Jesslyn merapatkan kakinya, dia sungguh tak nyaman saat di bawah sana, miliknya itu tak tertutupi apapun lagi. Wanita itu melirik Arion yang masih sibuk dengan laptopnya dan tak menghiraukannya yang tadi sudah membuatnya frustasi karena perbuatan Arion yang menghentikan permainan saat dia ingin meraih puncak.
Berdiam diri di ruangan Arion dan tak melakukan apapun juga membuat kantuknya datang sehingga tak jarang Jesslyn menutup mulutnya karena sering menguap. Matanya sudah berat dan dia membutuhkan waktu untuk merebahkan kepalannya.
Saat kantuknya kembali datang, Jesslyn tak tahan untuk tak berbicara pada Arion yang masih seperti robot di kursi sana, "Pak, apa tidak ada sesuatu yang bisa saya kerjakan?"
Arion melirikkan kedua matanya pada Jesslyn sebelum pria itu beri gelengan. Jesslyn mendesah lelah, "tapi saya ngantuk jika tak ada kerjaan" Arion hanya diam dan tak menghiraukan Jesslyn.
Wanita itu berdecak sebal dan meletakkan kepalannya di atas meja, tak peduli bahwa Arion akan memarahinya, namun mendengar suara pintu diketuk membuat Jesslyn kembali bangun dan kedua matanya melihat sosok Joshua yang masuk ke dalam ruangan Arion menghampiri pria itu yang duduk di meja sana.
"Ini laporan mingguan nya Pak"
Arion mengangguk dan menerima map tersebut dari Joshua. "Siang ini Bapak memiliki acara makan siang bersama Pak Roni demi melancarkan kerja sama yang sedang perusahaan kita jalani"
"Baiklah Jo"
Joshua mengangguk dan menundukkan tubuhnya sebelum berlalu meninggalkan Arion, Sepeninggal Joshua ruangan tersebut kembali sunyi dan rasa kantuk yang tadi Jesslyn pikir sudah hilang kini kembali menghampirinya membuat ia tak tahan.
"Bapak, saya boleh pergi ke kamar mandi?"
Tanpa melihat Jesslyn Arion memberi deheman yang segera saja wanita itu langkahkan kakinya, berniat untuk membuka pintu ruangan Arion namun suara pria itu yang bergema menahan langkah Jesslyn untuk membuka pintu tersebut.
"Mau pergi kemana?"
Jesslyn membalikan tubuhnya dan tatapannya beradu dengan kedua mata Arion yang menyorot datar. "Masuk ke sana!" Jesslyn mengikuti arah tunjukan sang Boss dan lebih baik menuruti pria itu, ia masih mengingat jelas bagaimana pria itu yang tak suka dibantah. Daripada dia kembali dihukum lebih baik Jesslyn menurut.
Arion mengusap wajahnya kasar saat Jesslyn sudah masuk ke dalam kamar mandi pribadinya, dia mendesah lega akhirnya wanita itu menjauh sedikit darinya, jujur saja Arion sedari tadi menahan matanya untuk tak melirik Jesslyn. Entah apa yang wanita itu buat namun ketika melihat Jesslyn yang berada di dekatnya membuat ia tak tahan untuk segera menarik wanita itu dan menggagahinya dengaan keras.
Sedari tadi Arion justru berusaha untuk tak melirik wanita itu yang tak bisa diam di atas kursinya karena tak ada hal lain yang bisa wanita itu buat. Arion memaki tubuhnya yang lebih responsif setelah menyentuh Jesslyn.
Pria itu berdecak sebal sebelum melangkah menuju pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Sementara di dalam sana Jesslyn terus menyiram wajahnya demi menghilangkan kantuk yang menghampirinya.
Setelah dirasa cukup Jesslyn mengambil sebuah tissu yang tersedia di dalam kamar mandi untuk ia pakaikan di wajah, mengeringkan wajahnya. Lalu diapun menatap pantulan dirinya di cermin, mengagumi wajahnya sebentar sebelum Jesslyn buang tissue yang sudah dipakainya itu ke dalam tong sampah sebelum membuka pintu kamar mandi untuk keluar.
Namun langkahnya surut ke belakang, saat ia membuka pintu kamar mandi tepat di depannya berdiri sosok Arion yang menatap dia tajam sebelum pria itu mendorongnya kembali masuk dan Arion juga mencium bibirnya dengan gerak cepat.
Pria itu menutup pintu kamar mandi menggunakan sebelah kakinya dan menarik wajah Jesslyn agar lebih dekat dan bisa ia rasai bibir wanita itu.
Jesslyn yang mendapat serangan mendadak dari Arion itu mencoba menormalkan detak jantungnya dan memejamkan matanya mencoba membalas ciuman Arion yang terasa terburu-buru.
"Kamu sengaja menggodaku?"
Saat bibir keduanya tak lagi menyatu, Arion menanyakan pertanyaan yang membuat Jesslyn berkerut. Bagian mana dia menggoda Arion?
Arion tak menunggu jawaban Jesslyn pria itu mengangkat tubuh Jesslyn ke atas wastafel dan mengangkat rok yang dipakai wanita itu untuk menampilkan tubuh bawahnya yang polos.
"Aku mencoba tak menyentuhmu, saat melihatmu di dalam ruang yang sama denganku, tapi sayangnya pertahananku kalah ketika otakku terus memikirkan ini"
Jesslyn memekik terkejut saat dua jari Arion menerobos masuk ke dalam intinya yang terbuka lebar di hadapan pria itu.
Arion menyunggingkan senyum miringnya saat melihat wanita di hadapannya ini menggigit bibirnya mencoba menahan jerit nikmat yang ingin diteriakkannya, juga kedua mata yang Terpejam erat kala kedua jari Arion yang berada di intinya itu bergerak secara cepat dan keras.
"Biasakan buka matamu dan tatap aku saat melakukan ini!"
Arion menarik kembali tangannya dan tersenyum miring saat kedua mata Jesslyn terbuka, lalu menatapnya kecewa. Ia tau wanita itu hampir tiba di puncaknya namun Arion gagalkan lagi.
"Kenapa?" Jesslyn bertanya lirih dan Arion hanya diam melirik milik Jesslyn yang berkedut dan terbuka lebar, begitu menggiurkan untuk ia jamah.
"Lihat ini!"
Jesslyn merona dan mencengkram leher Arion saat ketiga jari pria itu dimasukkan ke dalam intinya dan mengeluar masukkan secara lembut membuat Jesslyn dilanda frustasi.
"Bagaimana? Nikmat Jesslyn?"
Arion berbisik di telinga Jesslyn yang hanya wanita itu tanggapi dengan anggukan dengan kedua mata yang tak terputus melirik dimana ketiga jari Arion menggoda miliknya.
Lagi, mengetahui Jesslyn akan keluar dengan tak ada perasaannya Arion mencabut jemarinya dan tak menunggu waktu yang lama pria itu membuka cepat celana bahan yang dipakainya.
Menelanjangi tubuh bawahnya lalu ia pamerkan miliknya yang sudah tegak sempurna di hadapan Jesslyn yang masih merona ketika melihatnya lansung.
Dengan gerak pelannya Arion menggoda miliknya juga milik Jesslyn sebelum ia satukan keduanya dengan erangan yang keluar dari bibirnya.
"Ahkk ... Pelan Pak-Awhh"
Jesslyn tersentak saat Arion meremas kasar payudara kanannya. "Pangil namaku saat aku menyatukan tubuh denganmu! Berapa kali aku mengatakan itu Jesslyn?!"
"I-iya maaf"
Arion kembali memfokuskan pikirannya pada kedua kelamin yang saling menyatu itu dan menggerakkannya dengan kecepatan tinggi hingga membuat tubuh Jesslyn terhentak.
Arion juga membuka kancing kemeja yang dipakai Jesslyn dan menaikan paksa bra tersebut hingga kedua bongkah payudara yang disembunyikan itu kini sudah terbebas dari jerat kain yang membungkus.
Layaknya orang yang kelaparan, Arion meremas kedua payudara Jesslyn, mengecup dan menghisapnya dengan kuat. Kedua tangan Jesslyn bahkan harus mencengkram rambut Arion saat pria itu memberikan banyak tanda di sekitar dadanya juga gerak tubuh bawahnya yang memberikan ia kenikmatan.
"Jangan- jangan di leher!"
Saat ciuman Arion naik ke atas lehernya Jesslyn menolak, dia tak mau teman-temanya melihat tanda yang akan ditinggalkan Arion, meski tanda yang sebelumnya juga belum hilang.
"Siapa kamu bisa melarangku?"
Tak mendengar larangan Jesslyn, Arion masih memberikan kismark di sekitar leher putih Jesslyn, wanita itu juga tak bisa mencegahnya karena kini dia dalam kondisi penuh gairah dan menikmati setiap sentuhan yang Arion lakukan.
"Ahh... Ah.. Iyahhk!"
Jesslyn mengerang saat orgasmenya tiba dan ia dibuat lemah saat Arion masih memaju mundurkan tubuh bawahnya. Pria itu mendesah pelan dan saat merasa dirinya akan pelepasan, gerakan yang dibuatnya makin tak terkendali sehingga Jesslyn dibuat keluar untuk kedua kalinya oleh Arion.
Setelah menikmati rasa nikmat yang dihasilkan dari bawah sana kini kedua manusia itu masih saling diam dengan kedua kelaminnya masih menyatu. Arion juga Jesslyn masih mengatur napas yang dibuat begitu kelelahan karena percintaan panas mereka.
Kedua mata Arion melirik wajah Jesslyn yang masih memerah itu. Wajahnya ia dekatkan dan kedua bibir itu bisa saja bertemu jika suara Joshua yang ada di dalam ruangannya tak masuk ke telinga mereka berdua.
"Pak Arion?"
Jesslyn yang terkejut mendorong dada bidang Arion dan membetulkan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka semua. Arion membulatkan matanya melihat Jesslyn yang dengan berani mendorongnya, namun sekarang bukan saatnya ia mengeluarkan kekesalannya tersebut pada Jesslyn. Arion membetulkan celananya dan keluar lebih dulu meninggalkan Jesslyn yang masih sibuk membetulkan pakaiannya.
"Jo"
Arion memanggil Joshua yang menundukkan rubuhnya saat melihat dia. "Jadwal anda siang ini Pak-"
"Batalkan itu, mundurkan sampai besok"
Joshua sedikit terkejut "Tapi Pak, pertemuan kali ini-"
"Batalkan Joshua!"
Joshua mengangguk pelan dan memilih mengiyakan perkataan atasannya ini. Jika ada masalah tentang kerjasama perusahaan yang tengah dijalaninya ini, biarkan ia menyalahkan bossnya.
"Baiklah Pak"
Saat Joshua akan pergi ke luar panggilan Arion kembali membuatnya menoleh pada sang Boss. "Pesankan makanan dari restoran biasa"
"Bapak mau makan di sini?"
Arion mengangguk dan Joshua memilih undur diri, sesungguhnya dia tak enak hati untuk memanggil Arion tadi, dia tau ruangan atasannya yang kosong dan tak ada wanita itu di meja sana membuatnya berpikir aneh dan saat melihat atasannya keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang sedikit kacau itu makin meyakinkan pikirannya tersebut.
Saat Joshua sudah menutup pintu ruangan Arion, saat itu juga Jesslyn keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang sudah ia rapihkan meski masih meninggalkan kusut di beberapa tempat.
"Bapak, boleh saya meminta celana dalam saya? Rasanya sungguh tak nyaman. Saya juga perlu keluar untuk membeli makan"
Lirikan tajam Arion membuat Jesslyn menundukan wajahnya, dia tak biasa melihat tatapan tajam Arion itu. "Aku tidak akan memberikannya sampai jam pulang kantor nanti."
Jesslyn meneguk salivanya kasar, bagaimana dia yang bisa santai berjalan saat di bawah sana, miliknya itu tak tertutup apapun lagi. "Tapi Pak, bagaimana jika di luar sana saya terjatuh? Bisa-bisa semua orang melihat pantat saya!"
Bibir Arion berkedut dan dengusan sinisnya ia beri untuk Jesslyn. "Kalau begitu jangan keluar supaya tidak jatuh"
"Tapi saya lapar Pak!"
"Duduk di meja mu!"
Jesslyn berdecak tak suka, namun dia masih menuruti perkataan Arion dengan duduk kembali di mejanya. Arion yang melihat hal itu tersenyum tipis dan bergerak kembali ke mejanya demi melihat laporan yang masuk kembali ke dalam emailnya.
Jesslyn mendesah pasrah dan mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada teman-temannya. Setelahnya yang Jesslyn lakukan hanya duduk diam bermain game yang ada di ponsel, karena tak ada kegiatan yang dapat dilakukannya.
Tak berapa lama Joshua datang membawa dua buah kantung kertas berlogo restoran terkenal yang Jesslyn tau harganya itu tak sanggup ia keluarkan hanya untuk satu piring makanan.
"Letakkan di sofa sana saja"
Joshua menuruti perintah sang atasan sebelum dia pergi meninggalkan ruang Bossnya itu. Arion bangkit dari singgasananya dan berjalan di sofa dan membuka semua bungkus makanan mahal tersebut juga menyusunnya di atas meja.
"Kemari"
Jesslyn yang terus mengamati apa yang dilakukan Arion itu terkejut saat kedua mata Arion menatanya dan memanggil ia untuk datang menghampirinya. Dengan langkah pelannya, Jesslyn berjalan mendekat pada Arion yang duduk di sofa panjang masih mengamatinya.
"Duduk dan makan ini"
Kedua mata Jesslyn terbuka, tak percaya pada apa yang Arion katakan. "Benarkah saya boleh memakannya?"
"Iya, cepat habiskan"
Arion mengambil satu nasi box dan memakannya dalam diam, dia begitu tergelitik melihat wajah Jesslyn yang tak percaya dan begitu senang hanya karena ia menyuruhnya memakan makanan tersebut.
"Saya tidak pernah membeli makan di restoran ini, sayang uangnya lebih baik dipakai untuk membeli hal lain"
Jesslyn mengambil spageti dan menunjukannya pada Arion yang mengangguk, mengizinkan Jesslyn untuk memakannya. "Sekarang kamu sudah banyak uang bukan? Jadi kamu bisa memakan ini setiap hari dari uang itu"
Jesslyn yang ingin menyuapkan makanan ke dalam mulutnya batal karena mendengar perkataan Arion. Andai uang itu menjadi miliknya dia lebih memilih untuk membeli rumah untuknya dan berkeinginan untuk pergi berbelanja barang-barang mewah nan mahal juga berpergian ke luar kota juga negara, dan itu adalah impiannya saat memiliki banyak uang.
"Lebih baik uangnya saya tabung Pak" Jesslyn tersenyum dan kembali memfokuskan pandanganya pada spageti yang nampak menggiurkan di tangannya. Jesslyn menyuapkan makanan tersebut dan berdecak saat rasa nikmat yang dia rasa. "Enak?"
Jesslyn menatap Arion dan mengangguk kuat, "sangat enak!! Terimakasih Pak" Jesslyn tersenyum dan menyuapkan lagi spageti tersebut ke dalam mulutnya meresapi saat bumbu-bumbu di dalamnya menguasai indra perasanya.
Melihat Jesslyn yang nampak begitu nikmat saat memakan makannya membuat Arion berdehem karena berpikir yang tidak-tidak.
Seperti, raut yang akan Jesslyn keluarkan saat mengoral miliknya.
Arion berdehem dan memilih memakan makanannya dalam diam tanpa mau berpikiran buruk yang hanya akan membuat dia dan Jesslyn bermandikan keringat lagi.
**
Arion merenggangkan otot tubuhnya. Ia melihat arlojinya dan mendesah lega saat pekerjaannya hari ini sudah selesai dan ia bisa bersantai di dalam apartemennya.
'Drrt!'
Ponsel yang ia letakkan di atas meja bergetar dan menampikan nama sang Mamah. Wanita ito kembali mengirimkan ia pesan dan selalu Arion abaikan jika bersangkutan dengan Rafael, adiknya.
Mam :
'Ar, Kapan kamu mau kumpul lagi di rumah sama keluargamu? Ayolah mumpung ada Rafael di sini kita eratkan lagi tali kekeluargaan kita'
Arion menghela napasnya dan mengabaikan pesan Mamahnya tersebut, hubungannya dengan Rafael memang jadi jauh karena sosok wanita di masa lalunya.
Arion bangkit dari kursinya dan mengambil jasnya, dia mengangkat wajahnya untuk memanggil Jesslyn namun melihat wanita itu yang tertidur di mejanya membuat decakan samar di bibir meski tak lama senyumnya terbit.
Langkah lebarnya ia layangkan menuju Jesslyn yang masih nyenyak tertidur dengan kepala yang diletakkan di atas meja.
Arion tau, wanita ini pasti menahan bosan dan kantuk karena Arion tak menyuruhnya melakukan apapun, biarlah besok ia meminta Joshua untuk mencarikan apapun yang bisa wanita ini kerjakan.
Melihat sebuah spidol yang ada di atas meja pikiran jahilnya terbit dan dengan segala keisengannya, Arion mengambil spidol hitam itu dan mencoretkannya ke wajah Jesslyn.
Wanita itu tak terganggu dan justru makin terlelap membuat Arion terkekeh pelan, namun sadar karena ini bukan dirinya sekali, Arion segera mengangkat kepala Jesslyn hingga wanita itu membuka matanya dan menatap dia.
Arion tak pernah memberikan senyum atau tawanya pada orang lain semenjak Karen pergi dari hidupnya, saat itu cahaya kehidupannya redup sehingga ia sangat sulit untuk sekedar tersenyum saja.
Namun kini, ia yang hanya mencoret wajah Jesslyn mampu menggelitik hatinya dan tanpa sadar bibirnya tersenyum geli. Tidak!, Arion tak boleh membiarkan ini terjadi.
"Nyenyak sekali tidurmu"
Jesslyn yang perlahan tersadar bangkit dan menunduk meminta maaf, dia bodoh sekali bisa tertidur saat jam kerja berlansung. Meski dia tak memiliki sesuatu untuk dikerjakan namun tetap saja kelakuannya sungguh tak patut terlebih dia seruangan dengan atasannya sendiri, si pemilik perusahaan.
"Maaf Pak saya ketiduran"
Jesslyn hanya takut dia akan dipecat, tapi tidak, Arion menggeleng dan menyuruh Jesslyn untuk ikut pulang bersamanya, seperti perjanjian yang sudah ditulis di atas kertas kemarin.
Jesslyn menahan debar jantungnya, dia tau mulai hari ini dia akan tinggal bersama dengan Arion.
Siapkah dia?
Tidak bukan dia,
Siapkah hatinya?
TBC...
"Ini kamarmu, mulai hari ini sampai hari jum'at besok kamu resmi tinggal di apartemenku"Jesslyn hanya menganggukkan kepalanya mengerti, kamar yang ditunjuk Arion tentu Jesslyn ingat, tempat mereka bercinta setelah dia menandatangani kertas perjanjiannya dengan Arion."di depannya adalah kamarku, ingat! Jangan pernah masuk ke dalam kamarku tanpa aku suruh, dan jangan mengacau di apartemenku. Selalu siap saat aku memanggilmu"Jesslyn kembali mengangguk dan Arion menyuruh Jesslyn untuk masuk ke dalam kamarnya melalui kode dari wajahnya."Masuklah, istirahat di dalam sana"Arion kemudian berlalu meninggalkan Jesslyn dengan menutup pintu kamarnya, pria itu mendesah pasrah dan melihat bingkai foto Karen yang terpajang besar di kepala ranjangnya.Senyumnya tersungging lebar, meski dia menikmati percintaan panasnya dengan Jesslyn, terkadang rasa bersalah dan sedih ia rasa jika ia mengingat Karen. Kekasih hatinya yang telah lama pergi.Jessly
Arion mendesahkan napasnya gusar, ia melirik Jesslyn yang sedang meneliti laporan sebelum akan diberikan padanya, kedua telinga wanita itu tersumpal olehearphoneyang memutar musik. Sejak semalam, Arion gagal menyentuh Jesslyn dan mengingat malam tadi membuatnya berdecak sebal. Semalam saat ia dengan langkah lebar untuk melanjutkan permainan mereka, ia justru menemukan Jesslyn yang tertidur. berusaha keras untuk Arion membangunkannya namun wanita itu tak mau bangun dan memilih melanjutkan tidurnya. Pikirannya ia akan tetap menggagahi Jesslyn ketika wanita itu tertidur, tapi tentu itu sama sekali bukan dirinya, ia menginginkan melihat wajah memerah Jesslyn saat wanita itu mencapai puncak surga dunia. Dan paginya saat ia akan meminta Jesslyn memainkan miliknya, Joshua sudah tiba di apartemennya untuk menjemput dia ke kantor. Kini Arion justru melihat Jesslyn yang nampak santai bekerja di meja sana tanpa memikirkan dia yang be
"Benar, tidak mau aku antar pulang?"Jesslyn mengangguk yakin, sudah 4 kali Arion bertanya dan meyakinkan dia untuk diantar pulang namun Jesslyn tetap menolaknya.Ia tidak ingin lansung pulang ke rumah kostnya. Melainkan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi sang adik."Yaudah Pak, saya pulang duluan ya"Jesslyn yang selesai membereskan barang-barangnya pamit pada Arion yang masih duduk di kursinya. Arion mengangguk dan memperhatikan punggung Jesslyn yang sudah pergi meninggalkan dia sendiri di dalam ruangannya.Dan sebelum ia tiba di rumah sakit terlebih dahulu Jesslyn membelikan buah untuk Kean.Memasuki rumah sakit, Jesslyn menemui dokter Abi yang menjelaskan kondisi Kean setelah ia menanyakannya. "Kondisinya sudah lumayan baik, sepertinya dua hari lagi dia juga sudah bisa pulang"Jesslyn tersenyum lega dan mengucapkan terimakasih sebelum ia melanjutkan jalannya ke kamar rawat Kean.Membuka pintu di hadapannya dan ia
"Kamu gak pulang Kak?"Jesslyn yang baru saja keluar dari kamar mandi, menatap Kean yang duduk di atas ranjang sembari menanyakan pertanyaan itu padanya.Wanita itu menggeleng menjawab tanya Kean "Udah malam, malas juga mau cari kendaraan. Aku nginep aja ya?"Kean tersenyum dan mengangguk "Iya boleh, aku jadi ada temennya juga"Jesslyn meletakkan tasnya di atas sofa yang tersedia di ruang rawat Kean yang tidak besar itu."Bukannya kemarin-kemarin juga ada temannya?"Kean menggeleng dan mengalihkan pandangannya dari Jesslyn karena wajah pria itu sedikit merona. Nampak Jesslyn masih tak mau berhenti menggoda adiknya itu."Masa sih? Lalu sama perawat tadi itu apa? Sampe disuapin loh""Ck! Kakak apasih, dia yang suka sama aku, dia maksa mau suapin Kean padahal mah Kean nya gak mau!"Kedua mata Jesslyn memicing tajam dengan senyum menggoda yang terpatri di bibirnya membuat wajah Kean makin memerah malu. "Udah ah Kak, jadi Kak
Sepanjang hari yang dilakukan Jesslyn hanya tidur di atas ranjang atau sekedar keluar untuk mencari makan. Kegiatan ini sungguh tak ada bedanya ketika dia sedang libur di rumah. Bukankah katanya dia ingin pergi jalan?Namun jika hatinya berkeinginan begitu tidak dengan tubuhnya yang memilih kasur sebagai tujuan akhirnya.Ya, bersantai seharian di atas ranjang itu kenikmatan yang tak ada duanya.Dan disela waktu santainya itu, ada yang mengganggu karena ia mendengar sebuah ketukan di pintu kostnya. Bangkit dengan perasaan kesal untuk membuka pintu, dia justru terkejut karena kedatangan Rini yang membawa dua kantung plastik besar berisikan makanan itu."Jesslyn!! Astaga kamu harus membantuku!"Jesslyn menahan keterkejutannya saat Rini tiba-tiba saja datang dan berbicara padanya. "Ada apa? Kamu bisa mengatakannya padaku" Jesslyn membawa masuk Rini dan ia dudukan temannya itu ke sofa di ruang tamunya."Aku butuh bantuanmu
Pintu kamar itu terbuka dan menyorot sinar terang yang masuk melalui celah pintu yang terbuka di dalam kamar yang begitu gelap tersebut, Seorang yang membuka pintu tersebut melangkah masuk dan berjalan melalui sebuah nakas yang diatasnya terletak sebuah dompet yang menjadi incarannya untuk masuk ke dalam kamar ini.Mengambil dengan perlahan isi di dalamnya dan setelah apa yang diinginkannya didapat, orang tersebut kembali keluar dan menutup pintu, menghapus jejaknya seolah tak pernah memasuki kamar tersebut.**"Sebelum tidur, pintu rumah dikunci, lalu saat mau berangkat besok jangan lupa bawa kuncinya. Tadi aku sudah bilang sama Ibu kost kalau kamu sementara tinggal di sini, aku lansung berangkat dari rumah sakit"Rini memberi hormat pada Jesslyn dan tertawa pelan saat wanita itu justru memukul pelan dahinya. "Baiklah, hubungi aku jika ada masalah" Rini mengangguk dan melambaikan tangan pada Jesslyn yang kini
Saat tiba di kantor tadi, Arion memberi pesan pada Jesslyn agar tak perlu datang pagi ini, ada tiga temannya yang akan datang, namun sayang pesan yang ia kirim tak gadis itu baca sehingga saat ia selesai pertemuan dan mengajak ketiga temannya untuk masuk ke ruangan, di sana ia melihat Jesslyn yang sudah duduk meletakkan kepalanya dia atas meja. Jelas sekali Jesslyn tak mau meliriknya karena Arion menatap dia dengan kesal. "Jesslyn, kamu buatkan minuman dan bawakan ke ruang di sana" Arion akhirnya menyuruh Jesslyn membuatkan minuman, lebih baik saat dia akan memulai pembicaraan. Melihat ketiga teman Arion yang jelas tertarik dengan Jesslyn membuat Arion sedikit geram, karena Jesslyn yang masih menjadi miliknya tentu ia tak rela jika wanita itu diminati oleh orang lain. Setibanya di ruang pertemuan yang berada di dalam ruangannya, Arion dan ketiga orang berkemeja dan jas mahal itu kembali membicarakan masalah pe
Arion masih memeluk tubuh Jesslyn yang bergetar, dia mendesah kesal lantas melepas pelukannya untuk melihat wajah Jesslyn yang memerah dengan air mata yang keluar deras mengalir di kedua pipinya."Joshua tidak melihatnya" Jesslyn mengusap air matanya dan mengangguk, dia begitu takut jika Arion merealisasikan ucapannya untuk membagi tubuhnya dengan teman-teman pria itu, "sebenarnya apa yang kamu tangisi?!" Arion membentak kesal melihat air mata Jesslyn yang tak berhenti mengalir itu."Jangan biarkan mereka menyentuh saya! Saya tidak mau!"Arion tersenyum miring dan mencengkram kedua bahu Jesslyn "kamu pikir aku juga rela membagi tubuhmu dengan mereka? Selama kita masih menjalani perjanjian dan terikat peraturan yang sudah kamu tanda tangani tentu aku tak akan memberikan tubuhmu pada mereka semua"Jesslyn membuka matanya lebar dan menatap tak percaya pada Arion "Tapi bukankah-""Sejauh apa kamu menguping pembicaraa