
Note:
Well: Baiklah.
Wild Kitten: Kucing liar (merujuk pada karakter yang sulit diatur)
I hate you to the bone, Loony: Aku benar-benar membencimu hingga ke tulang (sangat muak), Pria aneh.
and I'll make you loving me to the bone, Sweetie: dan aku akan membuatmu mencintaiku sampai ke tulang (sangat tergila-gila), Sayang.
"Aku udah nyiapin sesuatu yang spesial untuk perjalanan kita. Lusa pagi aku jemput, ya?"Terdengar rentetan kalimat dari seorang pria di seberang telepon,"Besok kamu gak bakalan lembur lagi, ‘kan?” “Sesuatu yang spesial? Memangnya kita ada rencana ke mana?” Phoebe meencoba mengingat pembicaraan mereka tentang rencana berlibur. "Dua bulan lalu kita udah bahas mau pergi liburan, ‘kan? Jangan bilang kamu lupa lagi, Baby,”dengus si pria menyiratkan rasa tidak suka. “Ah, sorry. Akhir-akhir ini tim kami ada project besar, aku aja sampai punya mata panda sekarang. Berubah jadicutepanda deh aku,” rajuk Phoebe mencoba menjelaskan keadaannyaagar pria itu mengerti. “Gini melulu, sepertinya rencana kita bakalan terancam gagal lagi,”sungut pria yang akhir-akhir ini menyita perhatian Phoebe. Mereka saat ini sedang menjalin sebuah hubungan dan dia selalu ingin menjadi prioritas uta
Tanpa melepaskan ciuman bergairah dan saling mendominasi di antara mereka, Key perlahan mendorong tubuh Phoebe agar berbaring di atas ranjang. Saat ini bibirnya sedang sibuk dengan leher mulus Phoebe sedangkan tangannya mulai menarik kaki jenjang milik Phoebe bergantian dan membuat tubuhnya berada tepat di antara kedua paha Phoebe. Pertama dia menarik kaki kirinya lalu kaki kanannya, setelah itu tangannya mulai bergerak seduktif di atas kulit kaki Phoebe yang semakin terbuka karena ujung midi dress-nya sedikit terangkat, membuat Phoebe mulai merasakan desiran panas hingga mengeluarkan suara desisan perlahan. Sekujur tubuh Phoebe meremang, kedua tangannya mencari pelampiasan untuk digenggam hingga tangan kanannya tidak sengaja menyentuh ponsel milik Key yang tadi sempat ia lemparkan asal ke atas ranjang. Tangannya tidak sengaja menggeser tombol hijau lalu mengaktifkan mode pengeras suara saat ponsel Key tiba-tiba saja kembali berdering. “
“KA-KAMU!” Phoebe tergagap seolah kehabisan kata-kata. “Yes, My Bee. Ini aku, priamu yang paling tampan?” Pria tampan itu mengedipkan matanya ke arah Phoebe. “Menggelikan!” “Kamulah alasannya.” “Oh my, pergilah!” “Kemana, kamar bulan madu kita?” “Apa?! Pergilah ke neraka!” “Pilihan buruk, ayo kita pergi ke surga setiap malam, atau setiap saat yang kita inginkan? Gimana kalau mulai malam ini?” “Kamu gila!” “Karena dirimu.” “MOOOOMMYY!!” Ibu dan adik Phoebe sontak menutup telinga mereka bersamaan, tetapi tidak dengan pria tampan di depannya yang sedang tertawa kencang. Dia masih memeluk Phoebe dengan erat membuat tubuh mereka semakin dekat dan menempel satu sama lain. “Not bad. Aku yakin kamu akan meneriakkan namaku seperti ini, atau mungkin lebih bergairah dari ini? Aku udah gak sabar pengen dengar, My Bee.” “Cium saja dia kalau sampai berani berteriak kencang-ke
"Kenapa kamu kelihatan takut banget dan nyaris gemetaran gini? Apa kamu juga bereaksi tepat seperti ini semalam?" "Jangan gila! Rencana itu bahkan udah gagal total karena tendernya kembali mengalami masalah. Jadi, dia ninggalin aku gitu aja pas aku mulai turn on, mana sampai sekarang dia gak bisa dihubungi sama sekali." "Serius! Semalam beneran gak berhasil? Astaga,”—dia memberikan senyuman yang mencurigakan—“sayang banget, apa kamu mau menuntaskannya bersamaku? Kamu pasti penasaran sama sensasinya, ‘kan?" Franz menangkap tangan Phoebe yang hampir memukul kepalanya, "Eits! Kau boleh mukul atau mencakarku hanya buat pelampiasan saat kau akan mencapai puncak bersamaku. Selain itu, jangan pernah bermimpi, Mrs. Franz Hanseen." "Terkutuklah pikiran mesummu itu!" hardik Phoebe. Franz terbahak mendengar umpatan Phoebe, "Ngomong-ngomong, itu bagus juga. Karena sebentar lagi dia bakalan segera pergi dari hidupmu. Jadi, kamu ga
'Duh, bisa gak sih dia gak bisik-bisik terus di telingaku?!' Phoebe merasa tidak nyaman dengan kelakuan pria di belakangnya.Setelah memastikan ke mana arah para pria itu pergi dan menghilang dari pandangannya, dia memutar tungkainya lalu segera menendang tulang kering lelaki di belakangnya denganstilettoberwarna hitam dengan sol merah menyala di kaki jenjangnya. Namun, tiba-tiba dia membungkam mulut pria yang hampir menunduk kesakitan di depannya sebelum sempat memekik, lalu mendorong tubuh kekar itu sekuat tenaga dengan mudahnya karena pria itu tidak berdiri seimbang akibat tendangan tak berperasaan dari gadis barbar di depannya, hingga tubuh pria itu membentur cukup keras ke dinding berlapis marmer di belakangnya, "Heuummpp!"Mata biru milik Phoebe mengawasi setiap penjuru hingga pintu masukhall. Namun, tampaknya sia-sia belaka karena dia belum menemukan jejak makhluk apa pun sete
Pandangan mereka berdua terkunci. Mereka berada dalam posisi ini cukup lama, "Kau selalu aja melakukan hal ekstrim saat minta kupeluk. Aah, jadi karena ini kau gak mau kupeluk dengan cara yang lebih lembut kemarin? Kau lebih suka jika jantung kita berdegup kencang seperti bersahutan saat saling memeluk begini?" Rasanya Phoebe sangat ingin menjambak pria aneh di depannya ini. Dia selalu merasa menyesal setiap kali sudah menaruh rasa empati berlebihan pada seorang Franz Hanssen. "Lepas! Dasar pria cabul, pencuri kesempatan!" hardik Phoebe tepat di depan wajah tampan Franz. "Tentu aja gak akan kulepasin! Kalau kulepasin bisa aja kau akan melakukan hal ekstrim lainnya yang hanya diketahui sama Tuhan dan dirimu sendiri. Kalau kau berani melakukannya maka saat itu juga akan kupastikan kau segera berganti nama menjadi Phoebe Amaya Hanssen dalam sekejap!" gertak Franz sambil menatap sepasang mata biru yang sekarang sedang terbelalak sempurna. "Selalu aja paka
"Sshh, haaahh, lagi! Shhh, haahh!" Tidak hanya wajah, tapi mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki Phoebe rasanya sudah basah oleh keringat. Air mata yang sempat menetes bersama bulir keringat sejak tadi sudah tidak tampak lagi bedanya sekarang. "Ini yang terakhir. Kau harus berhenti, atau aku terpaksa membawamu ke rumah sakit sebelum kau pingsan," kata pria bertubuh kekar yang saat ini menemani Phoebe, dia dibuat sibuk karena terus menuruti permintaan Phoebe. "Ini hukumanmu, sshhh. Kau yang harus bertanggung jawab, haaah, karena membuatku seperti ini. Astaga! Rasanya seperti terbakar! Haaah." Phoebe mendongak sambil menggelengkan kepalanya agar helaian rambut yang menempel di wajah dan lehernya tak mengganggu kegiatanya. "Memang apa salahku? Tentu saja rasanya membakar lidah sampai ke perutmu. Lihat! Berapa banyak currywurst dengan level hellish yang kau pesan?! Kurasa kau sedang memakan lapisan saus cabai neraka dengan topping sosis, bukan seb
The View Supper Club,Manhattan, NYC., "Wajahmu terlalu berseri untuk ukuran seseorang yang sedang patah hati,MaBelle." Seorang pria menyapa Phoebe setelah keluar dari salah satu ruangan VVIP di dekat meja bar. Keduanya bertukar salam dengan pelukan singkat sambil menyentuhkan pipi kanan mereka sekilas. "Berhentilah menggodaku, Lex. Di mana 'panggung’ utamanya, apa di tempat biasa?" "Pastinya dong. Itu adalahspotterbaik untuk adegan terbaik, tapi,Belle—" sela pria itu berwajah gamang. "Oh!Come on,Alex. Kau harusnya tahu kalau aku tidak suka kata 'tapi' di saat penting seperti ini," dengus Phoebe lalu memandang datar, membuat Alex menelan kembali kata-katanya yang sudah di ujung lidah. "Oke, tidak ada 'tapi' untuk saat ini,"—Alex menatap Phoebe dengan senyum kikuk di wajahnya, lalu sekilas memandang ke belakang—"setidaknya sampai tamumu pergi dengan wajah merah karen